Semua Bab TERJEBAK MALAM PANAS DENGAN SANG PEWARIS: Bab 11 - Bab 20

32 Bab

Perdebatan

"Kamu harus mau menikah, Dewa! Mami tidak mau tahu, pokoknya tahun ini kamu harus menikah!" Dewa memijit pelipisnya yang terasa berdenyut sakit. Semakin sakit lagi saat mendengar paksaan dari ibunya yang terbaring lemah di bed rumah sakit ternama. "Sebenarnya Mami tuh sakit apa, sih?" tanya Dewa geram dengan ocehan sang bunda sejak beberapa menit setelah Dewa sampai di ruang rawatnya. "Mami sakit gara-gara mikirin kamu, Dewa! Kamu anak Mami satu-satunya, tapi sampai umur setua ini belum mau menikah. Kamu ini normal apa enggak sih, Dewa?" balas maminya tak mau kalah. "Dewa baru 30 tahun, Mam! Masih muda, masih pengen bebas ngapain aja!" seru Dewa tak terima dikatakan tua oleh ibunya. "Mau sampai kapan, Dewa? Mau tunggu Mami mati dulu baru kamu mau menikah?" Sergah maminya dengan tatapan tajam. "Mam, kenapa sih yang dibahas ini terus? Dewa bosan, Mam," bantah Dewa kesal. "Bulan depan kamu harus menikah sama Yasmin!" putus Bu Erika membuat Dewa melotot tak percaya. "Mam--
Baca selengkapnya

Tega

"Jadi apa maksunya, Budhe?" cecar Naima menatap tajam ke arah kakak dari ayahnya yang menunduk tepat di depannya.Setelah sedikit berdebat dengan orang yang katanya pemilik rumah baru Naima itu, mereka memutuskan mendatangi rumah Rumi untuk mencari kebenaran."Yu Rum tahu 'kan rumah itu milik Naima dari ibunya, kenapa kalian lancang sekali menjual rumah itu?" sambung Hadi juga turut merasa kesal.Bagaimana tidak kesal, sejak dulu kakaknya itu selalu berbuat semaunya sendiri. Harta warisan dari orang tua mereka sudah dibagi rata, tetapi bagi wanita yang berusia 3 tahun lebih tua dari Hadi itu selalu merasa kurang.Namun yang lebih membuat Hadi marah adalah rumah yang mereka tempati sejatinya adalah rumah mendiang Ratna, istrinya. Tidak ada andil apapun Hadi di sana, sebab sebelum menikah Ratna sudah lebih dulu dibuatkan rumah itu oleh orang tuanya."Selama ini Nai percaya sama Budhe karena Nai tidak memiliki keluarga lain yang bisa Nai percaya. Nai setuju untuk menitipkan sertifikat be
Baca selengkapnya

Sampai di Jogja

"Namanya Naima, dia bekerja di salah satu restoran milik Pak Erlangga. Dia tinggal di perumahan pinggir kota bersama ayah dan adiknya. Adiknya salah satu siswa SMP terpadu tak jauh dari tempat tinggal mereka." Dewa mangut-mangut mendengar informasi yang dia mau dari Julian, asisten pribadinya. "Tapi--" "Oke," Dewa memutus panggilan teleponnya sepihak sebelum Julian selesai memberi informasi, karena dia harus segera masuk ke pesawat. Menarik koper kecil, lalu berjalan lebih cepat masuk ke dalam pesawat. Malam ini, Dewa akan terbang menuju Jogja untuk memulai misi pertama pencariannya. Dewa begitu yakin dia bisa mematahkan perjodohan yang maminya lakukan dengan perempuan bernama Yasmin itu. Dengan keyakinan akan bisa menemukan gadis yang pernah diamanahkan kepadanya oleh almarhum ayahnya. Malam semakin merangkak saat burung besi yang dia tumpangi mendarat di kota yang berjuluk kota pelajar itu. "Den Dewa," sapa utusan sang eyang untuk menjemputnya di bandara. Dewa hanya
Baca selengkapnya

Memulai misi pencarian

"Apa Eyang tahu sesuatu?" Eyang Surti terdiam sejenak, lalu kembali menaikkan cangkir tehnya mendekat ke bibir."Eyang tidak tahu, Le," ucap Eyang Surti lalu meneguk tehnya perlahan."Sejak kabar kebangkrutannya, Hadi tidak pernah lagi datang ke sini. Kabar terakhir yang Eyang dengar, waktu istrinya meninggal. Sayangnya, tidak ada yang tahu alamat pasti Hadi di mana." lanjutnya kembali menatap Dewa."Dari siapa kabar terakhir yang Eyang dengar itu?" tanya Dewa berharap ada petunjuk."Namanya Diman, mantan karyawan di tempat usahanya dulu yang kebetulan adalah saudara dari salah satu pekerja Eyang." jawab Eyang Surti lagi."Lalu, di mana dia sekarang, Yang?""Sudah meninggal," Bahu Dewa merosot, merasa jalan untuk menemukan gadis anak sahabat ayahnya telah buntu."Tapi kamu bisa coba cari di daerah Ambarukmo, siapa tahu masih ada yang mengenal Hadi di sana. Dulu, Hadi punya toko batik terbesar di sana, siapa tahu masih ada yang mengingatnya." beritahu Eyang Surti menerbitkan kembali
Baca selengkapnya

Titik terang

"Gak usah mengada-ada kamu, Dewa!" sentak Erika saat Dewa mengirimkan video calon menantu pilihannya yang sedang bermesraan dengan lelaki lain.Sontak, maminya langsung melakukan panggilan video dan langsung mengomelinya. Dewa terkekeh pelan dan semakin mendekat ke arah Yasmin yang masih bergelayut manja di lengan teman prianya."Ini baru satu, Mi, belum yang lainnya," kikik Dewa mengarahkan kamera ke arah Yasmin.Yang sedang di sorot pun sontak menoleh saat mendengar suara di belakang tubuhnya. Seketika Yasmin melepaskan rangkulannya begitu melihat Dewa berdiri beberapa langkah saja di belakangnya."Dewa?" kejutnya berubah pias, saat terdengar pula suara Erika."Gimana, Mi, masih gak percaya?" ledek Dewa menatap Yasmin dengan tatapan merendahkan."Dewa--, Tante--" Yasmin bangkit berdiri hendak meraih ponsel Dewa tetapi segera ditepis oleh Dewa. Pun dengan panggilan video yang sedang berlangsung juga Dewa akhiri. Membuat Erika mengomel sendiri di seberang sana."Dewa, kenapa bisa di s
Baca selengkapnya

Tak sengaja bertemu

Dewa tersentak menatap orang yang dia tabrak sampai jatuh terduduk. Ya, orang itu adalah Naima. Naima meringis lalu berusaha bangun dari duduknya."Kamu ...." kejut Dewa segera membantu Naima untuk berdiri.Naima tak kalah terkejut melihat Dewa ada di hadapannya. Sesaat keduanya terdiam, Naima menunduk sembari membersihkan debu di bagian belakang tubuhnya, dia pun baru menyadari kalau sikunya terluka saat menahan bobot tubuhnya waktu terhempas cukup kencang tadi.Dia kurang fokus saat berjalan, pun dengan Dewa yang juga fokus kepada ponselnya."Kamu kenapa di sini?" tanya Dewa memecah kebisuan keduanya."Saya--""Sikumu berdarah, sebentar saya ambil obat di mobil," sela Dewa saat menyadari ada luka di siku Naima.Tanpa menunggu jawaban Naima, Dewa kembali melangkah ke mobilnya lalu mencari kotak obat di sana. Setelah menemukannya Dewa segera kembali, lalu membawa Naima masuk ke dalam kafe yang menjadi tujuannya tadi.Setelah membayar minumannya sendiri, Dewa tak lupa memesan satu lag
Baca selengkapnya

Mulai akrab

Naima menatap ikan koi yang beraneka warna dengan ukuran yang besar dan jumlah yang tak sedikit itu dengan mata berbinar. Dulu ... Dulu sekali saat usaha ayahnya berjaya dan mereka tinggal di kompleks perumahan yang berada tak jauh dari tempat usaha ayahnya, dia pernah juga memelihara ikan jenis itu dalam jumlah banyak.Ikan-ikan itu berenang kesana-kemari membuatnya begitu gemas, apalagi ukurannya yang besar-besar.Begitu sampai di rumah itu, Naima memang menolak untuk ikut masuk ke dalam dan memilih menunggu Dewa di halaman samping kiri yang terdapat kolam ikan dalam ukuran besar.Di dalam rumah, Dewa sedang berbicara serius mengenai teman ayahnya yang dia cari. Arya mengarahkan Dewa untuk mendatangi rumahnya dan melihat langsung semua berkas jual beli toko batik milik orang yang Dewa cari itu.Dan di sanalah dia, duduk berhadapan dengan istri Arya dengan menatap satu persatu berkas-berkas yang mungkin bisa menjadi petunjuk untuknya."Semua berkas masih lengkap, Mas," ujar Ayumi, is
Baca selengkapnya

Mari kita pacaran!

Sepanjang perjalanan, Dewa berdecak kagum dengan luasnya hamparan kebun teh di kanan dan kiri jalan. Dia tak menyangka masih ada tempat seindah itu."Ini luar biasa, Nai?" kagumnya untuk yang ke sekian kalinya. Naima terkekeh pelan di sampingnya."Ini pas mendung, Mas, coba pas cerah, akan lebih indah dari ini." ujar Naima membuatnya menoleh."Iyakah? Kalau begitu saya mau menginap di tempatmu saja, besok pagi pasti jauh lebih indah," ucap Dewa asal membuat Naima mencebik."Saya saja numpang di rumah orang," cebiknya."Kalau mau menginap, tuh di atas sana ada penginapan. Bagus juga kok, kayak Vila gitu," lanjut Naima memberitahukan."Iyakah? Fix, saya mau nginap, tapi kamu temani saya, ya?" tawar Dewa tanpa merasa berdosa."Mas Dewa pikir saya perempuan apaan? Meskipun saya pernah jual diri saya, tapi itu adalah untuk yang pertama dan terakhir kalinya," sahut Naima tersinggung dengan tawaran Dewa.Mendengar suara ketus Naima sontak Dewa menoleh dan mendapati wajah Naima merengut. Seke
Baca selengkapnya

Hanya kagum!

"Nai ... siapa?" tanya buliknya begitu Naima ke dapur."Teman, Bulik," sahut Naima sambil tersenyum."Yang bener?" selidik Sri dengan mata memicing.Naima hanya tersenyum menanggapi, lalu mulai menuangkan gula dan kopi hitam ke dalam cangkir."Ganteng, Nai ... mobilnya bagus," kagum Sri yang mengintip dari sela gorden pembatas antara dapur dan ruang tamu di mana Dewa duduk di sana."Bela ke mana, Bulik?" tanya Naima mengalihkan topik."Diajak si Ardi beli bakso, tadi katanya udah wa kamu tapi gak dibuka," jawab Sri tanpa menoleh. Tatapannya masih terpaku pada Dewa yang duduk sambil memainkan ponselnya."Iya, hp Nai mati," Naima lalu membawa kopi yang sudah dia buat ke depan, Sri dengan girang mengekor ikut ke depan."Diminum, Mas," tawar Naima meletakkan kopi yang masih mengepulkan asap itu di hadapan Dewa.Dewa mendongak lalu tersenyum, "terimakasih, Nai," "Monggo diminum, Mas," sambung Sri ramah."Terimakasih, Bu, maaf merepotkan," "Eh, cuma air saja, ndak repot." jawab Sri sambi
Baca selengkapnya

Bukankah dia pun sama?

Naima nampak terkejut mendengar cerita buliknya, tetapi tidak dengan Bela karena gadis itu sudah menduganya sejak awal. Berawal dari story wa kakak sepupunya itu yang kerap pamer barang-barang mewah juga postingan liburan ke berbagai tempat."Kalau gak ada bukti bisa jadi fitnah lho, Buk," tegur Tarno lagi."Ada, Pak ... anak-anak sini semua sudah pada tahu, kok. Pantesan aja dia gak pernah pulang ke sini 'kan?" sahut Sri lagi."Iya, aku juga sering lihat story wa dia, kok, Bulik," ujar Bela dengan santai."Tuh, kan ... berarti selama ini benar kalau si Rita itu jadi wanita gak bener," cerocos Sri lagi."Belum tentu, Buk, bisa saja si Rita itu bergaya dari duit hasil gadaikan sertifikatnya Naima," debat Tarno lagi."Seberapa, sih, hasil pinjam di Bank itu, Pak? Paling banter juga 500 juta, sama hasil jual rumah Naima itu gak sampai 1M, tapi gayanya si Rita udah kayak artis ibu kota saja. Ya bebelian barang mewah, perawatan kecantikan, jalan-jalan terus bahkan sampai ke luar negeri. D
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status