Semua Bab Jaring Cinta Sang Bodyguard : Bab 91 - Bab 100

114 Bab

Bab 90 - Biarkan Para Abang Jumpalitan

Langit sudah gelap ketika mobil MPV abu-abu yang dikemudikan Syuja tiba di depan rumah Hisyam. Semua penumpang turun, lalu bekerjasama mengeluarkan barang-barang bawaan mereka.Perabotan yang dipesan dari Alvaro telah tiba sejak beberapa hari lalu. Rumah itu juga sudah dibersihkan beberapa orang sewaan dari perusahaan jasa pembersihan, langganannya para bos PBK.Selain rumah Hisyam, rumah Jauhari, Yusuf, Aditya, Dimas dan Syuja juga turut dibersihkan, sebagai persiapan tempat menginap keluarga besar Hisyam, dan orang tua para sahabatnya yang turut diundang di acara akad serta resepsi pertama. Setelah semua bawaan disusun rapi, Jauhari dan rekan-rekannya melepaskan bungkus kasur lipat serta bantal. Mereka menyusunnya di kamar utama dan dua kamar lainnya di rumah Hisyam. Sisa kasur dan bantal tidak dibuka bungkusnya, melainkan dipindahkan ke lima rumah lainnya. Tidak berselang lama, Atalaric datang bersama Ikmal. Mereka membawakan belanjaan dari Utari yang segera dimasukkan ke lemari
Baca selengkapnya

Bab 92 - Diterima. Cie!

Pertemuan keluarga sekaligus lamaran di kediaman Heru, berlangsung khidmat. Ezhar, Ayah Tohpati, menjadi penyambut dari keluarga Dewawarman. Bersama Gamal, adiknya, Ezhar menerangkan silsilah keluarga Dewawarman, yang dimulai dari pernikahan buyut mereka, yang berasal dari Salatiga dan Demak. Selain itu, Ezhar dan Gamal juga menceritakan sosok almarhum Kakak mereka, Dhahir, yang telah wafat 5 tahun silam. Sepasang mata bermanik cokelat milik Utari, tampak berkabut saat mengingat ayahnya. Pria yang mewariskan garis wajahnya pada Heru dan Utari, adalah Ayah yang baik serta perhatian pada keluarga. Dhahir Dewawarman juga dikenal sebagai pengusaha paling sederhana dan low profile. Pria berkulit kecokelatan itu juga dikenal kerabat dan handai taulan sebagai orang yang cukup religius. Sulistiana menekan-nekan sudut matanya dengan saputangan merah. Sedangkan Sekar dan Utari mengusap mata serta hidung mereka dengan tisu. Setelah Ezhar dan Gamal kembali duduk di tempat semula. Ulwan berd
Baca selengkapnya

Bab 93 - Jawaban Ambigu

Senin pagi, Hisyam dan teman-temannya sudah berada di kantor PBK. Mereka berkumpul di depan ruang rapat, sambil menunggu para bos tiba. Beberapa menit setelah pukul 9, Wirya muncul bersama rekan-rekannya. Hadrian, Ivan dan Virendra menyusul bersama Tio, Heru, Benigno, Dante dan Baskara. Semua pengawal muda berdiri dan mengikuti langkah para bos memasuki ruang rapat, yang AC-nya telah dinyalakan OB sejak tadi. Andri memimpin pertemuan dengan untaian doa. Kemudian dia meminta kedua asistennya untuk membagikan kotak makanan pada semua orang. Andri menyalakan laptop, lalu mengecek kabel koneksi ke in focus. Setelah yakin benda itu berfungsi dengan baik, Andri memasang mikrofon kecil ke kerah kemeja safari hitamnya. Selama belasan menit berikutnya, direktur marketing PBK memaparkan detail pengamanan pada acara akad, resepsi pertama dan kedua, antara Hadrian dan Zaara. Andri juga menerangkan beberapa hal kecil yang mendukung suksesnya acara di dua kota itu. Selanjutnya Andri memberika
Baca selengkapnya

Bab 94 - Perempuan Bukan Pilihan

Malam itu, Hisyam berusaha sedapat mungkin menahan kantuk. Dia tidak tega melihat Heru berjaga sendirian. Sedangkan Utari sudah terlelap sejak tadi di kamar depan. Paviliun tempat perawatan Sulistiana memberikan fasilitas terbaik di rumah sakit tersebut. Setiap ruangan kelas itu, memiliki dua kamar dan perabotan lengkap layaknya hotel. Hisyam bangkit duduk, lalu memijat lehernya yang sedikit pegal. Dia mengamati Heru yang sedang memelototi layar laptop, sembari menyandar ke tumpukan bantal di sofa besar. Hisyam berdiri dari sofa panjang dan jalan ke depan. Setibanya di teras paviliun, dia menggeliat sembari mengeluarkan sedikit suara, yang memancing Zainuddin dan Chalid memandanginya. "Aku mau ke mini market depan. Kalian mau nitip apa?" tanya Hisyam. "Aku mau kopi, Bang. Yang di sini, rasanya kurang nendang," pinta Zainuddin. "Aku ikut aja, deh. Mau milih cemilan," sahut Chalid sambil berdiri. "Kamu, masuk dan temani Pak Heru," cakap Hisyam yang dibalas anggukan Zainuddin. Ked
Baca selengkapnya

Bab 95 - Mala ke Mala naik mala di mala hari

Grup GPCI MudaKyle : @Utari, gimana kondisi Ibu? Hilda : Ehh, Bu Sulistiana kunaon? Sabrina : Sakit dan diopname, @Hilda. Hilda : Astagfirullah. Aku nggak tahu. Kang Ian nggak ada ngasih info. Kyle : Aku juga baru tahu tadi, waktu mampir ke rumah Kak Ineke. Utari : Kondisi Ibu sudah membaik, @Teh Kyle. Kyle : Alhamdulillah. Nanti sore aku ke sana. Utari : Oke. Floretta : @Kyle. Aku ikut! Kyle : Okay.Karenina : Aku masih di Bengkulu. Pulang nanti baru ke rumah sakit. Zaara : @Utari, aku lagi otw ke sana bareng Ibu dan Kak Shurafa. Utari : Ditunggu, Beib, @Zaara. Najwa : @Utari, rumah sakit mana? Aku tanya ke Endaru, belum dijawab. Utari : Yang biasa, @Kak Najwa. Dekat perempatan sebelum kompleks rumah Mas Heru. Najwa : Oke. Sore aku datang. Kebetulan lagi di Jakarta. Reyana : Aku nyusul, ahh. Early : Bareng, @Reyana. Reyana : Yuks! Early : Ketemuan di mana?Reyana : Kantor PC aja. Biar langsung masuk tol. Early : Siap. Hilda : Jemput aku, @Early. Early : Ya. Alod
Baca selengkapnya

Bab 96 - Dipingit

Seunit mobil MPV putih berhenti di depan lobi utama kantor Dewawarman Grup. Pintu tengah terbuka dan kedua penumpangnya keluar. Sedangkan mobil kembali melaju hingga tiba di tempat parkir. Siska, ajudan baru Sekar yang menemani Utari ke kantor, mengikuti langkah Nona bungsu keluarga Dewawarman hingga memasuki lift khusus direksi. Utari mendengarkan penuturan Siska yang tengah membacakan jadwal kerjanya, sekaligus jadwalnya Sekar yang menjadi tanggung jawab Utari, selama sang kakak merawat Sulistiana di rumah.Sesampainya di lantai 9, kedua perempuan keluar dan melenggang melintasi koridor panjang. Para karyawan menyapa Utari yang membalasnya dengan senyuman. Langkah keduanya terhenti di depan pintu ruang kerja Maudy dan Naysila yang terbuka lebar. Utari melongok ke dalam karena penasaran dengan sosok laki-laki yang sedang berbincang dengan Kakak sepupunya. "Masuk, Ri," panggil Maudy yang segera dikerjakan Utari. "Kenalin, ini Mas Imran. Dirut ESG," jelasnya sembari mengarahkan tan
Baca selengkapnya

Bab 97 - Menghitung Jam

Sabtu pagi, belasan pekerja WO datang untuk memasang tenda sepanjang halaman 6 rumah berderet. Hisyam yang hendak membantu, didorong teman-temannya menjauh. Akhirnya pria berkaus putih hanya duduk di bawah kanopi depan rumahnya, sembari memandangi orang-orang yang tengah sibuk bekerja. Haifa dan semua anggota keluarga Hisyam yang perempuan, bergegas menyiapkan suguhan untuk seluruh orang. Semua kompor di 5 rumah, dipindahkan ke rumah Jauhari yang dijadikan pusat memasak. Rumah utama sengaja tidak dijadikan pusat kegiatan, supaya tidak terlalu penuh orang. Selain itu, tempat itu dihuni para orang tua yang membutuhkan ketenangan dan kenyamanan. Selain rumah Hisyam, Jauhari, Yusuf, Aditya, Dimas dan Syuja, deretan 6 rumah di seberang juga ramai orang. Mereka semuanya adalah para pengawal muda yang datang dari berbagai unit kerja di Indonesia. Wirya mengumpulkan semua anggota PBK, selain untuk menghadiri acara pernikahan Hisyam, sekaligus untuk menyukseskan acara gathering kantor PBK
Baca selengkapnya

Bab 98 - Selamat Menikah, Adikku

Tepat jam 2 siang, acara pengajian dilakukan serentak di dua tempat. Selanjutnya, acara siraman dilaksanakan dengan adat yang berbeda. Bila Hisyam melakukan siraman ala Sunda, Utari dengan adat Jawa. Sang calon pengantin perempuan yang mengenakan kemben batik dan rangkaian bunga yang menutupi bagian atas tubuh, menadahkan kedua y di zx sambil mengikuti untaian doa, yang dipanjatkan Ezhar. Setelahnya, orang tertua di keluarga Dewawarman, yakni Eyang Fahmi, Adik kakeknya Utari, menyirami kepala cucunya sambil menggumamkan doa. Sulistiana yang menjadi orang kedua, tidak bisa menahan haru. Dia menciumi kedua pipi anaknya yang turut terisak-isak. Kemudian Sulistiana memeluk Utari sambil mengucapkan doa dalam hati. Seusai menguraj dekapan, Sulistiana memandikan anak bungsunya dengan hati-hati. Air mata mengucur deras di pipi perempuan berjilbab putih. Terutama karena mengingat sosok suaminya yang tidak sempat melihat Utari menikah. Selanjutnya, Ezhar dan Rustina, serta Gamal dan istri
Baca selengkapnya

Bab 99 - Fans Bang Hisyam Nomor Satu

99 Grup Pengantar Pengantin Laki-laki Alvaro : @W, sudah otw? Wirya : Ya, @Var. Kami baru keluar kompleks. Zulfi : Genk motor kayaknya nyampe duluan. Yoga : Mereka ngebut. Lupa protokoler. Andri : Mungkin karena jalanan rada sepi, jadinya terpancing ngebut. Yanuar : Siapa saja yang pakai motor? Haryono : Bang Haikal. Yusuf : Bang Hans. Jauhari : Daddy Baskara. Aditya : Pak Benigno. Harun : Pak Dante. Nanang : Bang Samudra. Dimas : Babang Hugo. Lazuardi : Babang Carlos. Beni : Babang Juan. Syuja : Bang Zein. Hasbi : Kang Hendri. Irwin : Terakhir, Bro Zafran. Alvaro : Hugo naik motor, nggak dimarahin Emak?Wirya : Dia kabur duluan. Nunggu di depan blok.Zulfi : Pasti sepanjang jalan itu Hugo dan kedua bule lain dipandangin orang. Yoga : Ho oh. Mana pakai beskap Jawa. Andri : Aku suka lihat mereka pakai itu. Keren. Haryono : Warnanya ngejreng, jadinya bagus. Yanuar : Body mereka gede. Bagus pakai apa pun. Alvaro : Yang dampingin di mobil pengantin, siapa? Wirya :
Baca selengkapnya

Bab 100 - Sahih

Hisyam memerhatikan perempuan berbaju kebaya putih tulang dan rok batik cokelat, yang tengah jalan sambil menggandeng tangan Atalaric dan Sekar. Sudut bibir Hisyam mengukir senyuman menyambut kedatangan perempuan pujaan. Dia berdiri dan membantu Utari duduk. Kemudian Hisyam kembali menempati kursinya sambil melirik sang calon istri. Utari menatap pria berbaju pengantin ala Jawa, yang warnanya sama dengan kebayanya. Utari mengulum senyuman, lalu mengalihkan pandangan pada penghulu yang tengah bersiap-siap melakukan tugasnya. Hisyam menyambut uluran tangan Heru sambil memajukan badan sedikit. Keduanya berlatih satu kali, sebelum memulai akad yang sesungguhnya. Hisyam menjawab kalimat ijab yang diucapkan Heru, dengan kata-kata kabul yang tegas dan dalam satu tarikan napas. Penghulu memastikan sahihnya akad pada kedua saksi, yakni Ezhar Dewawarman dan Sultan Pramudya. Kemudian sang penghulu menyatakan bila ijab kabul telah tuntas dilaksanakan. Hisyam mengembuskan napas lega. Dia spon
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status