Home / Romansa / Mempelai yang Tak Diharapkan / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Mempelai yang Tak Diharapkan: Chapter 131 - Chapter 140

188 Chapters

Mencari jawaban.

"Bagaiamana jika aku minta kamu tinggalkan Tari, apa kamu akan lakukan?" Satya menatap Tari sendu, dalam hati dia berharap Tari akan mengatakan sesuatu dan tidak membiarkan papanya mengintimidasi Satya. Memaksa dirinya harus memilih antara Tari dan perusahaan. Bagaimanapun Satya tidak bisa egois. Banyak karyawan yang bergantung pada perusahaannya. Namun sampai beberapa detik Tari hanya diam saja, menatap Satya datar. Tqk punya pilihan Satya pun harus menjawab. "Saya harap Papa tidak akan lupa dengan janji Papa yang tidak akan melibatkan perusahaan jika terjadi sesuatu antara aku dan Tari. Dan sampai hari ini saya masoh percaya dengan janji itu," Ibra mendengus lalu menganggukkan kepalanya, tentu saja pria itu ingat dengan apa yang sudah diucapkannya. Bukan berniat ingkar namun dia jug harus memastikan kebahagiaan putri bungsunya. Ibra masih ingat dengan jelas seteguh apa menantunya itu menolak bantuanya dan lebih memilih menjual semua aset pribadinya untuk menutupi kerugian
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

Menginap di rumah mertua

Pagi ini setelah selesai sarapan Tari membawa putrinya untuk duduk bersantai di balai kayu yang ada di teras. Suasana pagi yang sejuk membuat Sabia yang sudah mulai sehat itu anteng dengan mainannya tanpa merasa kegerahan padahal cuaca Beberapa bulan ini sedang panas-panasnya. Sudah dua hari Satya pergi dan sampai saat ini tidak ada kabar apapun darinya. Lagi-lagi Tari merasa kecewa, sikap.. Satya tak seserius ucapannya. Ditolak sekali sudah tak mau berusaha lagi. Satya sepertinya lupa jika pernah berjanji akan sabar menghadapi sifat Tari bahkan rela dihina setiap hari demi untuk menebus dosanya di masalalu. Namun apa? Hanya karena teman lamanya Satya bahkan sampai menatap Tari dengan tajam. Hal yng tudak pernah dilakukan setelah kembali rujuk. Namun sesungguhnya Tari juga merasa lebih lega dengan sikap acuh Satya. Jujur saja, kali ini hatinya sulit untuk memaafkan Satya. Tari benar-benar kecewa. Harga dirimya sebagai wanita sudah diinjak-injak sampai hancur lebur. Pria maca
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more

Menginap di rumah mertua

"Tunggu sebentar ya Mbak, saya ambilkan minum." Bik Surti segera pergi setelah mengantar Tari dan Sabua masuk ke dalam kamar Satya. Meski enggan Tari pun mengangguk. Sebenarnya tadi setelah mendengar ucapan Farhan Tari berniat pergi tapi bik Surti menahannya. "Jangan pergi, Mbak. Ikut saya nanti saya cerotakan semuanya," ucap bik Surti beberapa menit yang lalu sambil menarik tangan Tari naik kelantau atas. Sebuah dengusan kasar keluar dari mukut Tari. Di pandanginya setiap sudut kamar yang sudha lama sekali tidak disambanginya ini. "Mama...mam.... " oceh Sabia menggeliat minta turun. Balita yang sudah mulai lancar berjalan itu begitu aktif. Kaki kecilnya langsung melangkah mendekati ranjang dan menarik-narik sprei kasur. "Eh.... gak boleh gitu sayang..." Tari memegangi tangan Sabia. "Dilepas dulu jaketnya," ucapnya sambil membuka resleting jaket Sabia. Setelahnya mengangkat putrinya naik ke atas tempat tidur. Diambilkannya beberapa mainan yang memang selalu dibawa di da
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

Luapan emosi Tari.

Belum selesai Tari dan bik Surti bicara suara perdebatan di bawah sana berubah menjadi pertengkaran. Suara bentakan dan teriakan terdengar sampai kamar membuat Tari merasa sangat bersalah. "Astaghfirullah...." ucapnya sambil merengkuh putrinya. "Bik, bagaimana ini Bik? Saya pulang aja ya Bik,...gara-gara saya mereka jadi betengkar." Wajah Tari berubah pucat. Sepanjang hidupnya tidak pernah sekalipun dia mendengar orang tuanya bertengkar sampai saling bentak. "Jangan," cegah Bibi panik. "Maksud Bibi, Mbak Tari tunggu situasinya tenang dulu," sambungnya sambil memenangi tangan Tari. Karena bingunh, Tari pun menurut saja. Di dekapnya Sabia erat-erat saat kembali terdengar teriakan dari bawah sana. "Bukan Tari yang lebay Tapi kita yang salah!!" Suara Aisyah membentak. "Aninndya sudah melakukan kesalahan, dia harus bertanggung jawab." "Tarus saja bela keponakan manjamu itu sampai kamu kehilangan anak-anakmu," teriak Farhan tak mau kalah. "Sikap Papa yang membela Anindya i
last updateLast Updated : 2024-11-03
Read more

Kekecewaan Farhan

"Sampai kapan kamu akan terus mempermalukan Papa di depan keluarga Rahadian?" tanya Farhan pada sosok putrinya yang hanya menundukkan kepalanya. Di ruang tengah hanya ada Farhan dan Anindya, sedang Aisyah langsung masuk kamar setelah Satya dan Tari pergi. Wanita kalem itu sudah dangat lelah dan kecewa pada suami dan putrinya itu. "Haruskah Papa menanggung malu sampai Papa mati, baru kamu akan puas?" Mendengar ucapan papanya yang penuh kekecewaan Anindya pun mengangkat kepalanya. Matanya memerah dan mulai mengembun. "Tidak, Pa. Aku tidak sejahat itu," ujar Tari. "Iya, aku salah. Aku memang yang menyebarkan fitnah itu tapi aku kan sudah minta maaf. Aku juga tidak tahu jika masalah akan sampai sebesar ini." Anindya tidak tahu lagi harus berbuat apa? Dia memang yang menyebarkan fitnah itu tapi dia juga tidak punya kuasa untuk mengendalikan agar orang-orang tidak membahas fitnah itu dan menyebarkan ke yang lain. Iya, jika saat membahas fitnah itu ada Anindya, dia pasti akan
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

Penjelasan.

"Dan kenapa kamu masih meyimpaan foto ini? Meletakkannya rapi di atas meja kerjamu." Untuk sesaat Satya tertegun. Pria tampan itu terdiam untuk beberapa detik dengan pandangan yang tak lepas dari sosok wanita cantik yang ada di depannya itu. Semenjak tadi Tari seolah tidak begitu peduli dengan penjelasannya. Terlihat tidak biasa-biasa saja, bukan seperti Tari kemarin yang sangat emosi karena masalah ucapan Karina. "Jawab, kenapa diam saja?" ujar Tari lagi seperti tidak sabar. Satya tersentak lalu mengerjabkan matanya beberapa kali dan setelahnya malah tersenyum lebar. Mendadak dadanya terasa lega dan hatinya dipenuhi rasa bahagia. Bukan Satya tidk tahu jika bik Sarti sudah memberi penjelasan pada Tari, hanya saja Satya tidak berpikir jika penjelasan art mamanya itu akan sebaik ini dampaknya. Tari sudah tidak mempermasalahkan ucapan Karina. Dan itu artinya masalah itu sudah selesai. Semua beban seperti langsung terangkat dari pundak Satya. "Alhamdulillah..." ucapnya r
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more

Tari yang bahagia Anindya yang tersiksa.

Sudah seminggu Tari dan Satya kembali ke Surabaya dan mulai kembali menjalani rutinitas kehidupan mereka seperti sebelumnya. Satya yang mulai sibuk dengan pekerjaan di pabrik barunya yang mulai berkembang. Meski banyak pekerjaan di kantor namun Satya tidak pernha pulang melawati jam lima sore. Pria itu memastikan sudah berada di rumah sebelum adzan magrib berkumandang. Sesibuk apapun dia selalu meyempatian waktu untuk sholat magrib di rumah. Pekerjaan yang bisa dibawa dikerjakan di rumah akan dibawa pulang. Satya akan mengerjakannya setelah Sabia tidur. Sebelum itu dia akan menghabisi waktu untuk berinteraksi dengan putri semata wayangnya itu. Berbeda dengan Tari, yang meski wanita karir namun dia memilih untuk menomorsatukan keluarganya. Urusan kafe dan restoran dia percayakan pada orang kepercayaannya. Semua kafe dna restoran mmdioasang CCTV yang langsung terhubung ke ponsel Tari. Jadi, Tari hanya perlu mengawawai dari rumah. Tari sendiri tipe orang yang betah di dalam rum
last updateLast Updated : 2024-11-07
Read more

Menambah masalah.

"Ini gak seperti yang kamu pikirkan," Ganendra langsung berdiri dan melangkah mendekati Jihan. Dipegangnya tangan wanita yang sedang menatapnya tajam. "Dia mau minta bantuan," kata Ganendra namun tak dihiraukan oleh Jihan. Tangannya malah ditepis kasar dan tatapannya terarah pada sosok Anindya yang berdiri tak jauh darinya. "Benar yang dikatakan Kak Ganendra. Aku datang untuk meminta tolong. Aku harap kamu tidak salah faham." Perlahan Anindya melangkah maju mendekati Jihan. "Kita bicarakan di rumah," bisik Ganendra. Faham dengan ekspresi wajah sang istri yang benar-benar marah. "Apakah orang yang meminta bantuan harus berpelukan?" Pertanyaan dari Jihan membuat keduanya salah tingkah. Sontak Jihan tersenyum sinis. "Aku bisa jelasakan semuanya. Ayo kita pulang," ajak Ganendra menggandeng tangan Jihan namun lagi-lagi ditepis kasar. "Jawablah di sini. Di depan wanita ini," tegas Jihan. Sikap Jihan yang tak mau mendengar penjelasan membuat Anindya jengah. Ganendra
last updateLast Updated : 2024-11-08
Read more

Kabar mengejutkan.

"Belum puas kamu bikin malu Papa?" Bentak Farhan penuh amarah. Matanya melotot dan wajahnya memerah. Anindya yang tersungkur di lantai terdiam, tubuhnya kaku dengan tatapan kosong. Gadis 22 tahun itu tertegun dengan sikap papanya yang di luar dugaannya. "Dasar anak tidak tau diri," umpat Farhan lagi. Anindya mendongak, tak dihiraukannya rasa perih do pipinya. Ditatapnya wajah cinta pertamanya itu dengan mata berkaca-kaca. Apa salahnya sampai papanya tega menampar dirinya? "Katakan, apa yang tidak Papa berikan padamu? Apa keinginanmu yang tidak Papa penuhi? Hah???" Suara Farhan menggelegar seisi rumah. Pria penyabar itu seperti kehabisan stok kesabarannya. Ibarat benteng, pertahanan Farah sudah jebol dalam menghadapi perbuatan putri bungsunya itu. "Setidak jika tidak bisa membuat kami bangga, jangan membuat kami malu!!!!" sentaknya lagi. "Memangnya apa salahku Pa?" Setelah sekian menit terdiam, Anindya pun akhirnya membuka mulutnya mengutarakan kebingungannya dengan w
last updateLast Updated : 2024-11-09
Read more

Perjodohan.

"Aku bersedia." Mendengar ucapan putri bungsunya Farhan langsung menghela nafas panjang. Ada rasa lega bercamour iba juga menyesal. Namun apa yang bisa dia lakukan? Semua yang terjadi memang kesalahan Anindya dan putrinya itu harus bertanggung jawab. "Itu pilihan yang tepat. Siapa yang berbuat dia ynag harus bertanggung jawab," ucap Farhan. "Aku akan menghubungi Ibra. Secepatnya kalian harus bertunangan." Sambungnya beranjak bangun. "Tunggu sebentar," sahut Aisyah sambil memcekal tangan suaminya. "Ada apa lagi?" Farhan mengurungkan niatnya menelpon Ibra. "Apa Papa sudah tahu siapa yang akan dijodohkan dengan Anindya?" "Belum," "Tanya dulu ke Ibra siapa rekan bisnis yang dimaksudnya. Setidaknya kita harus tahu siapa dan seperti apa kepribadiannya juga seperti apa keluarganya." Farhan mendesah berat. Sudah tidak ada waktu untuk melakukan itu. Sebelum Jihan pulih, rencana perjodohan itu harus sudah terlaksana. "Ibra tidak mungkin menjerumuskan Anindya. Dia ju
last updateLast Updated : 2024-11-11
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
19
DMCA.com Protection Status