Home / Romansa / Bittersweet Revenge / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Bittersweet Revenge: Chapter 111 - Chapter 120

165 Chapters

BR ~ 111

Anggun berdiri mematung di depan ranjang rumah sakit, pandangannya tertuju pada tubuh Sabda yang terbujur kaku. Selimut putih membalut tubuh itu dengan tenang, dingin, dan tidak bergerak. Keheningan di dalam ruangan terasa asing, tanpa ada suara alat medis yang biasa menyertai.Perlahan, tangan Anggun terulur, menyentuh jemari Sabda yang terasa dingin dan tidak bernyawa. Sentuhan itu menyalurkan rasa pahit yang menyelinap ke dalam dada. Anggun menggigit bibir, menahan desakan tangis yang tidak kunjung datang. Air mata seolah enggan menyapa karena kesedihan yang dirasakannya begitu dalam.Anggun hanya bisa menatap hampa, pada sosok beku yang kini hanya meninggalkan sebuah kenangan. Berharap ada keajaiban, yang mungkin bisa membangkitkan gerak sekecil apa pun dari pria yang mencintainya.Namun ... tidak ada.Hanya ketenangan yang memekakkan, membungkus ruang itu dengan kepastian bahwa Sabda telah pergi, tidak akan pernah kembali.“Kenapa?” Dengan suara yang nyaris tidak terdengar, Anggun
Read more

Free Chapter ~ 112

Anggun menatap lelah ke arah Elsa yang berdiri di halaman kediaman Wisesa. Tatapannya kosong, enggan untuk mendekat atau sekadar menyapa. Luka hatinya masih terlalu dalam, karena baru kehilangan Sabda. Untuk itulah, ia lebih baik menjauh daripada harus merasakan kepahitan yang semakin dalam.Kehadiran Elsa di rumah duka tidaklah salah. Namun, bagi Anggun, wanita itu adalah pengingat dari pahitnya semua tindakan kejam yang dilakukan Regan. Membuat rasa sakit di hatinya seolah bertambah tiap kali ia memandang wajah Elsa. Pun dengan April.“Anggun.” Elsa segera menghampiri dan menyapa, meskipun serba salah menyelimuti dada. “Tan–”“Jangan sekarang, Tante.” Anggun terus berjalan melewati ruang tamu dengan kursi rodanya. “Langsung ke kamarku, Sus,” pinta Anggun pada suster yang berada di belakangnya.Elsa tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak hanya Anggun yang tidak mau bicara dengannya, tetapi Syifa pun juga enggan menemuinya. Wanita itu masih berada di kamar, setelah pingsan karena tidak kuas
Read more

BR ~ 113

“Yang sabar ya ...” Kimmy memeluk Anggun dengan erat dan mengusap punggung wanita itu sebentar. Ketika mengurai pelukannya, Kimmy segera menarik kursi teras di samping rumah agar bisa duduk di sebelah Anggun. “Hari pertama aku ke sini, tapi rumah pak Bud penuh sama pelayat. Aku nunggu sepi, biar bisa bicara sama kamu.”“Makasih.” Anggun tersenyum kecil. “Tamu pak Budiman sama Bu Syifa memang banyak banget. Aku malah khawatir mereka kecapekan.”Hingga tujuh hari kepergian Sabda, kediaman Wisesa masih saja dikunjungi oleh rekan dan para sahabat Budiman, maupun Syifa. Namun, di antara semua orang yang datang, Regan sama sekali tidak berani menampakkan diri. Hanya pengacaranya saja yang datang dan menyampaikan rasa dukanya yang mendalam.“Moga mereka sehat-sehat aja,” ujar Kimmy sambil menatap taman di samping rumah yang begitu asri. Ia sedikit canggung, karena situasi duka yang meliputi wajah Anggun masih begitu ketara.Meskipun Anggun mencoba menyematkan senyum, tetapi wajah sembabnya m
Read more

BR ~ 114

Di dalam ruang rapat yang terasa tegang, mayoritas pemegang saham duduk dengan wajah penuh keraguan. Suara bisik-bisik memenuhi ruangan, membicarakan segala sesuatu tentang citra Regan yang rusak akibat kasus hukumnya. Tidak hanya citra Regan yang rusak, tetapi perusahaan juga terkena imbasnya.Sementara di sudut meja rapat yang berbentuk persegi panjang, Wahyu duduk tegap. Menyaksikan dan memperhatikan reaksi semua orang dengan seksama. April duduk di sampingnya, berusaha tenang meskipun jelas terlihat ketegangan di wajahnya.“Dengar.” Wahyu membuka suara, mencoba menguasai ruangan dengan nada yang tegas. “Saya paham dengan kekhawatiran semua orang yang hadir di sini. Pak Regan memang sedang menjadi sorotan negatif, tapi kita harus melihat kemampuan yang dimiliki bu April. Dia sudah menunjukkan kapasitasnya dalam beberapa proyek besar perusahaan. Jadi, apa lagi yang harus diragukan?”“Tapi bu April, anak pak Regan,” sahut Steve. Pria yang sebagian sahamnya pernah dibeli oleh Wahyu. “
Read more

BR ~ 115

Banyak mata menyoroti kehadiran Anggun di Kalingga Tower. Dari ia memasuki lobi, hingga berada di lantai direksi. Anggun tahu, mereka tidak hanya memperhatikan, tetapi berkasak-kusuk di belakang karena pamornya di perusahaan memang tidak terlalu baik. Semua yang dilakukannya pada Regan dan keluarganya beberapa waktu, membuat citra Anggun benar-benar tercoreng.Namun, Anggun tidak pernah mau peduli.“Bilang ke April saya ada di sini,” titah Anggun berhenti di sisi meja sekretaris di depan ruangan April. Sebenarnya, Anggun bisa saja langsung menerobos masuk ke ruangan wanita itu. Namun, ia sudah tidak mau mencari masalah dan ingin mengakhiri semuanya agar tidak ada lagi rasa dendam di masa depan. Seperti kata Wahyu.“Tapi, Bu—”“Ini perintah,” ucap Anggun meraih gagang telpon lalu menyerahkan pada sekretaris April. “Bilang ke dia, saya ada di sini.”Sang sekretaris tidak lagi berkomentar. Ia segera menghubungi atasannya dan menuruti perintah Anggun.“Silakan masuk, Bu,” ujar sang sekr
Read more

BR ~ 116

Di lobi gedung pengadilan, suasana terasa lebih tenang dibandingkan saat sidang sebelumnya. Darwin dan Budiman berdiri di samping istri mereka, menatap Anggun yang duduk di kursi roda dan memberi senyum kecil. Hasil restorative justice telah diumumkan, dan meskipun mereka dinyatakan bersalah, proses ini membawa sedikit kelegaan bagi semua pihak.Tidak ada lagi beban yang mengganjal, karena setelah ini Darwin dan Budiman akan bersiap menjalani hukuman.Perihal kasus tes DNA, Regan pun mendapatkan ganjaran yang sama. Anggun tidak terlalu mempermasalahkan kasus ini, karena hanya akan fokus pada kecelakaan yang melibatkan Regan di dalamnya.“Cuma tiga bulan,” ucap Budiman pada Syifa. “Tolong sabar sebentar.”“Kami bukannya nggak bisa minta keringanan lagi,” sambar Darwin ingin menjelaskan. “Tapi, ada opini publik yang harus tekan.”“Itu aja, pasti ada yang nyinyir,” tambah Budiman. “Karena tiga bulan terlalu sedikit.”“Kita nggak perlu dengar omongan orang,” pinta Syifa mengusap lengan su
Read more

BR ~ 117

“Selamat.” Wahyu mengulurkan tangan dengan formal pada April. Setelah perbincangan alot dalam rapat pemegang saham, akhirnya wanita itu terpilih untuk memimpin Grup Kalingga dengan perbedaan suara yang sangat tipis dengan pesaingnya.“Selamat untuk apa?” April menepis pelan tangan Wahyu dan enggan menyambutnya. Kendati ada rasa lega setelah mengukuhkan kekuasaannya, tetapi April tidak bahagia. “Papaku masuk penjara dan kita lagi proses cerai. Kamu pasti senang.”Wahyu memberi senyum kecil pada pemegang saham yang berpamitan silih berganti. Tidak menanggapi ucapan April, karena masalah tersebut hanya untuk dikonsumsi mereka berdua.Setelah tidak ada lagi yang menghampiri, barulah Wahyu membuka suara. “Bukan cuma papamu yang masuk penjara, tapi papaku dan om Budiman juga. Mereka pantas ada di sana, karena sudah berbuat kecurangan.”April berdecak dan menggeleng menatap Wahyu. Pria pujaan hatinya itu, semakin terasa dingin dan menjaga jarak dengan April. Semakin April kejar, semakin pria
Read more

BR ~ 118

“Wahyu!” April segera melangkah cepat menghampiri Wahyu, yang baru berbelok di lorong menuju kamar tempat Regan dirawat. “Kami nggak dibolehkan masuk nengok papa.”Wahyu mengangguk pelan pada Elsa, yang tampak gelisah berdiri di depan kamar khusus tempat Regan dirawat. Sorot matanya memancarkan kekhawatiran dan kesedihan yang mendalam, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa.Selain Anggun yang sejak lama tak pernah lagi ia temui, Wahyu juga tidak pernah bersua dengan Elsa maupun April. Apalagi setelah akta cerai resmi keluar, semua ikatan yang pernah ada di antara mereka seolah lenyap seketika. Tidak ada lagi alasan bagi Wahyu untuk berada di sekitar kedua wanita itu, kecuali situasi darurat seperti ini.“Sabar,” ucap Wahyu berhenti di depan kamar yang dijaga oleh satu orang pihak berwenang. “Saya Wahyu Sadhana,” ucapnya pada pria tegap yang berdiri di samping pintu. “Salah satu tim pengacara ...”Ucapan Wahyu menggantung di udara, ketika melihat pintu ruangan yang ditempati Regan terbuka.
Read more

BR ~ 119

Anggun menatap foto pernikahannya dengan Sabda yang masih terpajang di ruang tamu kediaman Wisesa. Senyum bahagia yang tampak begitu tulus di wajah pria itu, membuat banyak kenangan kembali berputar di ingatan. Sentuhan tangan Sabda, pelukannya, dan semua tentang pria itu bisa membuat Anggun merasa bahagia. Walaupun, banyak hal yang tidak sejalan dan hal itu terkadang membuatnya kesal.Ada luka yang belum juga sembuh, serta rindu yang tidak akan pernah lagi bisa menyatu. Rasa kehilangan yang begitu nyata, sehingga membuat semua sesal terasa tidak berguna.“Bumil, ini sudah malam, istirahat.”Suara Desty yang memecah keheningan secara tiba-tiba, membuat Anggun terkesiap. Sambil berbalik, ia reflek menyentuh dada dan mengatur napasnya yang tiba-tiba memburu.“Tante ...”Desty terkekeh dan segera menghampiri Anggun. Mengusap perut wanita itu lalu berujar, “Maafin eyang, yaaa. Mamamu sampe kaget.”“Tante tumben pulang malem?” tanya Anggun yang tampak lelah tetapi gurat bahagia masih ters
Read more

BR ~ 120

Wahyu tidak langsung pergi ketika sudah berada di mobilnya. Menatap teras kediaman Wisesa sembari memikirkan banyak hal. Termasuk, saran yang telah disampaikan Desty padanya untuk pergi dari Jakarta.Hal itu memang sudah menjadi bagian dari rencana Wahyu. Ia hanya menunggu waktu yang tepat untuk pergi, yakni ketika Regan divonis hukuman seumur hidup terkait kasus hukum kecelakaan yang telah merenggut nyawa. Kemudian, menunggu Budiman dan Darwin sudah stabil dengan posisi mereka, setelahnya, Wahyu berniat meninggalkan Jakarta dan memulai lembaran baru.Namun, sebelum semua itu terjadi, ia akan memastikan semua berjalan dengan baik-baik saja. Tidak hanya dengan keluarga besarnya, tetapi juga dengan Kalingga agar tidak ada lagi dendam yang mencuat di kemudian hari.April sudah berutang pada Anggun, karena turut andil menjadikan wanita itu sebagai pengganti Regan. Karena itulah, masalah di antara kedua sepupu itu akhirnya sudah mereda.Sebelum menyalakan mesin mobilnya, Wahyu mengambil po
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
17
DMCA.com Protection Status