"Nai ... siapa?" tanya buliknya begitu Naima ke dapur."Teman, Bulik," sahut Naima sambil tersenyum."Yang bener?" selidik Sri dengan mata memicing.Naima hanya tersenyum menanggapi, lalu mulai menuangkan gula dan kopi hitam ke dalam cangkir."Ganteng, Nai ... mobilnya bagus," kagum Sri yang mengintip dari sela gorden pembatas antara dapur dan ruang tamu di mana Dewa duduk di sana."Bela ke mana, Bulik?" tanya Naima mengalihkan topik."Diajak si Ardi beli bakso, tadi katanya udah wa kamu tapi gak dibuka," jawab Sri tanpa menoleh. Tatapannya masih terpaku pada Dewa yang duduk sambil memainkan ponselnya."Iya, hp Nai mati," Naima lalu membawa kopi yang sudah dia buat ke depan, Sri dengan girang mengekor ikut ke depan."Diminum, Mas," tawar Naima meletakkan kopi yang masih mengepulkan asap itu di hadapan Dewa.Dewa mendongak lalu tersenyum, "terimakasih, Nai," "Monggo diminum, Mas," sambung Sri ramah."Terimakasih, Bu, maaf merepotkan," "Eh, cuma air saja, ndak repot." jawab Sri sambi
Baca selengkapnya