Semua Bab Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini: Bab 51 - Bab 60

145 Bab

Bab 51. Kecurigaan Evan pada Clarisa

Suara bariton seorang laki-laki itu mengejutkan Clarisa, sontak saja ia langsung menoleh ke belakang dengan wajah terkejut luar biasa. Seperti tertangkap basah, Clarisa panik dan gugup dengan apa yang harus dia lakukan kini. Tapi ia segera menguasai diri. Wanita itu tersenyum lembut sembari mengelus kepala Exel, seolah tidak ada apapun yang terjadi di antara mereka. "Oh... aku hanya sedang menenangkan anakku," kilahnya dengan lihai. “Jangan menangis lagi ya, Sayang. Nanti Mama belikan mainan yang baru untukmu,” kata Clarisa dengan nada lembut. Tangannya mengusap pipi Exel yang basah oleh air mata."Exel mau ikut Paman!" seru Exel menepis tangan Clarisa saat itu juga. Sedangkan laki-laki berpakaian formal bertubuh tinggi tegap itu masih berdiri di sana memperhatikan mereka. Dia adalah ajudan pribadi Arshen Collin, yang sedang ditugaskan menjemput Exel. "Paman..." Exel menangis berlari menjauh dari Clarisa dan berlari ke arah laki-laki itu. "Tuan Kecil, kenapa menangis?" tanya lak
Baca selengkapnya

Bab 52. Menemani untuk Semalam

Elizabeth terkejut saat Exel datang dalam keadaan menangis sampai ketakutan. Bahkan hingga satu jam ini, Elizabeth masih menggendongnya. Anak itu belum bercerita apapun, dan Elizabeth berusaha membuat putranya untuk tenang lebih dulu. "Mama, Exel mau di sini terus sama Mama. Exel tidak mau pulang," bisik anak itu merengkuh erat leher Elizabeth. "Kenapa Sayang?" Elizabeth mengelus punggung kecil anak itu. "Kalau Exel tidak pulang nanti Papa marah, Nak." Exel kembali merengek dan mengeratkan rengkuhannya. Elizabeth pun berjalan mendekati kursi kayu di teras, ia merasa kakinya lelah setelah cukup lama menggendong Exel, hingga gadis itu memilih untuk duduk. Senyuman manis terukir di bibir Elizabeth, ia menarik tubuh Exel dan meminta anak itu untuk melihatnya. "Exel sayang Mama," ucap anak itu menatap Elizabeth dengan kedua mata yang sembab. "Mama juga sayang sekali sama Exel," jawab Elizabeth mengelus pipi putih putranya. "Exel kenapa menangis? Kenapa takut seperti ini, hem?" Anak
Baca selengkapnya

Bab 53. Evan Berpihak Berpihak pada Istrinya

Usai dari kediaman Elizabeth, kini Evan kembali pulang ke kediamannya sendiri. Laki-laki itu berjalan masuk ke dalam rumah, ia melepaskan tuxedo hitamnya dan duduk diam di ruang tamu sebelum Jericho tiba-tiba muncul. "Tuan, di depan ada Nona Clarisa," ujar Jericho. Mendengar nama Clarisa yang diucapkan oleh ajudannya, seketika Evan terdiam, ia mulai teringat isak tangis Exel yang ketakutan. Sampai akhirnya pintu depan terbuka dan wanita cantik itu berambut panjang bergelombang itu masuk ke dalam rumah, Clarisa berjalan menghampiri Evan. "Loh, Evan... Anak kita mana?" tanya Clarisa menanyakan Exel. Evan menoleh ke arahnya sekilas sembari menggulung lengan panjang kemeja putih yang dia pakai. "Exel bersama Elizabeth, aku meminta Elizabeth menemaninya malam ini," jawab Evan dengan wajah tenang. "Be-bersama Elizabeth?!" tanya wanita itu dengan nada tak percaya. Dan Evan menanggapinya hanya dengan anggukan kepala. Hal ini membuat Clarisa merasa kebingungan, apalagi saat raut wajah
Baca selengkapnya

Bab 54. Hilang Kepercayaan Elizabeth pada Evan

Keesokan hari saat pagi tiba, Elizabeth menjadi orang yang menyambut Exel saat anak itu bangun tidur. Exel merasa sangat bahagia semalaman dia bisa tidur dipeluk oleh Mamanya. Kini Exel masih digendong oleh Elizabeth sembari menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. "Exel masih mau di sini ya, Ma, nanti kalau ada Papa bilang saja Exel masih tidur," ujar anak itu sembari terkikik geli memeluk leher Elizabeth. "Iya Sayangku," jawab Elizabeth mengecup pipi Exel yang harum. Di saat mereka sibuk menyiapkan sarapan, tiba-tiba pintu utama rumah Elizabeth terketuk. Mendengarnya, lantas Exel langsung buru-buru turun dari gendongan Elizabeth dan anak itu berlari bersembunyi karena takut kalau Papanya yang akan menjemputnya. Elizabeth terkekeh menatap si kecil, anak itu menatapnya sembari meletakkan jari telunjuknya di depan bibir. Dan Elizabeth pun bergegas berjalan ke depan. Namun kali ini perasaannya tiba-tiba menjadi tidak nyaman. Gadis itu membuka kunci dan menarik gagang pintu, sebelum
Baca selengkapnya

Bab 55. Dia yang Selalu Ingin Melindungi Elizabeth

Evan menatap Elizabeth selama beberapa saat, menelusuri wajah cantiknya yang diselimuti keseriusan. Merasa tak bisa melunakkan amarahnya, Evan lantas melangkahkan kakinya meninggalkan rumah Elizabeth. Laki-laki itu pun berjalan keluar menuju gerbang depan. Namun, langkahnya terhenti saat ia berpapasan dengan Daniel yang nampak sama terkejutnya saat dia melihat keberadaan Evan di kediaman Elizabeth. Dengan wajah dingin dan sorot mata tak suka, Evan menghadang langkah Daniel dengan sengaja. "Menyingkirlah!" ucap Daniel menatap Evan dengan tak kalah tajam. "Apa yang kau lakukan sepagi ini di rumah wanita yang sudah bersuami, huh?" tanya Evan sedikit berdesis. Mendengar pertanyaan yang Evan lontarkan membuat Daniel tertawa sumbang, sebelum akhirnya laki-laki itu menatapnya sengit. "Bukankah wanita bersuami yang kau sebut itu sudah mengajukan surat cerai? Tapi apa yang malah dilakukan suaminya itu? Dia malah menahannya seperti seorang pengecut!" balas Daniel tersenyum simpul di satu
Baca selengkapnya

Bab 56. Evander Terus Memikirkan Elizabeth

Setelah kejadian beberapa hari yang lalu, Exel kini jatuh sakit. Anak itu demam hingga berhari-hari dan dia hanya terus menerus memanggil Mamanya, Elizabeth. Evan tidak tega melihat kondisi putranya yang sekarang, ia memutuskan untuk mendatangi Elizabeth di kediaman gadis itu. Namun, saat Evan datang, ia melihat ada Daniel di sana yang tengah berbincang dengan Elizabeth. Kedatangannya pun langsung disambut oleh Daniel dengan tatapan tak suka. "Mau apa kau ke sini lagi?" tanya Daniel dengan wajah datar. "Aku tidak ada keperluan denganmu, aku ingin bertemu dengan istriku," jawab Evan menatap lawannya dengan nyalang. Evan beralih ke arah Elizabeth, gadis itu bersembunyi di balik punggung kekar Daniel dan meremas lengan sahabatnya itu pelan sebelum Elizabeth menatap sendu pada Evan. Elizabeth telah muak dan lelah, ia tidak ingin terus berurusan dengan laki-laki ini. Sebisa mungkin, ia akan terus menghindarinya, dan apapun alasannya. "Tidak ada lagi yang perlu kita bahas, Evan. Aku
Baca selengkapnya

Bab 57. Pembelaan dan Ketulusan Daniel

Pagi ini Elizabeth sudah membuat janji dengan Daniel di rumah sakit untuk melakukan pengobatan rutinnya kembali setelah kondisinya belakangan ini agak menurun.Elizabeth berjalan perlahan di lorong rumah sakit. Ia berangkat terlalu awal hingga lorong yang dia lewati kini benar-benar sepi. Namun, saat ia berbelok, Elizabeth mendengar suara tangisan seorang anak laki-laki. "Suara itu..." Elizabeth berucap dan menghentikan langkahnya di depan sebuah pintu. "Exel?" Elizabeth terdiam menyadari suara anak yang menangis berteriak di dalam sangat persis dengan suara Exel. "Mau pulang! Tidak mau di sini! Mau sama Mama pokoknya! Ayo pulang... Pulang sekarang!" Suara jeritan tangis anak laki-laki di dalam ruangan itu membuat ulu hati Elizabeth nyeri. Wajah Elizabeth menjadi cemas dan panik. "Exel... Itu suara Exel," ucap Elizabeth bergetar. Gadis itu lebih mendekat ke arah pintu dan Elizabeth ingin memastikannya. Saat Elizabeth hendak menyentuh gagang pintu, tiba-tiba seseorang mencekal
Baca selengkapnya

Bab 58. Rahasia Sakit Elizabeth Telah Diketahui

Menjaga Exel yang rewel sejak pagi membuat Clarisa terus mengeluh dan mengumpat dalam hati. Wanita itu kini baru saja keluar dari dalam ruangan rawat inap Exel, perasaan lega dirasakan olehnya setelah Melody datang untuk menggantikannya. "Huhhh sampai kapan anak itu terus merepotkanku seperti ini! Kalau bukan karena Evan, aku malas sekali mengurusnya!"Wanita cantik itu berjalan di lorong rumah sakit sembari terus mengomel. Sampai tiba-tiba langkahnya terhenti, Clarisa menepi di dekat dinding saat beberapa suster melintas membawa pasien dalam sebuah brankar. Namun, wajah pasien perempuan itu membuat kedua mata Clarisa melebar dengan wajah amat terkejut. "I-itu, Elizabeth?!" pekik Clarisa menutup mulutnya tak percaya. "Astaga, aku tidak salah lihat, kan?!" Clarisa urung pergi, ia kembali mengejar beberapa suster tadi sebelum sebuah pintu ruangan tertutup dan satu orang suster keluar dari dalam sana. Segera Clarisa mendekati suster tersebut. "Suster... Suster, maaf saya ingin ber
Baca selengkapnya

Bab 59. Istriku, Benar-benar Ingin Mengakhirinya

Hari terlalu pagi untuk suara ketukan pintu yang keras dan beruntun di kediaman Elizabeth sekarang ini, entah siapa yang datang, nampaknya sangat tidak sabaran. Gadis itu berjalan tertatih menuju pintu depan, mungkin saja yang datang adalah Daniel, untuk mengantarkan obat milik Elizabeth. "Tunggu, sebentar!" pekik Elizabeth dengan suara kecilnya. Elizabeth pun membuka pintu rumahnya cepat, namun gadis itu terdiam dan kembali merasa kaget setelah melihat siapa yang datang sepagi ini. Perlahan Elizabeth mundur tanpa mengalihkan pandangannya pada wanita cantik di hadapannya kini. "Untuk apa kau ke sini, Clarisa?" tanya Elizabeth sembari merapatkan selendang yang ia pakai. "Untuk berbicara penting denganmu," jawab Clarisa satu langkah masuk ke dalam rumah Elizabeth. Clarisa menatap Elizabeth dengan sorot angkuh, berdiri dengan kedua tangan terlipat di dada. Air muka wanita itu berbeda tiap kali menatap Elizabeth, tidak seperti saat dia datang bersama Melody dan saat dia dengan deng
Baca selengkapnya

Bab 60. Sekali Lagi, Penolakan Bercerai dari Evan

Waktu berjalan dengan cepat, hari ini Elizabeth pikir ia akan bertatap muka dengan Evan di pengadilan untuk segera menyelesaikan perceraian mereka. Namun sampai berjam-jam lamanya, Evan tidak kunjung datang hingga persidangan pun dibatalkan. Elizabeth merasa kecewa dan marah dipermainkan oleh laki-laki itu. "Dia benar-benar tidak datang!" geram Elizabeth memukulkan tangannya ke dinding dengan pelan. Padahal gadis itu sekuat tenaga melawan rasa sakit di tubuhnya untuk datang ke pengadilan dan segera menyelesaikan perceraiannya. "Evander Collin, teganya kau mempermainkanku... Aku tidak akan menyerah untuk terlepas darimu!" seru Elizabeth berkaca-kaca. Saat itu juga Elizabeth meninggalkan gedung pengadilan, gadis itu berjalan ke depan dan mencari taksi untuk mengantarkannya ke suatu tempat. Elizabeth telah muak dengan semua ini, dan terus disalahkan dari segala sisi oleh semua orang. Elizabeth ingin segalanya segera berakhir. Beberapa menit kemudian, Elizabeth tiba di depan kantor
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
15
DMCA.com Protection Status