Semua Bab Jaring Cinta Sang Bodyguard : Bab 101 - Bab 110

114 Bab

Bab 101 - Memulai Hidup Baru Denganmu

10 Acara berfoto bersama pengantin yang semula tertib, berubah ricuh ketika beberapa perempuan berbaju serba biru menaiki pelaminan sambil membawa garpu. Edelweiss, Laura, Kimora dan Varsa, menarik Hisyam ke tepi pelaminan. Lalu mereka mengacungkan garpu ke depan pria itu, sambil meminta divideokan oleh kameramen. Utari diajak Kyle, Ineke dan Sabrina ke pinggir kanan. Kemudian mereka berlakon terkejut sambil memegangi kedua pipi. "Abang jahat! Ninggalin aku ke London. Pulang-pulang langsung nikah!" desis Laura sembari berpura-pura mencengkeram lengan kanan Hisyam. "Abang pedekate ke aku bertahun-tahun. Manggil aku sayang, tapi ujung-ujungnya nikah sama yang lain!" geram Kimora sambil mengarahkan garpu ke dekat leher Hisyam yang memasang ekspresi ketakutan. "Abang bilang mau setia ke aku. Tapi, ternyata itu cuma bualan," rengek Edelweiss sembari mencolek dada Hisyam dengan garpu. "Abang pernah janji mau kembali ke Bandung dan melanjutkan hubungan diam-diam kita. Tahunya malah nik
Baca selengkapnya

Bab 102 - Abang Punya Amalan Apa?

102Tepat jam 2 siang, pintu utama ballroom hotel terbuka lebar. Sekelompok anak kecil jalan memasuki ruangan sambil menaburkan aneka bunga. Hadirin tertawa ketika Bayazid dan Fazluna yang berada di barisan belakang, justru melemparkan bunga pada para penjaga ring tiga, yang mengenakan setelan jas hitam dengan logo PBK di ujung kerah.Nawang yang menjadi ketua regu, bergegas mengarahkan kedua keponakannya agar kembali menunaikan tugas dengan baik. Kemudian Nawang kembali ke pinggir barisan, sambil memberi kode pada Banim yang berada di dekat pintu. Banim mempersilakan pasangan pengantin baru memasuki ruangan. Hisyam dan Utari mengayunkan tungkai dengan lambat seraya mengulaskan senyuman pada para tamu. Pasangan tersebut melenggang sembari menyapa beberapa orang yang merupakan teman-teman mereka, yang sengaja diundang dan ditempatkan di meja terdekat dengan jalan berkarpet biru. Utari terkejut ketika Hisyam berhenti untuk menyalami Kiano, Dandi dan Ghaisan, serta Revi. Utari turut
Baca selengkapnya

Bab 103 - Arrusa junnuritaadul badri yubrizuuha

103"Heh! Nggak sopan! Masa aku dilempar sepatu!" hardik Dante yang berhenti tiga meter di depan Hisyam. "Bapak ngagetin. Aku refleks begitu," sanggah Hisyam. "W, pecat Hisyam," seloroh Dante. "Ampun! Aku jangan dipecat. Baru juga nikah. Nanti ngasih makan istri pakai apa?""Pakai ini." Dante merogoh bagian dalam bajunya dan mengeluarkan satu kunci. Dia mengacungkan benda itu pada hadirin yang seketika bersorak. "Pakai kunci?" canda Hisyam. "Bukan. Ini, kunci mobil. Kamu beliin Tari nasi Padang. Aku gantiin kamu jadi pengantin pria," terang Dante yang menciptakan gelakak penonton. "Ini, hadiah dari keempat klan," jelas Chyou yang telah berada di samping kanan Dante. "Alhamdulillah. Makasih, Koko satu dan dua." Hisyam maju dan mendekap keduanya secara bergantian. "Hadiahnya ada di depan," ujar Harry, sebelum Hisyam berpindah mendekapnya. "Aku ... speechless," tukas Hisyam sambil mengurai dekapan dan berpindah ke dekat To Mu serta Fritz. "Jangan nangis, Syam. Itu bagian Yanua
Baca selengkapnya

Bab 104 - Otakku Traveling

104Tepat jam 6 sore, perhelatan akbar pun usai. Para tamu berduyun-duyun keluar ballroom dan menuju tempat masing-masing. Kiano dan teman-temannya menyambangi pasangan pengantin yang baru turun dari pelaminan. Mereka menyalami Hisyam dan Utari, karena tadi tidak sempat naik pelaminan akibat antrean yang panjang. Selain kelompok Kiano, teman-teman Hisyam dan Utari dari kampus masing-masing juga mendatangi pasangan pengantin. Hisyam mengajak mereka semua untuk berpindah ke tempat VIP, yang memang belum dikemaskan panitia. Hal itu sengaja dilakukan Tio dan Liana, yang menjadi ketua panitia acara tersebut. Mereka tahu, jika akan banyak tamu yang tidak bisa bersalaman dengan pengantin, sebab jumlahnya yang membludak dari perkiraan awal. Fatma membantu tim katering menyiapkan suguhan untuk para tamu. Demikian pula yang dilakukan Kimora di ruang sebelah kanan yang dipenuhi panitia. Mereka bergantian salat magrib di ruangan belakang yang dikhususkan sebagai tempat istirahat panitia. Kem
Baca selengkapnya

Bab 105 - Ritual

105Pagi menjelang dengan sinar mentari yang indah. Utari keluar dari kamarnya, lalu menuruni tangga sambil bersenandung. Suasana rumah tampak sepi, karena keluarga besar masih berada di rumah peristirahatan di dekat kediaman Atalaric. Utari tiba di ruang makan, lalu dia menarik kursi dan duduk. Perempuan bersetelan kaus hijau, meraih piring dan mengisinya dengan mi goreng. "Hisyam mana?" tanya Sulistiana yang berada di kursi seberang. "Lagi mandi," sahut Utari, sebelum dia mulai bersantap. "Dek, kamu nggak keramas?" desak Sekar yang duduk berdampingan dengan Tania di sebelah kanan sang ibu. "Kemaren malam sudah," jawab Utari. "Bukan, maksudku, mandi junub." Utari terdiam, lalu dia tersenyum malu-malu. "Kami belum ngapa-ngapain." "Loh, kenapa?" "Aku beres mandi, Abang sudah tidur. Habis salat, aku ikut tidur juga, dan kebangun jam setengah 6 tadi." Sekar beradu pandang dengan Sulistiana, kemudian mereka sama-sama tertawa. Utari meringis, lalu dia ikut terkekeh. Sedangkan Ta
Baca selengkapnya

Bab 106 - Until Jannah!

106 "Syam, kamu apain Tari?" tanya Wirya sembari mengamati perempuan bergaun merah muda, yang sedang berbincang dengan istrinya. "Enggak diapa-apain, Bang," sahut Hisyam. "Jalannya aneh gitu." Hisyam meringis. "Mata Abang jeli banget." "Aku lebih pengalaman, jadi rada paham." Wirya melirik juniornya, lalu dia bertanya, "Berapa kali?" Hisyam tidak langsung menjawab, melainkan hanya tersenyum sembari menggaruk-garuk kepalanya. "Jawab!" desis Wirya sambil berpura-pura hendak mencekik pria yang lebih muda. "Dua," balas Hisyam dengan suara pelan. Wirya mengangkat alisnya, kemudian dia merangkul pundak sang junior. "Good. Aku dulu juga gitu." "Langsung dua set?" "Enggak. Malam dan pagi. Kamu?" "Siang dan sore. Entar malam sekali lagi." Keduanya saling melirik, sebelum terbahak bersama. Orang-orang di sekitar memandangi kedua pria yang sama-sama mengenakan kemeja biru tua, dengan tatapan penuh tanya. "Mereka ngakak begitu, aku jadi curiga," tutur Delany sambil memandangi suamin
Baca selengkapnya

Bab 107 - Tumbak. Ombak. Mbak

107 Ratusan orang memenuhi taman resor BPAGK di Bogor, yang telah diubah menjadi tempat pesta kebun nan mewah. Puluhan meja bernuansa putih, ungu muda dan fuchsia, mendominasi area kiri hingga tengah. Sementara bagian kanan sengaja dikosongkan untuk tempat pertunjukan. Pelaminan bersemu putih dan ungu, menambah keindahan tempat perhelatan akbar tersebut. Aroma bunga tercium di seputar area, terutama karena setiap sudutnya dipenuhi bunga beraneka warna, yang kian menambah kecantikan dekorasi hasil tim Mutiara.Pasangan pengantin baru menikmati hidangan di meja terdekat dengan pelaminan. Bersama hadirin, mereka menonton tiga video pre wedding yang telah disatukan. Hisyam mengusap tangan kiri Utari yang spontan menoleh. Keduanya sama-sama mengulum senyuman, karena mengingat saat pengambilan video, jauh sebelum mereka benar-benar menikah. "Kamu tahu? Waktu itu aku deg-degan banget. Terutama waktu kita adegan pelukan dari belakang," ujar Hisyam. "Aku ngerasa jantung Abang berdetak ken
Baca selengkapnya

Bab 108 - Bantai Para Begundal

108Jalinan waktu terus bergulir. Deretan acara pernikahan sudah tuntas dilaksanakan di dua kota. Hisyam dan Utari telah kembali ke Jakarta. Mereka menetap di rumah baru bersama kedua Adik Hisyam. Pagi itu, Chalid menjemput Utari dan mengantarkannya ke kantor Dewawarman Grup. Sementara Hisyam melajukan kendaraan menuju kediaman Sultan. Jalan raya yang padat merayap menyebabkan Hisyam menggerutu. Dia sangat berharap kondisi lalu lintas di Ibu Kota bisa lebih tertata, seperti halnya di London. Sesampainya di tempat tujuan, ternyata sudah banyak orang berkumpul. Hisyam keluar dari mobil MPV mewah yang harganya sama dengan mobil Andri dan Haryono. Kemudian dia mendatangi orang-orang di gazebo dan teras, lalu menyalami semuanya dengan takzim. Tidak berselang lama, Yusuf dan teman-temannya datang. Sebab tidak mendapatkan tempat parkir, kedua sopir memarkirkan kendaraan mereka di pekarangan rumah Marley, yang berada di seberang. Alvaro mengajak semua orang untuk berpindah ke belakang. Hi
Baca selengkapnya

Bab 109 - 44

109Rinai hujan yang membasahi bumi malam itu, menyebabkan orang-orang memutuskan untuk tetap di rumah ataupun tempat tertutup lainnya. Utari menguap untuk kesekian kalinya. Dia mengerjap-ngerjapkan mata yang kian memberat, sebelum menyandar ke lengan kiri suaminya. "Kalau sudah ngantuk, tidur," ujar Hisyam tanpa mengalihkan pandangan dari televisi yang sedang menayangkan film laga dari Jepang. "Lampunya matiin. Aku nggak bisa tidur kalau terang gini," pinta Utari. Hisyam menggeser badan ke kanan untuk menyalakan lampu tidur. Kemudian dia beringsut ke tepi kasur, dan berdiri. Hisyam jalan ke dekat pintu untuk memadamkan lampu utama. "Aku mau bikin teh. Kamu, mau, nggak?" tanya Hisyam. "Enggak," tolak Utari sambil merebahkan badannya. Sekian menit berlalu, Hisyam kembali memasuki kamar sambil membawa gelas tinggi. Dia meletakkan benda itu ke meja rias, lalu beranjak memasuki toilet. Kala Hisyam keluar, dia terkejut karena mendengar bunyi ponselnya. Pria berkaus hitam menyambar
Baca selengkapnya

Bab 110 - Diam, Kalian Semua!

110Jalinan waktu terus bergulir. Pagi waktu setempat, Hisyam dan kelompoknya telah berada di bandara Kota Paris. Mereka dijemput Torin, ketua regu pengawal Perancis, dan asistennya, menggunakan dua mobil MPV. Kedua sopir mengantarkan kelompok pimpinan Yoga ke vila yang disewa Carlos, yang berada di sisi selatan Kota Paris. Sesampainya di tempat tujuan, semua penumpang turun. Mereka disambut Mardi dan Jaka di teras rumah besar dua lantai bercat hijau muda. Kemudian mereka diajak memasuki ruangan luas dan bertemu dengan banyak orang lainnya. Hisyam terperangah menyaksikan rekan-rekannya semasa perang klan Bun versus Han, telah berada di tempat itu. Hisyam melompat dan memeluk Loko, yang spontan mendekapnya erat. "Abang, aku kangen!" seru Hisyam, seusai mengurai dekapan. "Aku juga kangen, Mantan musuh," seloroh Loko. "Oh, nggak kangen ke aku?" sela Michael yang berada di samping kanan Loko. "Tentu saja aku kangen. Terutama karena sudah lama kita nggak sparing," balas Hisyam sembar
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status