Semua Bab Suamiku, Mari Kita Bercerai: Bab 11 - Bab 20

135 Bab

11. Dua Jenis Madu

Setibanya Rachel dan Ariana di kediaman kakeknya Nicholas, seorang pelayan langsung membukakan pintu utama yang besar dan kokoh untuk mereka. Ketika mereka memasuki ruang tamu, suara tawa pelan terdengar. Di sana, Katrina duduk dengan anggun di sofa, mengenakan gaun elegan berwarna pastel. Wajahnya dirias natural, seolah dia adalah gadis polos yang tidak mengenal dunia kelab malam. Dia memasang tawa manis saat mendengar cerita kakek Nicholas Begitu mendengar suara Rachel yang datang menyela pembicaraan seru mereka, Nenek Nicholas langsung menoleh ke arah Rachel dan Ariana. “Oh, kalian juga datang,” katanya tersenyum ramah kepada Rachel. Namun senyumnya memudar ketika tatapannya jatuh ke arah Ariana. Rachel tersenyum tipis. " Rachel datang membawakan madu Sidr untuk Mami dan Papi,” terangnya sembari memberikan buah tangan yang dibawanya ke salah seorang pelayan yang berdiri di dekatnya. Dia segera menarik lengan Ariana untuk segera ikut bergabung, duduk bersama keluarga Nathan. Me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-01
Baca selengkapnya

12. Jawaban Nicholas

Setelah menerima informasi dari sopir Nicholas yang menjemput suaminya itu di bandara, keesokan malamnya Ariana menunggu kepulangan Nicholas. Ada banyak pertanyaan di benaknya yang ingin dia tanyakan kepada Nicholas. Tentang keluarganya, tentang Katrina yang ternyata dalam proses pemulihan. Pintu terbuka, dan Nicholas melangkah masuk dengan langkah berat. Wajahnya menunjukkan kelelahan, tetapi ekspresinya tetap kaku dan tidak menunjukkan emosi. Bibi Helen membawakan koper Nicholas ke kamar, sementara Nicholas hanya melirik Ariana sekilas sebelum melewati ruang tamu menuju kamarnya. Ariana mengumpulkan keberanian dan mengikuti langkahnya. Mendengar suara langkah kaki Ariana yang mengikutinya, Nicholas berhenti di depan pintu kamarnya. Dia menoleh ke arah Ariana dan berkata, “untuk apa kau mengikutiku ke kamar?" Nicholas bertanya dengan nada dingin. Sebelum menjawab, Ariana menunggu Bibi Helen keluar dari kamar Nicholas setelah meletakkan kopernya. Setelah Bibi Helen pamit meninggalka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-02
Baca selengkapnya

13. Keisengan Ariana

“Kau akan menangis?” ledek Nicholas, bibirnya melengkung menjadi senyum sinis. “Memohonlah padaku.” Ariana berdiri, perlahan melangkah mendekati Nicholas dengan wajah yang tampak memelas, seakan ingin memenuhi permintaan suaminya untuk memohon. Nicholas yang melihat itu semakin tersenyum angkuh. Ariana dan keluarganya bergantung kepadanya, dan dia menikmati kekuasaannya itu. “Aku akan melakukan apa pun yang kau pinta, bisakah kau meninggalkan Katrina?” tawar Ariana, suaranya penuh harap. Dia pasrah untuk menurunkan egonya, berdamai dengan Nicholas demi keluarganya dan demi ibu mertuanya. Nicholas mengangkat sebelah alisnya dengan skeptis. “Bagaimana dengan pria simpananmu?” Ariana tertegun, kebingungan terukir di wajahnya. “Pria apa?” tanyanya, terkejut dan bingung mendengar tuduhan itu. Nicholas menyeringai, “Oh, jadi kau tidak tahu tentang pria itu? Aku hanya ingin tahu, di antara kami, siapa yang lebih baik dalam berciuman?” “Apa maksudmu? Aku hanya pernah berciuman denganmu!”
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-03
Baca selengkapnya

14. Inspeksi Mendadak Kakek

Nicholas dan Ariana saling berpandangan dengan mata membelalak. Suasana di ruang makan mendadak berubah kaku saat Kakek Nicholas, Tuan Henry Nathan, berdiri di ambang pintu dengan ekspresi terkejut. Di sampingnya, Nenek Nicholas, Nyonya Eleanor Nathan, tampak hampir pingsan karena keterkejutan. Satpam penjaga rumah, yang biasanya sangat ketat, telah membiarkan Tuan Henry dan Nyonya Eleanor langsung masuk karena mengenal keduanya. “Kakek, Nenek!” Nicholas berusaha menyembunyikan rasa kagetnya di balik senyum. Sementara Ariana merasakan darahnya berhenti mengalir. Dia tidak pernah menyangka bahwa Kakek dan Nenek Nicholas yang tidak pernah berkunjung tiba-tiba datang ke rumah mereka. Apa yang akan terjadi padanya? Dia terciduk telah menodai keturunan Nathan. Nenek Eleanor memandang Nicholas dengan khawatir. “Apa yang terjadi dengan wajahmu, Nicholas?” tanyanya sembari meneliti wajah cucunya yang dipenuhi coretan tinta hitam. Ariana, yang ketakutan, merapatkan tubuhnya ke meja. Nicho
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-04
Baca selengkapnya

15. Akting Penuh Totalitas

Wajah Nicholas dan Ariana hampir bersentuhan, terkejut oleh kedekatan mereka dan berusaha menjauh secepat mungkin. Namun, pagi itu mereka sedikit lambat dalam merespons, dan akhirnya menyadari kehadiran Kakek dan Nenek di sana. Nicholas mengambil inisiatif dan mencium bibir Ariana. Meskipun terkejut, Ariana membalas ciuman itu dengan cepat. ‘Ini bagian dari akting,’ pikirnya. “Ehem!” suara Kakek Henry memecah momen itu. “Inilah alasan kenapa kami seharusnya tidak datang pagi-pagi,” canda Kakek sambil tertawa. Nicholas dan Ariana saling memandang dengan canggung. Nicholas kemudian menatap Kakek dan Neneknya. “Benar,” katanya dengan nada datar. Kakek Henry mengakhiri sarapannya dan berdiri. “Ayo Ele, tampaknya kita mengganggu kemesraan cucu kita.” “Baiklah, ayo kita pulang,” sahut Nenek Eleanor sambil tersenyum pada Ariana. “Kami hanya singgah sebentar.” Melihat Kakek dan Nenek Nicholas berdiri, Ariana ikut berdiri. “Kakek, Nenek. Nicholas bercanda. Tinggal lah lebih lama,” pinta A
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-05
Baca selengkapnya

16. Duel Adalah Maut

Nicholas yang keluar dari lift berjalan tergesa-gesa masuk ke ruangannya.. Sekretarisnya, Clarissa, langsung mengikuti Nicholas sambil membawa beberapa dokumen dan tablet di tangan. "Selamat pagi, Pak Nicholas," sapa Clarissa dengan senyum profesional. "Ini jadwal Anda untuk minggu depan." Dia menyerahkan tablet-nya kepada Nicholas. Nicholas mengangguk, mengambil tablet tersebut dan mulai membacanya. "Apakah ada hal penting yang perlu kuketahui?" tanyanya sambil tetap fokus pada layar tablet. Clarissa mengangguk. "Ya, Pak," jawabnya yakin sebelum lanjut menjelaskan, "Hari terapi nona Katrina minggu depan bertepatan dengan hari ulang tahun Nyonya. Apakah Bapak ingin mengosongkan jadwal di hari itu seperti tahun sebelumnya? Atau menambahkan jadwal di pagi harinya untuk menemani Nona Katrina?" Nicholas berhenti sejenak, lalu mengangkat pandangannya. "Jadwalkan aku ke rs pagi hari, setelahnya atur jadwal seperti biasa," kata Nicholas dengan tenang. Clarissa mencatat dengan cepat. "Bai
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-05
Baca selengkapnya

17. Sang Makcomblang

Ariana terpaksa memblokir nomor Nicholas untuk sementara, agar suaminya itu tidak kembali menghubunginya dan melakukan perdebatan tidak penting yang ujungnya hanya ingin mencemooh dan menghinanya. Setelah memastikan bahwa nomor Nicholas telah diblokir, Ariana menghela napas panjang dan melangkah keluar dari rumah. Dia pergi ke kampus dengan taxi online. Dia tidak ingin memancing keributan dengan mertuanya, jika tahu menantunya naik ojek. Setibanya di kampus, Ariana berusaha memasang senyum, menyembunyikan semua beban di balik penampilan profesionalnya. Teman-temannya telah menunggunya di sana, mereka akan pergi ke kantor kepala desa untuk membicarakan rencana kegiatan pengabdian. Mereka pergi dengan menggunakan mobil Sarah, dosen hukum. Dalam perjalanan menuju kantor kepala desa, Sarah membuka obrolan tentang kehadiran dosen baru di fakultasnya "Eh, kalian tahu nggak, ada dosen muda baru di fakultasku," katanya dengan nada penuh semangat. "Ada gosip terbaru?" tanya Diana, dosen ek
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-05
Baca selengkapnya

18. Bibi Helen Penghianat?

“Hallo, Ariana,” sapa Katrina dengan senyum manisnya, duduk di atas kursi rodanya. Di sebelahnya, Bibi Helen berdiri dengan nampan berisi semangkuk sup panas di tangannya. Ariana mengerutkan kening dan berjalan mendekati Katrina. Meskipun dia sudah berusaha move on, kenyataan bahwa orang ketiga dalam pernikahannya kini berada di rumahnya membuat darahnya kembali mendidih. Sorot matanya tajam ketika dia bertanya, "apa yang kau lakukan di sini?" Katrina melirik Bibi Helen sejenak sebelum menjawab dengan senyum lemah lembut yang tampak tidak berdosa. "Nicholas bilang dia kurang enak badan dan ingin sup buatanku. Untungnya, ada Bibi Helen yang membantu." ‘Bibi Helen? Pengkhianat bangsa!’ pikir Ariana, merasakan penghianatan yang lebih dalam. Ariana memaksakan senyum tipis di wajahnya. “Oh, jadi kau sudah tidak sabar untuk menjadi istri Nicholas, rupanya.” Katrina tampak seolah terkejut dan bingung. "Ariana, aku tidak bermaksud begitu. Tolong, jangan salah paham,” katanya dengan nada
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-06
Baca selengkapnya

19. Susu Pisang

Tangan kanan Ariana semakin erat menggenggam ponselnya yang menampilkan layar sedang memanggil Kakek Henry. Dengan napas yang berat, Ariana menekan tombol untuk membatalkan panggilan. Tadinya dia berpikir ingin menemui mereka dengan dukungan Kakeknya Nicholas, tetapi kini semuanya tampak akan konyol. Di balik pintu yang sedikit terbuka, Ariana merasakan gelombang emosi yang menghempas dirinya. Deklarasi Nicholas barusan menyadarkannya sekali lagi bahwa dia adalah orang ketiga dalam hubungan Nicholas dan Katrina. Dia tahu itu, tapi mendengar sendiri dari mulut Nicholas, hatinya terasa jauh lebih sakit. Sesuatu yang tidak bisa dia kendalikan. Ariana berjalan pelan menuju kamarnya. Dia berjalan menuju tempat tidurnya, membiarkan tangannya yang gemetar menyentuh permukaan seprai. Setiap detak jantungnya mengirimkan sinyal nyeri yang menyebar ke seluruh tubuhnya. Saat mendengar cerita Katrina dia tidak sesakit saat ini, karena masih ada celah keraguan dan harapan Nicholas tidak se
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-07
Baca selengkapnya

20. Konsultasi dengan Pengacara

Keesokan harinya, sesuai dengan jadwal konsultasi yang diterimanya melalui email, Ariana memasuki gedung kantor firma hukum dengan langkah pasti, meski perasaan cemas tergambar jelas di wajahnya. Dia merapikan kemeja lengan panjang yang dikenakannya sebelum menekan tombol lift menuju lantai delapan. Begitu pintu lift terbuka, Ariana disambut oleh resepsionis yang ramah. "Selamat pagi, Bu Ariana. Silakan menuju ke ruang tunggu, Pak Andrian akan segera menemui Anda," katanya dengan senyum ramah. Ariana mengangguk dan melangkah menuju ruang tunggu yang nyaman, dilengkapi dengan sofa kulit berwarna cokelat tua. Tak lama kemudian, seorang pria berkemeja biru langit lengat panjang muncul dari pintu kayu besar di ujung ruangan. "Ibu Ariana, silakan masuk," sapa Andrian, pengacara yang akan menangani kasusnya. Ariana berdiri, merapikan rambutnya sedikit, dan mengikuti Andrian masuk ke ruang kantornya. Ruang kerja Andrian terkesan formal namun hangat, dengan dinding yang dihiasi beberapa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-08
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
DMCA.com Protection Status