All Chapters of DENDAM LELUHUR DI TANAH JAWA: Chapter 1 - Chapter 5

5 Chapters

RAPAT ANGGOTA

Ruangan itu panas. Pendingin ruangan berfungsi normal, namun suhu udara belum kunjung turun sejak mereka masuk, atau lebih tepatnya sejak pagi dimulainya rapat itu berlangsung. Dua hari sudah berlalu, rapat anggota belum menemukan titik terang terkait masalah lembar pertanggungjawaban yang disebut-sebut prematur. Dianggap selesai padahal belum. Mengundang kritikan berbagai pihak terutama demisioner yang masih konsisten untuk datang di hari itu. Farel lelah, tapi ia tahu ini resikonya. Melihat kakak tingkatnya beradu argumen, saling tusuk menusuk dengan kalimat panjang berlabel kritisan mereka. Biarlah itu urusan mereka, Farel hanya panitia pelaksana di sini, bertugas sebagai penjaga monitor dan proyektor, memantau berlangsungnya beberapa alat eletronik yang tengah digunakan di ruangan rapat. "Apakah dapat disepakati?" Farel enggan bersuara, kupingnya masih kuat mendengar kata 'sepakat' berulang kali yang diserukan seluruh peserta sidang sejak kemarin. Rapat itu selesai, akhirnya
Read more

PULANG

Harum hangat menyapa hidung. Rasanya sangat nyaman dan tenang. Begitu empuk dan hangat. Lebih dari cukup membuat Farel menggeliat betah, enggan membuka mata. Agam memukul Farel dengan bantalnya kesal. "Bangun, anjir! Malah lanjut molor." Farel mengerjap, membuka matanya yang terasa berat. Menerima uluran segelas air putih yang Agam berikan. "Gimana badan lo? Mendingan ga?" Farel meneguk air putih, melihat sekeliling ruangan empat kali empat meter. Ia mengangguk. "Lumayan." Agam mengangguk. "Syukur deh." Farel melihat Agam lemas. "Ini kost lo?" Agam mengangguk. "Gue ga bisa bawa lo ke rumah sakit, kejauhan. Lagian di kampus juga udah sepi banget, pos satpam ga ada yang jaga tadi." Farel menganga. "Sumpah?" Agam mengangguk. "Intinya karna lo udah sadar, sekarang lo mending pulang." Farel berdecak. "Dih ngusir, marah ya gue ledekin anak mami?" Ujarnya melihat Agam sembari terkekeh. Agam berdecak. "Ketawa-tiwi deh lo, gue juga mau balik kampung. Udah gih sana, keburu sia
Read more

TUNTUN PULANG

Farel jujur saat ia tidak tahu apa yang akan ia lakukan untuk liburan semester ini. Menjadi anak tunggal di rumah besar tidak selalu menyenangkan, Farel butuh teman walaupun jiwa introvertnya melekat. Agam adalah satu-satunya teman Farel yang selalu mengajaknya untuk bersosialisasi, seperti mengajak Farel untuk bergabung dalam kepanitiaan, ikut unit kegiatan mahasiswa, ataupun menjadi satu-satunya teman Farel. Farel juga tipikal anak yang jarang sekali bermain ke rumah teman karna rumahnya selalu menjadi sasaran empuk setiap pertemuan. Begitu juga kost Farel yang biaya sewanya yang satu juta perbulan, dua kali lipat dari biaya sewa kost Agam. Dilengkapi AC, CCTV, ruang makan, kamar mandi dalam yang bagus dan air yang bersih. Namun, walaupun gaya hidup Farel terbilang cukup. Ia tidak sungkan untuk berbagi, ia juga tidak sombong, walaupun terkesan agak rewel, namun Farel baik. Agam pun begitu. "Rumah lo masih jauh?" Kampung Agam terletak di desa Karangsari, Kecamatan Boyolali. Mas
Read more

KEDATANGAN

Deni dan Farel juga mendengar suara itu. Mereka membeku kaku terduduk di dapur, mengelilingi lauk lezat yang tercium harumnya karna masih hangat. Selera makan mereka hilang, jantung Deni berpacu cepat, berbeda dengan Farel yang tidak tahu apa-apa. Agam meletakkan telunjuknya di depan bibir, membuat Farel menjeda makannya dan ikut terdiam bingung.Deni mencoba melirik ke belakang Farel, tempat di mana pintu kandang sapi mereka berada. Ada suara gemerusuk dari dalam sana, tepatnya di pintu luar kandang, tempat di mana pakan sapi disimpan."U... U..." Suara kera terdengar jelas sekarang, membuat Farel ikut berkubang dalam lingkaran ketakutan. Jelas di kupingnya suara tersebut berasal dari belakang, dan ia enggan untuk menoleh.Agam menggigit bibir bawahnya resah, melihat Farel dan Deni bergantian. Jarinya bergerak mengisyaratkan mereka untuk tetap diam. Perlahan, Agam berdiri dan berjalan mengendap menuju pintu kandang sapi yang
Read more

SILUET PUSAKA

Batang kretek kedua hampir hampir menunggu datangnya Pak RT. Angin berhembus sangat kencang dan suhu menurun sejak Kardi ditangkap, suara jangkrik bersutan nyaring, begitupun hewan malam lainnya. Seakan tidak senang melihat Kardi tersiksa ditahan oleh Pak Kades. Sudah lewat tengah malam tapi rumah Pak Kades saat itu mulai ramai. Makin ramai saat Pak RT dan orang tua Agam datang, beberapa orang yang berunding di rumah Pak RT ikut datang ke rumah Agam saat mendengar Kardi sudah diamankan oleh Pak Kades.Sementara itu, Agam masih menjaga temannya yang masih pingsan di ruang tamu. Ibu Agam langsung pulang saat Deni memberitahu Farel pingsan. Dua rumah yang besebrangan itu dihinggapi warga. Ibu-ibu dan anak yang tidak berani mendekat namun masih penasaran memilih berdiri di depan rumah Agam, sementara para bapak-bapak memilih menjaga Kardi di rumah Pak Kades agar tidak lepas lagi.Mata Farel mengerjap, aroma minyak kayu putih memasuki hidungnya. Ia bangun tert
Read more
DMCA.com Protection Status