Home / Pernikahan / Skandal dengan Mertua / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Skandal dengan Mertua: Chapter 11 - Chapter 20

35 Chapters

Bab 11

POV IkaKukira Karyo curiga dengan jawaban yang ku berikan tadi, ternyata dia tak menanyakan apapun. Sekarang dia sedang bersiap-siap bersama Iwan dan Azka untuk pergi ke pemancingan.Sebenarnya aku juga ingin ikut bersama mereka, siapa tahu bisa menjadi jalan agar hubunganku dan Mas Karyo membaik. Masih ada sejumput harapan kalau keadaan keluarga kami akan membaik. Meskipun aku bahkan belum tahu bagaimana cara menghadapi bapak mertuaku nanti. "Berangkat dulu ya, Bu" Karyo tersenyum. Mereka sudah siap di atas motor. Anak-anak sudah kegirangan sejak tadi, melambaikan tangan berkali-kali padaku. "Ibuu, besok-besok ikut, yaa" ajak Azka. "Asyik di sana bisa main pasir" aku hanya tersenyum dan melambaikan tangan. Batinku berharap, semoga memang ada hari esok untuk kita ber empat. Aku kembali masuk ke dalam rumah setelah motor mas Karyo pergi. Ponselku sedang berdering. Ada nama Bapak Mertua di sana. Tiba-tiba rasa enggan menggelayuti ku. Apa
last updateLast Updated : 2024-07-07
Read more

Bab 12

"Pak mau beli es" rengek Iwan membuat Karyo geram. Sudah tiga kali Iwan merengek minta makan. Padahal dari tadi mereka sudah membeli berbagai minuman dan makanan. Ia jadi heran kayaknya anak bungsunya itu ngantuk bukannya lapar. "Iwan mau bobo yah?" tanya Karyo memastikan. "Iya, Pak. Iwan ngantuk." Pantas saja kalau anak kecil itu mengantuk sebab kakaknya sudah meminta pulang sejak tadi. Pasalnya dari pulang sekolah mereka langsung ikut ke pemancingan dan langsung bermain pasir. Badan mereka pasti sudah lelahdan sudah menuntut untuk diistirahatkan.Karyo menggendong Iwan. Azka mengikutinya di belakang menuju ke parkiran motor dekat warung. Seorang wanita keluar dari warung dan menyambut kedatangan mereka. "Sudah mau pulang?" wanita cantik itu bertanya dengan lembut. Senyum manis tersungging dari bibirnya yang merah. "Sudah, ini kayaknya pada ngantuk, capek" jelas Karyo sambil memperhatikan penampilan wanita di depannya. Pulasan m
last updateLast Updated : 2024-07-08
Read more

Bab 13

Beberapa baju dipilih dan dimasukkan ke dalam tas besar yang akan dibawa ke Kota. Tiket pemberangkatan sudah dipegang. Besok jam 9 pagi Ika harus sudah ada di stasiun. Membeli tiket gampang saja, berpamitan kepada anak-anak lah yang susah. Mereka menangis kencang ber jam-jam. Anak-anak mulai bisa tenang waktu Ika berjanji kalau ia akan mengirim banyak uang dari kota sehingga mereka bisa membeli banyak mainan. "Ibu, Ika nitip anak-anak, ya. Ika cuma takut kalau mereka sakit" Ika menunduk meminta ijin pada ibunya. Ibunya menarik nafas panjang, enggan berkomentar perihal rumah tangga anaknya. Dari dulu Ika tak pernah ia ijinkan merantau karena ia khawatir pergaulan bebas di kota besar. Rasa kecewa tak bisa ia sembunyikan karena setelah menikah Ika malah memilih untuk merantau. Ia kecewa pada keputusan Ika tapi ia bahkan lebih kecewa pada menantunya yang kini duduk di pojok ruang tamu tanpa suara. "Karyo, anakku belum pernah m
last updateLast Updated : 2024-07-09
Read more

Bab 14

SDM bab 14Ika mondar mandir di dalam bedeng. Ia malu untuk keluar dan bertemu dengan Bi Ijah. Bahkan di hari pertama ia bekerja, ia harus mengalami hal memalukan seperti ini. Walaupun ia sadar kalau cepat atau lambat mungkin sebagian orang akan sadar hubungannya dengan bapak mertua meskipun sebisa mungkin ia menutupinya. Disamping rasa gelisah yang saat ini menghantui, sisi gelapnya yang lain berkata kalau baguslah jika Bi Ijah sudah tahu, paling nggak dia nggak harus berpura-pura di hadapan orang yang akan ia temui setiap hari. Berbekal rasa itu, ia memberanikan diri untuk masuk ke warung. Bi Ijah terlihat sedang mengaduk kopi untuk pekerja di depannya. Mata Ika langsung tertuju pada wortel dan kobis di lantai. Ia teringat perintah Bi Ijah. Ika duduk mengupas wortel. Berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Pekerja proyek di depan menatapku tanpa berkedip. Rasanya risih sekali, seperti ada yang mengamati dari atas ke bawah. "Siapa nih Bi Ijah?" Ta
last updateLast Updated : 2024-07-10
Read more

Bab 15

"Kalau ngomong yang sopan, Gus." Kata Bi Ijah tiba-tiba muncul dari dapur dengan membawa gorengan yang baru matang. Agus hanya tertawa cekakakan, "bercandaa, Bii." Meskipun Agus hanya menanggapinya dengan santai, tapi tidak dengan Ika. Tangan Ika gemetar, ada sakit yang tak bisa ia jelaskan. "Harusnya aku merasa sakit hati karena harga diriku disenggol, tapi kenapa aku malah merasa tersindir karena faktanya aku memang menjual tubuhku untuk uang" batin Ika. Ia juga merasa tidak nyaman dengan si Agus itu. Sejak ia di sini, Agus sudah berkali-kali berkali-kali tidak sopan. Padahal kan mereka baru kenal. Ika pikir apa memang sifat Agus yang ceplas-ceplos kalau ngomong, atau apa Agus tahu sesuatu tentang Ika. Kenapa kata-kata Agus selalu menyindir Ika? Meskipun Ika merasa terganggu dengan ulah Agus, ia merasa kalau ia harus kuat menghadapi berbagai perilaku orang-orang kota yang mungkin banyak yang nyeleneh. Ia tidak bis
last updateLast Updated : 2024-07-12
Read more

Bab 16

"Reyhan? Kamu Reyhan temenku waktu SD apa bukan? Aku Ika. Alika. SD Jogowarno. Inget nggak?" Aku meletakkan piring sarapan di depan lelaki itu. Aku tak menyangka bisa bertemu dengan teman lama di sini. Sudah lama sekali rasanya. Apa dia inget yah? Jangan-jangan wajahku berubah karena sudah punya anak 2 begini. "Eh, Alika ya. Iya inget. Dari tadi aku sedang mengingat-ingat, kok kayak kenal yah. Tapi aku lupa nama kamu. Kita satu kelas yah dulu? Kok kamu kerja di sini?" tanya Reyhan. "Iya ini, Han. Kok aku juga baru lihat kamu di sini. Biasanya makan di mana?" Tanyaku. "Oh kemarin aku puasa. Terus buka puasa di luar bedeng. Ada teman yang traktir." Ia mulai menyantap sarapan didepannya. Ia terlihat sangat lahap. Aku tersenyum. Aku masih ingat kalau Reyhan memang anak Pak Kyai di desaku dulu sebelum menikah. Yang aku heran kenapa dia kerja di proyek begini sedangkan ia bisa bekerja di desa karena sawah orang tuanya sangat ban
last updateLast Updated : 2024-07-13
Read more

Bab 17

PoV Karyo Selepas telpon Ika dimatikan tadi malam, aku sama sekali tak bisa memejamkan mata. Rasa iba kepada istriku karena ia harus pergi merantau demi keluarga ini sebenarnya sangat menyakitkan ku. Terlebih Ika memang tidak pernah diperbolehkan oleh ibunya merantau semenjak masih gadis. Sekarang, karena keadaan, aku malah mengizinkannya pergi. Banyak orang bilang kalau sudah mengizinkan istri untuk bekerja jauh maka harus siap dengan kehilangan, atau perceraian. Bagiku hubungan kami tak akan pernah seperti itu. Aku akan berusaha mempertahankannya meskipun keadaan kami sekarang seperti ini. "Bapaaak, baju Azka kok belum disetrika?" teriak Azka dari dalam kamarnya. Teriakan demi teriakan di pagi hari sangat membuat jengah sebenarnya. Kadang Azka minta dibikinkan PR, baju yang terselip, kaus kaki yang lupa dicuci atau bahkan Iwan yang merengek minta sarapan padahal ia masih mengucek matanya yang penuh kotoran. "Iya nanti bapak
last updateLast Updated : 2024-07-14
Read more

Bab 18

Dertt Derrt Getaran telepon membangunkan Karyo. Tangannya meraba di sekitar bantal, ketemu. Ia melihat sekilas, ada nama ibu mertua di sana. "Halo, Bu." "Halo! Kamu di mana Karyo?" Suara tinggi ibu mertuanya membuat kesadarannya kembali penuh. "Ya Allah! Aku malah ketiduran di pemancingan!" seru Karyo dalam hati, "Aduh! Anak-anak pasti ada sama Ibu." "Halo!" suara diujung telepon kembali melengking. "Iya, Bu. Karyo mau pulang ini." Tut. Telepon segera ia matikan. "Gimana aku bisa ceroboh begini," ia pukul kepalanya sendiri seraya matanya menyapu keadaan sekitar, ia ada di ruang belakang warung sendirian. Wanita yang bersamanya benar-benar telah membuainya sampai ia terlelap. "Mas, sudah bangun? Siapa yang menelpon?" suara wanita itu terdengar nyaring dari luar. Ada juga suara orang-orang yang bercakap-cakap. Ku ayunkan kaki keluar, ia sedang bersandar di meja sambil melemparkan senyum manis pada Karyo. Lelaki itu menggaruk-garu
last updateLast Updated : 2024-07-15
Read more

Bab 19 Fakta Mengejutkan

POV Karyo"Ayu itu temanmu?" Aku benar-benar terkejut mendengar penuturan Jannah. Bagaimana mungkin Jannah bisa berteman dengan Ayu. Apakah Ayu selama ini menceritakan hubungan mereka. Jangan-jangan Mas Yono juga sudah tahu. "Iya. Dia temenku, temen deket waktu sekolah," entah alasan apa, seketika aku jadi merasa gelisah. "Hati-hati sama dia, Mas. Dia memang cantik, tapi dia bisa licik!" serunya. Mataku membulat mendengar seruan adik iparku itu. Sudah lama aku menjalin hubungan dengan Ayu. Hubungan kami tak punya nama. Hanya saja aku memang selalu ingin ke sana dan memadu kasih dengannya dan tak pernah ada harapan lebih untuk sampai menyebutnya pacar. Karena setahuku ia juga menjalin hubungan yang sama dengan lelaki lain juga. "Sudah banyak korbannya, dari dulu. Dia bercerita sendiri, Mas. Aku nggak mengada-ada." Aku jadi teringat waktu pertama kali bertemu dengan Ayu, entah ada magnet apa, wanita yang mengeringkan matanya padaku tiba-tiba
last updateLast Updated : 2024-07-16
Read more

Bab 20 Bapakku Hobi Selingkuh

SDM 20 "Kamu kayak nggak tahu Bapak aja, Yo," ujar Yono seraya duduk tegak di depan Karyo. "Sebentar ya, aku ambil kopi dulu biar melek." Yono bangkit dan berjalan menuju dapur sedangkan Karyo sejak tadi menatapnya dengan mata melotot. "Sialan! Ditungguin dari tadi malah ada saja halangannya," batin Karyo. Suara jangkrik terdengar sangat nyaring. Rumah Yono berada di dekat sawah jadi udara terasa sangat dingin. Tadinya ini tanah orang tua Jannah, beberapa bulan setelah menikah Yono dan Jannah memutuskan untuk membangun rumah di atasnya. Meskipun tadinya pernikahan mereka ditentang, tapi aku salut dengan Yono yang membangun rumah tangganya dari nol, dan tentunya berhasil membuat Jannah yang liar jadi wanita rumahan. "Nih ngopi dulu!" Ia meletakkan secangkir kopi hitam pekat di depanku. Wanginya membuat mata langsung melek, adrenalin sedikit mengendur. "Kamu minum sana, Mas! Biar melek matanya, dari tadi ditanya ngelantur mulu," kataku pada Mas
last updateLast Updated : 2024-07-17
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status