Home / Romansa / Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini / Bab 229. Mabuknya yang Menyebalkan

Share

Bab 229. Mabuknya yang Menyebalkan

Author: Te Anastasia
last update Last Updated: 2024-10-17 14:57:46

Hari telah berganti, Evan dan Elizabeth sore ini tengah berada di luar kota. Dan mereka hanya pergi berdua, karena Pauline dan juga Exel menolak untuk ikut dan lebih memilih di rumah bersama Bibi dan James.

Elizabeth pun pasti harus menemani Evan dalam acara apapun. Dan kini, mereka berdua sudah sampai di acara pesta yang digelar di sebuah hotel mewah.

Sedari tadi, Evan melirik Elizabeth yang terlihat cantik dengan gaun putih panjang yang dia pakai. Namun sayangnya, Evan tidak terlalu menyukai gaun itu.

"Apa tidak ada gaun lagi yang bisa kau pakai, selain gaun kurang bahan itu?" tanya Evan menatap Elizabeth yang baru saja berdiri keluar dari dalam mobil.

"Apa? Apanya yang kurang bahan? Memang model seperti ini ... cantik bukan? Bagiku gaun ini sudah sopan, roknya juga panjang menutup kedua kakiku, hanya saja memperlihatkan bahunya saja, salahnya di mana?" tanya Elizabeth menatap sang suami.

Evan menghela napasnya panjang. Sejak dulu dia paling tidak suka Elizabeth memakai pakaian
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 230. Berhenti Menggodaku, Sayang!

    Elizabeth membuka kedua matanya saat merasakan kepalanya berdenyut. Wanita itu berdesis pelan dan ia mengedarkan pandangannya ke dalam kamar di mana ia berada. Perlahan, Elizabeth menghela napasnya panjang saat dia sadar kini tidak di dalam kamarnya. "Hemm ... kenapa aku memakai kemeja milik Evan?" gumam Elizabeth bertanya-tanya. Wanita itu menoleh saat pintu kamar mandi terbuka. Di sana muncul Evan dengan tatapan matanya yang tajam. "Loh, ka-kau ... kenapa kita di sini? Kita tidak langsung pulang ya, semalam?" tanya wanita itu. Wajahnya sangat polos seolah tidak terjadi sesuatu padanya. Evan masih diam hingga Elizabeth bingung. Wanita itu menggaruk pelan kepalanya dan ia menggerutu saat Evan diam tetap menatapnya tanpa mengatakan apapun. "Kenapa dia? Aneh sekali, aku kan hanya bertanya saja?" gerutu Elizabeth menyibakkan selimutnya. "Bagaimana rasanya mabuk, enak?" tanya Evan dengan suara dalamnya. Mendengar pertanyaan sang suami, lantas kedua mata Elizabeth melebar. Wanita i

    Last Updated : 2024-10-17
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 231. Anak-anak yang Merajuk

    Setelah perjalanan beberapa jam yang melelahkan, Evan dan Elizabeth pun sudah sampai di rumah. Mereka disambut dengan wajah kesal Exel dan Pauline yang berdiri di teras siap-siap memarahi Mama dan Papanya. "Hai Sayang ... kenapa memasang wajah cemberut begini, hem?" tanya Elizabeth mendekati mereka berdua. "Mama dan Papa bohong. Katanya langsung pulang, tapi saat kita bangun tidur, Mama dan Papa tidak sampai-sampai!" seru Pauline dengan wajah marahnya yang sangat mirip seperti sang Mama. "Iya. Papa ke mana? Exel juga sudah telpon berkali-kali pakai ponsel Paman Asgar, tapi tidak diangkat juga!" imbuh Exel dengan wajah kesal. Wajah-wajah marah anak-anak ini membuat Elizabeth menelan ludah. Lantas, Evan menyergah napasnya pelan. "Kenapa pula kalian menyalahkan Papa? Harusnya kalian memarahi Mama kalian yang semalam mab—""Tidak!" pekik Elizabeth menyela cepat. Wanita itu langsung mendekati Evan dan membungkam mulut sang suami dengan satu telapak tangannya. Elizabeth memasang waj

    Last Updated : 2024-10-18
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 232. Sebuah Pendekatan

    Siang telah berganti malam. Elizabeth sangat sibuk malam ini, bahkan setelah menidurkan Pauline, wanita itu langsung mengambil laptop dan tablet miliknya untuk membuat desain pakaian. Setelah Adelaide datang ke rumahnya sore tadi, Elizabeth bergegas membuatkan desain busana musim panas terbaru yang mereka targetkan rilis di tahun ini. Nampak Elizabeth yang begitu fokus mengerjakan pekerjaannya di dalam ruangan kerja, dan Evan sesekali menengok istrinya. Evan khawatir, karena Elizabeth jarang begadang, Evan takut bila istrinya nanti jatuh sakit. "Sayang, kau tidak mengantuk, ini sudah pukul satu dini hari," ujar Evan mengetuk pintu ruangan itu. Elizabeth mengangkat wajahnya dan menggeleng. "Kau istirahatlah lebih dulu, masih ada beberapa bagian yang harus aku rapikan," jawab Elizabeth kembali menatap tabletnya. Helaan napas pelan terdengar dari bibir Evan. Laki-laki itu berjalan mendekat dan melihat pekerjaan Elizabeth yang rumit, bahkan Evan sendiri juga bingung, bagaimana bisa i

    Last Updated : 2024-10-18
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 233. Memanjakan Istriku

    "Halo Sayang, Exel mau ikut Mama dan Papa, tidak? Adik Pauline sekarang marah-marah pulang sekolah minta jalan-jalan. Apa Exel mau ikut?" Elizabeth bertanya pada Exel di dalam telepon. Anaknya itu berada di rumah, sementara Elizabeth berada butiknya. Beberapa urusan pekerjaannya pun baru saja rampung. "Tidak Ma. Mama jalan-jalan saja dengan Papa dan Adik Pauline, Exel tidak ikut," jawab Exel di balik panggilan itu. "Yakin? Exel tidak marah, kan?" tanya Elizabeth lagi. "Ya ampun, Mama ... Exel kan sudah dewasa!" pekik anak laki-laki itu di ponsel milik James. Mendengar jawaban putranya, Elizabeth langsung terkekeh. "Baiklah, kalau begitu. Nanti Mama belikan oleh-oleh ... sampai bertemu nanti, Sayang. Mama menyayangimu." Panggilan itu pun langsung ditutup oleh Elizabeth. Wanita itu mendekati Evan dan Pauline yang sudah menunggunya di dalam mobil bersama Jericho juga yang duduk di bangku kemudi. Kalau bukan karena Pauline mengamuk ingin pergi jalan-jalan, mungkin Elizabeth akan la

    Last Updated : 2024-10-18
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 234. Kehangatan ini...

    Keesokan harinya, Elizabeth mengajak Tania untuk pergi berbelanja dan hanya berdua saja. Mereka membeli beberapa bahan-bahan masakan, dan keperluan bulanan yang lainnya. Elizabeth sibuk memilih, dan Tania yang mendorong kereta belanja di belakangnya. "Oh iya, Tan ... bagaimana kabar Ibumu? Apakah sudah sembuh?" tanya Elizabeth pada pembantunya tersebut."Ibu saya sudah lebih baik, Nyonya. Jadi sekarang saya bisa fokus bekerja," jawab Tania. Elizabeth menghentikan mengambil barang, dia menatap Tania sejenak, namun wanita itu menggeleng-gelengkan kepalanya dan menepis rasa ingin tahunya tentang ibu pembantu mudanya itu, dan Elizabeth hanya mengangguk saja. "Syukurlah kalau begitu. Aku juga ikut senang mendengarnya," ucap Elizabeth. "Iya Nyonya." Mereka pun kembali berjalan memilih beberapa barang-barang di sana, Elizabeth nampak memilih sebuah piring keramik yang sangat cantik-cantik. Hingga perhatiannya teralihkan pada Tania yang mengambil sebuah wadah bekal yang berbentuk sepe

    Last Updated : 2024-10-19
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 235. Mereka Mulai Dekat

    Kediaman Evan dan Elizabeth sangat sepi setelah semua seisi rumah itu pergi dengan kesibukan masing-masing. Di rumah itu hanya ada Tania dan satu pembantu lainnya yang sudah sedikit lebih tua. Mereka pun bersama-sama membersihkan rumah. "Loh, Tan ... ini bekalnya siapa tidak dibawa?" tanya Bibi menoleh pada Tania. "Bekal?" Tania mengerutkan keningnya dan melihat bekal di atas meja. Bekal itu berada dalam wadah yang kemarin Tania belikan, itu milik Exel. Dan Tania ingat betul, bagaimana Exel sangat menyukai tempat bekal baru yang kemarin dia belikan. Wanita itu meletakkan kain lap yang dia bawa dan berjalan mendekati meja makan. "Ini punya Tuan Kecil, Bi. Berarti dia tidak membawa bekal sama sekali, dan pulangnya selalu saja sore. Kasihan dia..." Tania mulai merasa cemas. "Iya. Tapi mau bagaimana lagi? Jarak dari sekolah Tuan Kecil ke rumah kan jauh sekali. Belum lagi di rumah sekarang tidak ada orang," jelas Bibi menghentikan pekerjaannya dan memperhatikan Tania. Tania menghel

    Last Updated : 2024-10-19
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 236. Kedekatan Exel dan Tania, Kegelisahan pun Muncul

    Dengan bantuan sang Mama, Exel pun kini telah menyiapkan sesuatu yang ingin ia berikan pada Tania. Anak laki-laki itu berjalan menuju ke paviliun milik Tania. Dengan langkah yang sangat pelan, Exel berdiri di depan pintu paviliun. Di tangannya terdapat satu box kue keju yang tadi sore dia beli bersama Elizabeth. "Bibi Tania..." Exel mengangguk Tania. "Bibi, ini Exel!" Tidak ada jawaban atau sahutan sama sekali dari dalam sana. Mau tidak mau, Exel pun membuka pintu paviliun tersebut. Di dalam sangat senyap dan sepi, entah di mana Tania saat ini. "Di mana Bibi Tania?" lirih Exel berjalan dengan pelan-pelan dan menoleh ke kanan dan ke kiri mencari-cari. Anak laki-laki itu berjalan ke arah kamar Tania, dan Exel menghentikan langkahnya saat dia melihat Tania berada di dalam sana. Wanita itu tengah menatap sebuah gambar dalam figura foto dan tersenyum mengusap-usapnya. "Pertemuan ini tidak pernah aku sangka-sangka, ini semua seperti mimpi indah yang telah lama aku tunggu," ujar Tani

    Last Updated : 2024-10-19
  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 237. Sayang, Jangan Khawatir

    Keesokan harinya, Elizabeth menjemput Exel bersekolah bersama Pauline dan Evan. Setelah Pauline membeli beberapa mainan baru, anak itu antusias menunggu Kakaknya di sekolah. Hingga Exel baru saja keluar dari sekolahnya, dan langsung bergegas masuk ke dalam mobil. "Kakak, lihat ... Mama belikan mainan ini buat Pauline. Kita main sama-sama kalau sudah di rumah, ya," ujar Pauline menatap sang Kakak. Exel tersenyum dan menggeleng. "Tidak bisa, Kakak ada janji dengan Bibi Tania. Kakak mau mendengarkan Bibi Tania bercerita lagi," ujar Exel menolak ajakan sang adik. "Yahh ... Pauline sudah beli dua, ini buat Kakak Exel yang warna biru." Pauline menyerahkan mainannya pada sang Kakak. "Tidak bisa, Pauline. Kakak kan sudah bilang!" seru Exel. Elizabeth menoleh ke belakang di mana anak-anaknya berada. Ia menatap Exel yang baru kali ini menolak ajakan bermain dari adiknya. Tidak biasanya Exel membuat adiknya bersedih. Anak laki-laki itu padahal selalu menomorsatukan Pauline dalam segala ha

    Last Updated : 2024-10-20

Latest chapter

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 511. (PAULINE STORY) Pemilik Hatiku yang Sebenarnya

    Setelah pergi jalan-jalan, Xander mengajak Pauline dan Alicia ke rumahnya. Pauline pikir Xander tetap tinggal di rumah lamanya, tapi ternyata ia salah, Xander telah memiliki rumah sendiri yang jauh lebih megah. Kini, Pauline melangkah masuk ke dalam rumah. Ia berjalan di belakang Xander yang melangkah di depannya sembari menggendong Alicia yang terlelap dalam dekapannya. "Kak, tidurkan di sofa saja, tidak apa-apa," ujar Pauline tidak enak hati. "Kenapa harus di sofa? Di lantai satu banyak kamar, lantai dua juga ada," jawab Xander sambil berjalan menaiki anak tangga. "Tapi kan—""Anggap saja rumah ini rumahmu sendiri, Sayang," sela Xander. Panggilan Sayang yang Xander lontarkan membuat Pauline terdiam. Ia teringat saat beberapa tahun lalu, Xander memanggilnya dengan panggilan itu dan terdengar sangat romantis. Sampai akhirnya Pauline kembali melangkah naik mengikuti Xander. Mereka masuk ke dalam sebuah kamar. Kamar bernuansa abu-abu dan putih, memiliki ranjang king size di teng

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 510. (PAULINE STORY) Hubungan yang Dulunya Retak, Kini Terjalin Kembali

    Pauline terus merenung setelah ia mendapatkan nasihat dari sang Papa. Diamnya membuat Xander yang kini bersamanya pun tampak tak biasa. Laki-laki itu memperhatikannya dan ikut merasakan ada yang lain dengan Pauline. "Kenapa diam saja?" tanya Xander menatapnya dan menarik lengan Pauline sambil memangku Alicia. Pauline menoleh cepat dan menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa. Emm ... hanya berpikir cuacanya semakin dingin." "Ya, tapi Alicia tidak mau pulang," jawab Xander menahan Alicia yang ada di pangkuannya dan tampak masih ingin bermain lagi di taman. Anak kecil perempuan itu mendongak dan menggelengkan kepalanya. "Ma, Alicia masih mau main sama Papa, nanti kalau Papa pulang, biar Alicia tidak menangis lagi," ujar anak itu. Pauline tersenyum dan mengangguk. "Iya, Sayang. Main sepuasnya di taman, ditemani Papa. Mama akan di sini memperhatikan kalian." Jawaban yang Pauline berikan membuat Xander terdiam dan menatapnya dengan dalam. Rasanya seperti tidak biasa melihat ekspres

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 509. (PAULINE STORY) Pauline, Bukalah Pintu Hatimu untuk Xander

    Suara gema tangisan Alicia menggelegar di dalam rumah Evan. Alicia marah saat ia bangun tidur, Xander tidak ada di sana, hingga membuat anak itu menangis mencari sosok yang ia panggil 'Papa' tersebut. Tangisannya membuat semua orang heboh pagi ini. Sampai Evan dan Elizabeth ikut berusaha menenangkannya cucu kesayangannya. "Sayang, sudah jangan menangis ... nanti Papa Xander akan ke sini, kok," bujuk Elizabeth menggendong Cucunya. "Huwaa ... maunya sekarang, Oma! Alicia maunya sekarang! Huwaa ... Papamu di mana?!" jerit Alicia menangis. Sedangkan Pauline kini berada di lantai dua, gadis itu tengah mencoba menghubungi Xander. Namun hingga berkali-kali panggilannya tidak dijawab oleh Xander meskipun terhubung. Pauline sampai mondar-mandir dengan kepala pening. Sejak petang dia menggendong Alicia yang rewel mencari Xander. "Mama!" pekik Alicia dari lantai satu. "Huwaa ... Mama!" Gegas Pauline turun ke lantai satu dan segera mendekati putrinya yang kini berjalan ke arahnya sambil me

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 508. (PAULINE STORY) Sebuah Restu

    Pauline dan Xander sampai di wahana akuarium raksasa. Di sana, Alicia terlihat sangat senang. Bahkan anak itu tidak mau turun dari gendongan Xander sejak mereka sampai. Tak hanya diam, Pauline pun sesekali mengambil momen dengan membuat video tentang Alicia yang digendong oleh Xander. "Wahh ... Papa! Itu ikannya besar!" pekik anak perempuan itu menunjuk seekor ikan di dalam akuarium raksasa. "Itu ikan apa, Papa?" "Itu ikan paus, Sayang," jawab Xander. "Ikan paus juga punya Mama dan Papa, juga?" tanyanya dengan polos. "Tentu saja punya," jawab Xander terkekeh. Pauline berdiri di samping Xander dan wanita itu menunjukkan gerombolan ikan-ikan cantik di sana. "Itu bagus ya," ujarnya. "Hm." Xander mengangguk. "Apa kau tidak pernah jalan-jalan saat Prancis?" "Tidak pernah. Alicia sangat nakal. Aku pernah mengajaknya ke taman bermain saat itu, hanya berdua, tapi aku awalnya ingin membiarkannya mendapatkan teman, tapi baru beberapa menit, belum ada satu jam sudah jat

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 507. (PAULINE STORY) Sosok Laki-laki yang Setia

    Pauline menuruti keinginan Alicia yang meminta jalan-jalan bersama Xander pagi ini. Meskipun situasi tampak canggung yang terjadi antara Xander dan Pauline saat ini, namun justru Pauline lah yang banyak diam, karena Xander sibuk berbincang dengan Alicia. "Papa, jadi lihat ikan lumba-lumba kan, Papa?" Anak perempuan kecil itu duduk di pangkuan sang Mama dan menoleh pada Xander yang tengah mengemudi. "Jadi dong, Sayang. Papa kan sudah janji dengan Alicia," jawab Xander terkekeh. "Asikk...! Nanti pulangnya kita beli es krim ya, Pa..." "Iya, Sayang." Xander tersenyum manis menatap wajah Alicia yang terlihat begitu berbinar berbunga-bunga. Anak perempuan itu menyandarkan kepalanya di dada sang Mama. Pauline menoleh pada Xander yang kini tampak begitu bahagia. Ia tidak tahu banyak tentang laki-laki ini selama lima tahun terakhir. Hanya saja, setahu Pauline kalau Xander memang belum menikah atau memiliki pasangan. "Kau tidak sibuk kan, hari ini?" tanya Pauline memecah keheningan. "Sa

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 506. (PAULINE STORY) Sosok Papa yang Diinginkan Alicia

    Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Alicia tampak sudah bangun dan anak itu terlihat jauh sangat bersemangat. Pauline tidak tahu apa yang membuat anaknya begitu antusias, di sisi lain ia hanya pandai menebak kalau kemungkinan besar Xander lah yang membuat Alicia begitu senang."Mama ... ayo cepat, Alicia mau mandi!" pekik anak itu memanggil Pauline yang masih sibuk di dapur. "Mama...!" "Iya, Sayang sebentar!" Elizabeth terdengar menyahuti teriakan cucu kesayangannya. Sampai tak lama kemudian barulah Pauline muncul dan wanita muda itu naik ke lantai dua menemui si kecil yang langsung memasang wajah protes karena Mamanya terlalu lama. "Kenapa, Sayang? Tumben jam segini sudah bangun, hm?" Pauline langsung mengangkat tubuh Alicia dan mengecupi pipinya."Mama, Alicia mau mandi, terus ganti baju yang bagus warna merah muda!" serunya, antusias. "Alicia juga mau pakai sepatu yang merah muda, pakai jepit yang lucu, Mama..." Pauline terkekeh mendengarnya. "Memangnya Alicia mau ke mana, Saya

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 505. (PAULINE STORY) Alicia Ingin Punya Seorang Papa

    Sementara di dalam kamar, Pauline panik saat ia terbangun dari tidurnya, wanita muda itu tidak menemukan putrinya. Padahal sudah jelas-jelas tadi saat ia tertidur, Alicia ada di sampingnya. "Ya ampun, ke mana Alicia malam-malam begini!" pekik Pauline kebingungan. Wanita muda bertubuh langsing itu berjalan membuka pintu kamar mandi, dan anaknya tidak ada. Pauline menoleh ke arah pintu kamarnya yang terbuka. Buru-buru Pauline keluar dan ia berjalan ke lantai satu. Di sana sepi, hanya ada suara beberapa orang di ruang tamu. Sampai Pauline berjalan ke depan dan kemunculannya disambut oleh Papa dan Kakaknya, juga rekan-rekannya. "Pa ... Papa melihat Alicia?" tanya Pauline panik.Evan menunjuk ke arah depan dengan dagunya. Laki-laki itu tampak tidak ragu dengan Xander, apalagi saat Evan tahu, selama Pauline pergi, Xander masih setia sendiri dan dia bilang kalau suatu saat dia kukuh ingin menemukan Pauline. Evan benar-benar melihat kesungguhan itu, hingga ia tidak membuat jarak antara

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 504. (PAULINE STORY) Sosok Papa untuk Alicia

    Hari sudah malam, Pauline tertidur nyenyak memeluk Alicia. Tetapi anak kecil itu belum juga terlelap. Alicia memeluk botol susunya dan diam menatap ke arah langit-langit kamarnya sambil mengoceh sendiri. "Mama capek, Alicia nakal terus, jadi Mama bobo cepat-cepat..." Anak itu mengerucutkan bibirnya. "Alicia mau punya Papa yang baik, biar seperti Kakak kembar. Emmm, Papanya Alicia pergi jauh dibawa Tuhan," ocehnya dengan mata lebarnya yang mengerjap. Anak bertubuh mungil dengan balutan piyama hangat berwarna ungu muda itupun perlahan-lahan merangkak turun dari atas ranjang. Alicia berjalan membawa botol susunya dan keluar dari dalam kamar, setelah ia tahu pintu kamar tidak ditutup rapat. Dengan langkah kecilnya, anak itu berjalan menuruni anak tangga. "Aduh ... aduh ... anak tangganya sangat banyak. Alicia harus hati-hati. Satu, dua, satu, dua!" seru anak itu dengan suara mungilnya. Tampak di ruang tamu, beberapa orang laki-laki yang tengah berada di sana, sibuk membahas pekerja

  • Suamiku, Mari Akhiri Pernikahan Ini   Bab 503. (PAULINE STORY) Siapa Papanya Alicia?

    Napas Pauline tercekat saat ia melihat sosok Xander berdiri di depannya dengan ekspresi yang sama kagetnya dengan Pauline. Belum lagi Alicia yang kini memeluk kaku Xander dan anak itu berisik terus meminta gendong. "Om, itu Mamaku, ayo ... Alicia mau gendong. Katanya kalau bertemu Alicia mau digendong lagi! Ayoo, gendong!" pekik Alicia berjinjit-jinjit mengulurkan tangannya pada Xander.Lamunan Xander buyar karena anak itu, ia menunduk dan tersenyum pada Alicia. "Iya, Sayang..." Xander langsung menggendong Alicia dan mengangkat tubuh mungil itu dalam pelukannya sebelum ia berjalan mendekati Pauline yang masih diam membeku di tempatnya. Alicia tersenyum lebar memeluk leher Xander dan menyandarkan kepalanya di sana. "Om, Alicia kok tahu kalau Alicia di sini?" tanya anak itu. "Tentu saja Om tahu, Sayang," jawab Xander. Pauline mengerjapkan kedua matanya dan napasnya terengah tiba-tiba. Ia tercengang melihat pemandangan di hadapannya saat ini. Sejak kapan Alicia dekat dengan Xand

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status