Semua Bab Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini: Bab 221 - Bab 230

336 Bab

Bab 221. Apakah Mama dan Papa Lupa?

Setelah Tania diberhentikan bekerja beberapa hari yang lalu, kini Exel terlihat yang paling semangat di rumah. Bahkan anak itu menjadi lebih aktif dan tidak marah-marah seperti kemarin-kemarin lagi. Dia memilih untuk mengawasi adiknya sendiri. Seperti saat ini, Exel menjaga Pauline saat Mama dan Papanya masih sibuk dengan pekerjaan mereka. "Adik Pauline tidak boleh jauh-jauh, ya ... di sini saja," ujar Exel mengekori Pauline yang berjalan di teras rumah. "Kakak, ke mana pengasuh Tania? Sudah tidak kembali lagi, kan?" tanya Pauline menatap sang Kakak. Exel menggelengkan kepalanya. "Sudah tidak. Tenang saja, dia kan suka marah-marah, jadi Mama dan Papa memintanya untuk tidak ke sini lagi," ujar Exel. "Heemm, bagus-bagus!" seru Pauline mengacungkan jempolnya. Exel tersenyum gemas mengusap pucuk kepala adiknya. Sekalipun mereka bukan saudara kandung, Exel sangat menyayangi Pauline. Sering kali Exel berandai-andai, misalkan saja dia saudara sekandung dengan Pauline, mungkin itu akan
Baca selengkapnya

Bab 222. Hei! Jangan Mengambil Adik Pauline-ku!

Keesokan paginya, Exel sudah bangun lebih siang dari biasanya, karena hari ini dia masih libur bersekolah. Perasaan Exel sangat senang begitu dia melihat beberapa hadiah ulang tahunnya berada di atas meja. Anak laki-laki itu langsung menyibak selimutnya dan turun cepat dari atas ranjang. Dia berjalan mendekati meja belajar. "Wahh, kapan Mama dan Papa meletakkan semua hadiahnya di ini?" Exel mengerjapkan kedua matanya bertanya-tanya. Hingga tiba-tiba pintu kamar Exel terbuka, Exel menoleh cepat dan ia menatap adiknya yang berdiri kaget di sana. Wajah Pauline yang mulanya ceria, kini nampak terkejut sebelum berubah cemberut dalam hitungan detik. Kejutan untuk Kakaknya gagal, karena Exel sudah bangun. "Kenapa Kakak sudah bangun?" tanya anak itu. "Ini kan memang sudah pagi, harusnya Kakak yang tanya. Tumben sekali Pauline sudah bangun?" tanya Exel terkekeh melihat adiknya. Pauline berjalan mendekati Exel, anak perempuan itu mengerjapkan kedua matanya sebelum dia menyerahkan sebuah
Baca selengkapnya

Bab 223. Dia Muncul Kembali Menolong Pauline

Usai kembali dari pesta, Exel tidak mau menurunkan Pauline. Dia terus menggendongnya mulai turun dari dalam mobil hingga sampai masuk ke dalam rumah. Elizabeth hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja melihat tingkah mereka. "Turunkan adiknya, Sayang. Nanti Exel capek," ujar Elizabeth pada sang putra. "Iya, Pauline mau jalan saja. Pauline sukanya digendong Kakak yang tadi!" seru Pauline. Ucapan Pauline membuat wajah Exel masam. "Tapi kan aku ini Kakakmu, Pauline! Jangan suka sama Kakak yang tadi, dong!" protes Exel pada si kecil. Hal itu membuat Evan dan Elizabeth tertawa melihat reaksi si sulung yang kesal adiknya lebih asik dengan temannya. "Sayang, tidak papa ... Adik Pauline masih kecil, dia masih belum mengerti. Baginya, bermain dengan siapapun akan menyenangkan," ungkap Elizabeth menjelaskan pada sang putra. "Iya Sayang, lagipula kan sekarang sudah di rumah. Exel bisa bermain kapan saja dengan Adik Pauline," imbuh Evan. "Iya Ma, Pa," jawab Exel. Barulah Exel menurunkan
Baca selengkapnya

Bab 224. Tak Semudah itu Menyetujuinya

Setelah kejadian Pauline kabur dari sekolahnya, Elizabeth benar-benar menjaga putrinya itu dengan sangat ketat. Bahkan Evan juga meminta Elizabeth untuk selalu bersama Pauline di sepanjang hari dan tidak meninggalkan ke mana-mana, termasuk pergi bekerja. Hingga siang ini Elizabeth bersama Pauline untuk bertemu dengan Adelaide di sebuah rumah makan. Mereka yang kini tengah berbincang-bincang membicarakan urusan butik. "Del, mungkin aku akan jarang-jarang datang ke butik saat ini. Kemarin Pauline kabur dari sekolahnya, karena tidak ada yang menjaganya," ujar Elizabeth pada sang sahabat. "Ya ampun ... tapi Pauline tidak papa, kan? Kau menemukannya di mana, Elize?" tanya Adelaide. "Dia ditemukan oleh mantan pengasuhnya," jawab Elizabeth sembari mengusap pucuk kepala Pauline. "Memang ya, anakmu yang satu ini sangat nakal sekali!" seru Adelaide menarik pipi kiri Pauline. Ekspresi marah Pauline membuat Adelaide terkekeh gemas. Memang sejak awal, Pauline sudah akrab dengan semua teman-
Baca selengkapnya

Bab 225. Hanya Perasaan Exel saja

Setelah hari berlalu dengan cepat. Elizabeth merasakan banyak waktu yang ia berikan pada kedua anaknya saat ia sudah tidak lagi mengerjakan urusan-urusan butik. Terlebih lagi, Evan juga sering meluangkan waktunya untuk Elizabeth agar istrinya tidak bosan dan jenuh menjaga anak-anaknya. Seperti saat ini, Evan dan Elizabeth menuruti permintaan Pauline yang ingin makan siang di rumah makan mewah. "Akhir-akhir ini Exel tidak pernah ikut dengan kita pergi jalan-jalan," ujar Elizabeth sembari memperhatikan Pauline yang menikmati es krimnya. Evan pun mengangguk. "Dia memilih berlatih basket. Karena itu hobinya yang sangat dia cintai saat ini, Sayang." "Iya, dia memang benar-benar anak yang sangat rajin." Evan dan Elizabeth yang asik berbincang, tiba-tiba perhatian mereka teralihkan saat terdengar suara keributan di depan. Dan beberapa orang juga menatap ke arah luar. Di mana seorang wanita pengantar makanan yang tengah dimarahi habis-habisan oleh seseorang. "Kalau jalan itu pakai mata
Baca selengkapnya

Bab 226. Menyelidiki Sebelum Memutuskan Sesuatu

Keesokan harinya, Elizabeth masih sibuk dengan menikmati hari-harinya yang sempurna bersama si kecil, Pauline. Setelah pulang sekolah hari ini, Elizabeth mengajak putri kecilnya untuk ikut dengannya berbelanja di sebuah supermarket yang berada tak jauh dari sekolah Pauline berada. "Pauline mau beli stroberi yang banyak, Ma," seru Pauline sembari menggandeng tangan Elizabeth. "Iya, Sayang..." Elizabeth mengusap pucuk kepala Pauline dan tersenyum gemas. Mereka berdua hampir saja sampai di supermarket, namun kerumunan perhatian Elizabeth teralihkan saat banyak kerumunan orang di dekat pintu masuk gerbang supermarket. "Ada apa itu, Ma?" tanya Pauline menunjuk ke arah depan sana. "Entahlah, mungkin orang terjatuh, Sayang," jawab Elizabeth menyipitkan matanya menatap ke depan sana. Sampai akhirnya Elizabeth melebarkan kedua matanya saat seseorang menepikan sebuah keranjang makanan yang biasanya dibawa oleh Tania. Pikiran Elizabeth langsung tertuju pada mantan pengasuh anaknya terseb
Baca selengkapnya

Bab 227. Dia Benar-benar Orang Asing!

Seperti yang Evan duga, kalau Jericho adalah seorang ajudan hebat yang bisa dia andalkan kapan saja.Setelah seharian dia pergi entah ke mana, malam ini dia kembali bersama dengan Asgar, mereka berdua menemui Evan dan Elizabeth membawa sebuah berkas berisi tentang pencarian identitas Tania yang sesungguhnya."Bagaimana? Kalian berdua sudah mendapatkan semuanya?" tanya Evan pada Jericho dua ajudannya. "Sudah Tuan." "Kami mendapatkannya dari beberapa orang terdekatnya, dan satu lagi kami mendapatkan dari tempat Tania bergabung agensi untuk menjadi asisten rumah tangga," jelas Jericho menunjukkan beberapa berkas yang ia bawa pada Evan. Evan pun meraih satu berkas itu, dan Elizabeth mendekat ikut membacanya. "Dia juga asli kelahiran Jerman," ucap Elizabeth membacanya. "Benar Nyonya, Tania memang kelahiran Jerman. Tapi saat dia berusia lima tahun, keluarganya membawa Tania ke luar kota, namun saat Tania berusia dua belas tahun, mereka kembali ke Berlin dan Tania tidak pernah ke mana-m
Baca selengkapnya

Bab 228. Wanita Itu Tidak Lagi Menyebalkan

Keputusan membawa Tania untuk kembali bekerja di kediaman Evan dan Elizabeth sudah bulat. Dan kini saatnya Elizabeth dan Evan memberitahu hal tersebut pada Exel. Putranya yang sejak awal sangat-sangat tidak menyukai Tania. Exel baru saja membersihkan tubuhnya dan dia juga sudah makan malam bersama orang tuanya. Kini Exel sedang mengusik Pauline yang tengah bermain. "Exel, ke sini sebentar, Sayang. Mama dan Papa ingin berbicara sesuatu dengan Exel," ujar Elizabeth pada sang putra. "Ada apa, Ma?" tanya Exel langsung mengambil posisi duduk di hadapan Mama dan Papanya. Evan berdehem pelan sebelum menjelaskan. Bahkan ekspresi Exel kini sudah menunjukkan kecurigaan dan rasa penasaran yang tinggi akan sesuatu hal yang mungkin tidak dia sukai. "Sayang, mulai besok, Nanny Tania akan kembali lagi ke sini," ujar Elizabeth pada Exel. Kedua alis tebal Exel langsung bertaut tajam. "Ma—""Jangan menyela ucapan orang tua, Exel," tegas Evan pada sang putra. "Dengarkan penjelasan Mamamu dulu."
Baca selengkapnya

Bab 229. Mabuknya yang Menyebalkan

Hari telah berganti, Evan dan Elizabeth sore ini tengah berada di luar kota. Dan mereka hanya pergi berdua, karena Pauline dan juga Exel menolak untuk ikut dan lebih memilih di rumah bersama Bibi dan James. Elizabeth pun pasti harus menemani Evan dalam acara apapun. Dan kini, mereka berdua sudah sampai di acara pesta yang digelar di sebuah hotel mewah. Sedari tadi, Evan melirik Elizabeth yang terlihat cantik dengan gaun putih panjang yang dia pakai. Namun sayangnya, Evan tidak terlalu menyukai gaun itu. "Apa tidak ada gaun lagi yang bisa kau pakai, selain gaun kurang bahan itu?" tanya Evan menatap Elizabeth yang baru saja berdiri keluar dari dalam mobil. "Apa? Apanya yang kurang bahan? Memang model seperti ini ... cantik bukan? Bagiku gaun ini sudah sopan, roknya juga panjang menutup kedua kakiku, hanya saja memperlihatkan bahunya saja, salahnya di mana?" tanya Elizabeth menatap sang suami. Evan menghela napasnya panjang. Sejak dulu dia paling tidak suka Elizabeth memakai pakaian
Baca selengkapnya

Bab 230. Berhenti Menggodaku, Sayang!

Elizabeth membuka kedua matanya saat merasakan kepalanya berdenyut. Wanita itu berdesis pelan dan ia mengedarkan pandangannya ke dalam kamar di mana ia berada. Perlahan, Elizabeth menghela napasnya panjang saat dia sadar kini tidak di dalam kamarnya. "Hemm ... kenapa aku memakai kemeja milik Evan?" gumam Elizabeth bertanya-tanya. Wanita itu menoleh saat pintu kamar mandi terbuka. Di sana muncul Evan dengan tatapan matanya yang tajam. "Loh, ka-kau ... kenapa kita di sini? Kita tidak langsung pulang ya, semalam?" tanya wanita itu. Wajahnya sangat polos seolah tidak terjadi sesuatu padanya. Evan masih diam hingga Elizabeth bingung. Wanita itu menggaruk pelan kepalanya dan ia menggerutu saat Evan diam tetap menatapnya tanpa mengatakan apapun. "Kenapa dia? Aneh sekali, aku kan hanya bertanya saja?" gerutu Elizabeth menyibakkan selimutnya. "Bagaimana rasanya mabuk, enak?" tanya Evan dengan suara dalamnya. Mendengar pertanyaan sang suami, lantas kedua mata Elizabeth melebar. Wanita i
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2122232425
...
34
DMCA.com Protection Status