Semua Bab Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini: Bab 21 - Bab 30

145 Bab

Bab 21. Clarisa, Adalah Wanita Licik!

Hari sudah gelap, jarum jam menunjukkan pukul sembilan malam. Evan baru saja keluar dari dalam ruangan kerjanya, laki-laki itu berjalan santai sembari memijit pangkal hidungnya. Namun, langkah lebar Evan terhenti saat ia mendengar suara lucu Exel yang nampak asik berbincang sendiri di dalam ruangan keluarga. "Exel, dia belum tidur?" Evan membuka pintu di depannya, ia melihat putranya yang tengah bermain bersama mainan-mainannya. Anak itu tidak lagi menangis, tidak marah-marah, tidak lesu dan melamun lagi. Exel bahkan kini tersenyum dan sangat ceria seperti saat bersama Elizabeth. 'Tumben sekali Exel tidak seperti biasanya, bahkan saat dia sendiri tanpa Clarisa.' Evan menepis rasa keheranan di benaknya. Ia berjalan mendekati Exel yang duduk di atas alas lantai dan asik berbincang dengan mainannya. "Sayang, kenapa belum tidur?" tanya Evan kini duduk di samping Exel. "Exel masih mau main, Pa," jawab anak itu sibuk sendiri. Evan menatap boneka koala berukuran sedang milik Exel. N
Baca selengkapnya

BAB 22. Mencoba untuk Mengusik Elizabeth

"Elizabeth, bisakah kau mengantarkan bunga ke alamat ini, aku ada acara penting dengan rekanku sekarang."Moris mendekati Elizabeth dan meletakkan sebuah kertas merah muda yang tertuliskan sebuah alamat suatu tempat. Elizabeth meraih kertas itu dan mengangguk. "Bisa, aku akan membuat dan mengantarkan pesanannya." "Baguslah, kalau begitu aku berangkat sekarang..." "Iya. Hati-hati, Ris!" Elizabeth tersenyum melambaikan tangannya.Sepeninggal Moris dari toko, Elizabeth langsung mengerjakan pesanan yang harganya cukup mahal. Beberapa bunga mawar merah pilihan yang berukuran besar, Elizabeth mencoba untuk berhati-hati mengerjakannya karena dari jenis dan bunga pilihan yang dipesan itu tidaklah murah. Butuh satu jam lebih gadis itu menyelesaikan bouquet bunga mawar tersebut. Hingga kini Elizabeth bisa bernapas lega setelah menyusunnya dengan cantik dan rapi. "Huffttt... Akhirnya selesai!" ucap Elizabeth lega, merasa puas dengan hasil kerjanya. Buru-buru Elizabeth bersiap untuk pergi m
Baca selengkapnya

Bab 23. Tuan Evan, Rencanamu Kali ini, Gagal!

Di tempat lain, Elizabeth merenung memikirkan uang ganti rugi yang diminta oleh pelanggan yang memarahinya beberapa jam yang lalu. Gadis itu bingung bagaimana ia bisa mendapatkan uang dengan jumlah cukup banyak dalam waktu singkat."Tidak mungkin aku mengatakan ini pada Moris, pasti dia akan kecewa padaku," gumam Elizabeth. Dia menghentikan langkahnya dan duduk menekuk kedua lututnya di jalanan taman usai mengantarkan beberapa pesanan bunga. Kepalanya terasa pusing seketika. Dia tidak punya tempat untuk meminta pertolongan dalam keadaan seperti ini. Biaya pengobatannya sudah mahal, dan tabungan Elizabeth untuk pengobatan tidak mungkin dia ambil. "Tunggu..." Elizabeth menyentuh lehernya. Ia menatap kalung emas bermata hijau yang dia pakai. "Kalung dari Nenek, apa aku harus menjual ini?" Dalam diam Elizabeth berpikir, kalung yang ia pakai adalah kalung pemberian Neneknya sejak Elizabeth remaja, dan hanya ini satu-satunya harta berharga yang ia miliki. Elizabeth menggelengkan kepa
Baca selengkapnya

Bab 24. Bertahan atau Menjauh Pergi

Setelah kejadian kemarin, Elizabeth masih tidak menceritakan apapun pada Moris dan ia akan terus menyembunyikannya dengan baik. Dan malam ini Moris baru saja mengajak Elizabeth untuk makan malam bersama di luar. Keduanya kini tengah berjalan bersama untuk kembali pulang sembari bercanda tawa. Namun, saat tiba di seberang jalan di depan toko, Elizabeth dan Moris menatap tempat kerja sekaligus tempat tinggalnya yang kini porak poranda seperti baru saja diterjang badai. "Oh My God, Elizabeth! Mataku tidak salah lihat, kan?!" pekik Moris terkejut. Elizabeth menutup mulutnya tak percaya. “Moris, apa yang terjadi dengan toko bungamu?”Kedua gadis itu langsung berlari menyeberangi jalan, mereka berdiri di depan toko yang keadaannya kini sangat tak rapi lagi. Tanaman hias di luar hancur berserakan tak tersisa, bahkan kaca pintu retak. "Ya Tuhan, kenapa jadi begini? Apa yang terjadi?!" Elizabeth membuka pintu toko dan ternganga mendapati keadaan di dalam toko pun hancur berantakan. "Eliz
Baca selengkapnya

Bab 25. Aku Akan Terus Mengejarmu, Elizabeth!

"Apa? Kau akan kembali ke Salzburg?!" Pekikan itu terdengar dari Daniel, laki-laki yang kini tengah duduk di hadapan Elizabeth."Iya Niel, tidak mungkin aku di sini melanjutkan pekerjaan kalau Moris saja memulainya dari awal, dia pasti juga harus menabung lebih banyak untuk memulihkan usahanya. Mungkin dalam waktu dekat aku memutuskan untuk kembali pulang." Daniel menghela napas pelan, laki-laki itu menatap Elizabeth dengan tatapan kasihan. Setelah dia terkejut mendapati toko bunga itu kini kacau karena ulah orang yang tidak mereka ketahui. "Elizabeth, apa kiranya kepulanganmu tanpa Evan tidak membuat Nenekmu kepikiran?" tanya Daniel. Elizabeth tersenyum pias. "Aku akan menjelaskannya." "Dia akan terkejut mengetahui kau dan Evan bercerai, apalagi kau sedang sakit. Nenek dan Bibimu di sana pasti akan syok." Jemari tangan Elizabeth meremas rok yang dia pakai. Demi Tuhan, Elizabeth bingung dengan apa yang harus dia lakukan sekarang. Daniel mencekal tangan Elizabeth dan menatapnya
Baca selengkapnya

Bab 26. Aku Bisa Tanpamu, Evan!

Elizabeth merasa amat takut dan canggung setengah mati. Setelah dia menjauhi Evan dan memutuskan untuk tak bertemu lagi, kenapa sore ini laki-laki itu malah datang ke tempatnya? ‘Dari mana dia tahu keberadaanku?!’ batin Elizabeth tidak tenang.Teringat saat Moris mengatakan penolongnya adalah seseorang yang paling berpengaruh di kota, yang berbaik hati membantunya. Bagaimana Elizabeth bisa lupa bahwa suaminya adalah orang yang berkuasa… ‘Aku benar-benar bodoh!’ Elizabeth menggigit bibirnya gelisah. Tatapan Elizabeth teralih pada Evan yang tengah duduk menyilangkan satu kakinya, sedangkan Moris pergi ke luar untuk membeli sebuah hidangan makanan. "Jadi selama ini kau berada di sini?" Suara Evan yang berat dan dingin membuyarkan lamunan Elizabeth. Gadis itu sedikit menoleh. "Y-ya, tempat ini milik temanku." Bukannya ucapan atau perkataan yang Evan balaskan, melainkan kini laki-laki tampan itu tertawa pelan dan renyah dengan remeh, sebelum tawa itu lenyap dalam hitungan detik be
Baca selengkapnya

Bab 27. Pertemuan dan Cemburu

Elizabeth merasakan kondisinya menurun dua hari ini, lebih tepatnya saat ia baru saja bertemu dengan Evan. Gadis itu memutuskan untuk datang ke rumah sakit dan melakukan pengobatan rutinnya dengan tanganan dokter. Daniel, laki-laki berbalut jas putih itu terlihat cemas usai melakukan perawatan pada Elizabeth, ditemani dua suster yang kini melangkah keluar. "Kenapa kondisimu turun begini? Beberapa hari yang lalu padahal sudah lebih baik, Elizabeth. Apa yang terjadi?" tanya Daniel menatap Elizabeth yang masih berbaring. Elizabeth terdiam sejenak, rasanya tidak enak jika dia terus menerus menceritakan semuanya pada Daniel. "Aku baik-baik saja," jawab gadis itu. "Jangan bohong, Elizabeth. Aku merasakan ada sesuatu yang tidak beres padamu." Daniel kembali menatapnya dalam-dalam. Tatapannya membuat Elizabeth menggigit bibir menahan cemas. Sadar kalau dia tidak bisa menyimpan semuanya sendiri, Elizabeth akan merasa tertekan dan sakit. "Daniel, ternyata orang yang memberikan bantuan
Baca selengkapnya

Bab 28. Elizabeth, Aku Tetap Tidak Ingin Bercerai Denganmu!

Pagi ini di kediaman Evan sudah kedatangan Mamanya dan Clarisa yang datang bersama, nampaknya kedua wanita itu berjanjian. Melody merasa marah setelah mendengar cerita Clarisa bahwa semalam Clarisa dan Evan bertemu dengan Elizabeth bersama selingkuhannya. Wanita tua cantik itu tidak segan memerintah putranya untuk segera berpisah dengan Elizabeth. "Apa lagi yang kau harapkan dari wanita seperti dia, Evan! Sudah jelas dia mengkhianatimu, berselingkuh di depan kedua matamu!" pekik Melody dengan nada tinggi. "Bisa tidak bisa, cepat cerai darinya!" Evan berdehem pelan. "Itu urusanku Ma, aku bisa memutuskannya sendiri." "Ck! Mama harap kau tidak perlu menunggu-nunggu lagi untuk menghempaskan gadis itu!" Melody kembali berucap. Clarisa mencekal lembut tangan Melody dan berkata, “Tenanglah Tante, aku yakin Evan akan mengambil keputusan yang terbaik untuknya. Bukankah begitu, Van?”Tapi Evan hanya bergeming, tidak memberikan jawaban apa-apa. Melody masih memperhatikan putranya yang setia
Baca selengkapnya

Bab 29. Elizabeth Memilih Pergi Jauh

Hari sudah larut saat Elizabeth menutup toko bunga. Ia langsung bergegas ke dalam kamar dan mengeluarkan tas besar miliknya, lalu mengemas semua pakaiannya. Elizabeth tidak punya pilihan lain kali ini, gadis itu memutuskan untuk pergi dan tidak lagi tinggal bersama Moris. Ia ingin berusaha untuk tetap menjauh dari Evan."Eli lihat ini, besok kita ada pesanan bunga sangat banyak—"Ucapan Moris terhenti saat gadis berkulit cokelat itu membuka pintu kamar Elizabeth. Moris terdiam sesaat dan masuk ke dalam memperhatikan Elizabeth yang mengemasi semua barang-barang dan pakaiannya. "Oh My God, Elizabeth... Kau mau ke mana?" tanya Moris menatapnya kaget. Elizabeth tersenyum manis pada sahabatnya itu. "Ris, mulai sekarang aku akan memulai hidup sendiri. Aku juga ingin punya tempat tinggal sendiri," jelasnya. "Ck! Oh Eli, bagaimana kalau terjadi sesuatu denganmu di luaran sana?! Lagipula kau mau pindah ke mana?" Moris mendekati Elizabeth dan merebut tasnya. Tatapan mata tajam dan bibir c
Baca selengkapnya

Bab 30. Kedatangan Keluarga Elizabeth dari Austria

Beberapa hari berlalu dengan cepat, Elizabeth semakin sibuk dengan pekerjaannya.Setelah menyadari kebutuhan hidupnya semakin banyak, dari berobat, makannya, dan tagihan rumah. Elizabeth memutar otak untuk mendapatkan banyak uang.Gadis itu membuat suatu hiasan dan aksesoris bunga imitasi yang cantik, ia menjualnya di toko milik Moris. "Astaga Elizabeth, kau lihat! Pesanan hiasan dan bunga imitasi yang kau buat sangat banyak!" pekik Moris bertepuk tangan kesenangan. Elizabeth tersenyum lebar dan memeluk Moris dengan wajah berseri-seri. "Aku tidak menyangka Ris... Ternyata banyak juga yang menyukai hiasan bunga buatanku!" seru Elizabeth sangat bahagia. "Heem, memang! Aku tahu kau sangat berbakat, kawan!" seru Moris mengacungkan jempolnya. Di sana, Moris sibuk menghitung uang dari penjualan bunga imitasi buatan Elizabeth yang tidak disangka-sangka terjual semua dalam waktu yang sangat cepat. Elizabeth yang kini tengah membuat beberapa pesanan bunga, tiba-tiba Moris mendekatinya ke
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
15
DMCA.com Protection Status