105Pagi menjelang dengan sinar mentari yang indah. Utari keluar dari kamarnya, lalu menuruni tangga sambil bersenandung. Suasana rumah tampak sepi, karena keluarga besar masih berada di rumah peristirahatan di dekat kediaman Atalaric. Utari tiba di ruang makan, lalu dia menarik kursi dan duduk. Perempuan bersetelan kaus hijau, meraih piring dan mengisinya dengan mi goreng. "Hisyam mana?" tanya Sulistiana yang berada di kursi seberang. "Lagi mandi," sahut Utari, sebelum dia mulai bersantap. "Dek, kamu nggak keramas?" desak Sekar yang duduk berdampingan dengan Tania di sebelah kanan sang ibu. "Kemaren malam sudah," jawab Utari. "Bukan, maksudku, mandi junub." Utari terdiam, lalu dia tersenyum malu-malu. "Kami belum ngapa-ngapain." "Loh, kenapa?" "Aku beres mandi, Abang sudah tidur. Habis salat, aku ikut tidur juga, dan kebangun jam setengah 6 tadi." Sekar beradu pandang dengan Sulistiana, kemudian mereka sama-sama tertawa. Utari meringis, lalu dia ikut terkekeh. Sedangkan Ta
Baca selengkapnya