Semua Bab Belenggu Cinta Sang Mafia dengan Aktivis Kampus: Bab 11 - Bab 20

120 Bab

Bab 11

Frans sangat terkejut mendengar informasi dari Joy. Konsentrasinya pecah dan berbagai pikiran negatif menghampiri otaknya. Dia khawatir jika terjadi sesuatu dengan Zeni. "Apakah Zeni atau Tantenya yang pingsan?" pikir Frans galau. Dia mengambil ponselnya dan mengirim pesan ke Joy untuk melacak terkait identitas pasien penunggu yang pingsan di ruang ICU. Waktupun berputar terasa cukup lama. Sudah hampir sore dia selesai menunggu konfirmasi atas surat kepanitiaan Zeni di ruang administrasi Rektorat beserta persiapannya mengurusi tugas pengabdian masyarakat di gedung Auditorium. Hembusan nafas kasar keluar dari mulutnya. Dia saat ini sedang duduk menikmati makanan di kantin yang dekat dengan perpustakaan pusat. Rasa lelah terasa di tubuhnya ditambah dengan munculnya permasalahan di proyek. "Akhirnya kelar juga urusan surat kepanitian dari Zeni." gumamnya. Sesaat rasa sesal muncul di hatinya. "Seandainya dia tidak ceroboh dan selalu memantau secara teratur terkait keberlangsungan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-26
Baca selengkapnya

Bab 12

Sore ini, brankar di ruang emergency terlihat penuh. Terlihat beberapa penunggu pasien yang berdiri di luar ruang emergency. Mereka rela menunggu diluar demi kenyamanan pasien. Zeni berjalan dengan tergesa-gesa menuju tempat perawat jaga di ruang emergency. “Permisi suster, pasien a.n Denti muntah bercampur darah." Berkata Zeni dengan nafas tersengal-sengal. "Bisa minta tolong untuk segera ditangani?” Raut wajahnya menampilkan ekspresi khawatir. “Untuk sementara, semua perawat yang bertugas di ruang Emergency sedang menangani pasien korban maut kecelakaan bis, yang baru saja dibawa ke rumah sakit ini.” Ucap suster menegaskan. “Harap tunggu sebentar.” Suster Kembali memberi penekanan. “Tapi kondisi Tante Denti saat ini benar-benar perlu penanganan secepatnya?” ucap Zeni dengan ekspresi tegas. “Tolong mengerti kondisi kami!” tekan suster. “Jumlah perawat lebih sedikit dari pada pasien yang berada di ruang emergency. Jadi kami belum mampu menangani pasien secara bersama-sama.”
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-28
Baca selengkapnya

Bab 13

Baskoro hanya terdiam mendengar perkataan dari Garvin. Dia sudah mengenal Garvin selama dua tahun karena pertemuan yang tidak disengaja. Selama ini mereka saling berbagi dan bertukar informasi terkait bisnis. “Ada yang perlu aku bantu Garvin? Minggu ini aku memiliki waktu senggang sebelum menjalani tugas pengabdian masyarakat di kampus?” “Aku sengaja meminta bertemu denganmu hari ini karena ada yang ingin aku bahas.” Dia mulai melihat sekeliling café yang mulai penuh dengan pengujung. “Aku membutuhkan kamu waktu dua hari untuk membantu melacak orang misterius yang sudah mengendus dan mengetahui bisnis gelapku.” Baskoro menyandarkan punggungnya ke belakang disertai hembusan nafas kasar. “Kamu masih bermain bisnis gelap itu Garvin?” sorot matanya menyimpan kekecewaan. “Aku tidak mungkin melepasnya Bas? Itu sebagai akses dan kekusaanku untuk tetap bertahan.” Aku menikmati kesemuanya, kekuasaan, uang, kejayaan, kehormatan dan pengakuan bisnisku.” Senyum smirk muncul di bibirnya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-29
Baca selengkapnya

Bab 14

Nancy yang tertidur sebentar sembari menunggu kakaknya yang masih kritis, baru menyadari ibunya tidak duduk disebelahnya segera beranjak pergi untuk mencarinya. Tertegun saat melihat Zeni tengah duduk disamping brankar ICU si janda gatel. Ibunya yang saat ini berdiri dekat dengan Zeni hanya terdiam. Sesaat tercipta suasana hening yang mencekam. “Kamu sudah disini Zen?” tanya Nancy dengan sedikir ramah.Zeni hanya terdiam mendengar pertanyaan dari Nancy. Dia hanya memandang wajah ibunya yang pucat dan terbaring di brankar ICU. Teringat akan perlakuan mereka terhadap Ibunya. Bagaimana penghinaan yang diberikan dan sikap arogan mereka yang menganggap miskin ibunya.“Kenapa kamu diam?” Nancy mulai tersulut emosinya. “Sudahlah Nancy, Zeni pasti kelelahan. Dia baru dari ruang emergency. Biarkan saja dia sendiri, jangan diganggu.” Bu Abdilah meredakan emosi Nancy sembari membawa Nancy untuk duduk kembali ketempat semula. “Dasar perempuan tua yang munafik. Sok pahlawan! Jangan harap aku
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-30
Baca selengkapnya

Bab 15

Mr. Proxy dan Ayyash masih asyik berbincang terkait bisnisnya. Ayyash tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk berkolaborasi mendirikan proyek baru. Dia sudah mengkalkulasikan profitnya setelah proyek ini deal. Tamparan kegagalan proyek yang sedang dia tangani akibat ledakan memang cukup menguras kantongnya. Adanya asuransi yang diterimanya belum bisa menutup 100% dari total kerugian yang diterimanya. Dia berambisi untuk meng-goalkan proyek baru ini dengan Mr Proxy. Sepak terjang Mr. Proxy sudah tidak diragukan lagi. Dia handal dan lihai melewati urusan birokrasi yang berbelit. Segera mereka menuntaskan urusannya melalui perjanjian tertulis. Dan akan mulai menjalankan proyek tersebut tiga minggu kedepan. Keduanya berjabat tangan dalam mengakhiri pertemuannya malam ini. Sebelum meninggalkan lantai dua café ini, Ayyash masih melihat Garvin dan baskoro yang tengah bercakap-cakap. Senyum smirk muncul di wajahnya, dia mulai menyusun rencana untuk Baskoro. Segera dia berjalan menuju pin
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-01
Baca selengkapnya

Bab 16

Baskoro dan Garvin masih berunding terkait rencana untuk mulai menjalankan aksinya. Segera mereka mulai menyusun siasat untuk mengerahkan anak buahnya dan beberapa terpilih untuk menyusup ke organisasi musuh."Aku punya anak buah yang gesit nanti aku kirim ke markas kamu untuk bergabung." tawar Baskoro."Oke. Aku butuh tambahan tiga orang. Kalau bisa dikirim hari ini dan langsung bergerak di markasku." ucap Garvin."Akan aku hubungi segera." Baskoro mengambil ponsel di ranselnya dan segera mengirim pesan kepada anak buahnya untuk segera ke markas Garvin saat ini."Sudah larut malam Garvin, besok aku ada urusan pagi hari." ucap Baskoro mengakhiri pertemuan kali ini."Oke. Aku juga ada urusan saat ini di markas." ucapnya tegas. Lantai dua café Manunggal Aji yang berada di Jalan Darmawangsa menjadi saksi bisu tempat mereka melakukan pertemuan. Setelah melalui pematangan terkait konsep yang akan dilancarkan, mereka memutuskan untuk lusa bertemu kembali di markas Garvin. Keduanya pun perg
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-02
Baca selengkapnya

Bab 17

Suara kumandang adzan subuh bergema menyongsong aktivitas pagi hari. Hembusan udara pagi masuk melalui jendela kamar Zeni yang dibiarkan terbuka membuat mukena yang digunakan untuk sholat bergerak tertiup sapuan angin. Sujud demi sujud dia lakukan dengan khusyuk sembari bermunajat memohon perlindungan serta keberkahan dalam hidupnya. Tak lupa untaian doa dia selipkan untuk kebahagiaan dan pertolongan untuk kebaikan kedua orangtuanya. Dia sudah memasrahkan diri atas nasib kedua orangtuanya yang saat ini masih di ruang ICU. Jari jemarinya bergerak menggulirkan butiran tasbih seiring dengan lantunkan dzikir yang dia lafalkan. Dia mulai merapikan mukena dan menyimpannya ketempat semula. Segarnya udara pagi membuat Zeni untuk segera membersihkan tubuhnya. Kemudian dia berjalan menuju kamar mandi.Terdengar suara gemericik air dari mesin cuci yang menandakan seseorang tengah mengoperasikan mesin tersebut. “Heeem Tante Denti sudah bangun rupanya? Dia mencuci pagi sekali.” Bisiknya sambi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-03
Baca selengkapnya

Bab 18

Mobil yang dikendarai Zeni dan Tante Denti sampai didepan rumah sakit. Segera driver memposisikan kendaraannya berhenti tepat didepan pintu masuk utama Rumah Sakit. Mereka segera turun dengan terlebih dahulu Tante Denti membayarkan sejumlah uang sesuai yang tertera di aplikasi pemesanan kendaraan. Bangunan Rumah Sakit yang elegan menampilkan sensasi tersendiri dengan keunggulan pelayanan kepada pasien. Derap langkah keduanya terdengar bergema menyusuri lorong rumah sakit ini. Raut muka cemas terlihat pada pancaran wajah keduanya. " Tante Denti semoga saja kedua orangtuaku tidak mengalami hal buruk." ucap Zeni saat berjalan menapaki lantai rumah sakit. "Tante berdoa semoga diberi yang terbaik, untuk mereka berdua."Masih dengan berjalan bersebelahan dengan Zeni Bu Abdillah dan Nancy sudah berada di ruang ICU. Mereka tengah duduk dengan memandangi wajah Abdillah yang sudah menghembus nafas terakhir. Pertolongan yang dilakukan dokter dan perawat saat dini hari dimana kondisi Abdi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-04
Baca selengkapnya

Bab 19

Ruangan kamar tidur berukuran luas dengan King Bed yang terletak ditengah ruangan menambah suasana power pemiliknya. Warna elegan yang mendominasi dinding kamar menambah sensasi maskulin pemilik kamar tidur tersebut. Frans masih terlelap tidur setelah pertemuan semalam dengan Mr. Proxy. Hembusan AC yang menerpa tubuhnya menambah tidur Frans semakin nyenyak tanpa menghiraukan panggilan telepon yang terus berdering. Sudah semenjak sore dia belum menyentuh benda pipih tersebut yang tersimpan rapi didalam ranselnya.Joy frustasi melihat panggilan telepon yang ditujukan ke Frans sama sekali belum direspon. “Ada apa dengan Frans?” Perasaan Joy diselimuti rasa resah. “Sebaiknya aku segera memberi kabar melalui pesan singkat.” Segera Joy mengetik pesan dan mengirimkannya ke ponsel Frans. Dia berjalan mondar-mandir didalam ruangan kantor. Perasaannya galau, mengingat hampir tiga puluh menit Joy belum mendapat kabar dari frans. “Sebaiknya aku segera menghubungi bagian administrasi rumah sak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-05
Baca selengkapnya

Bab 20

Nuansa duka cita masih kental terasa oleh keluarga Abdillah. Ruangan ICU menjadi saksi bisu hembusan nafas terakhir bapak Abdillah. “Zeni, tante ikut berbela sungkawa atas meninggalnya bapak kamu.” ucap Tante Denti dengan memeluk tubuh Zeni. Zeni menghambur kepelukan Tante Denti dia menangis, perlahan buliran air mata menetes di kedua pipinya. “Terima kasih tante.” Ucapnya dalam isak tangisnya. “Kamu sabar Zen, tante yakin kamu kuat? Kamu rencana mau ijin kuliah berapa hari?” Tante Denti melihat Zeni dengan melepas pelukannya. “Aku belum tahu tante?” jawabnya datar dengan kembali duduk diposisi semula. Dia masih shock dengan kondisi saat ini. Zeni sempat bertemu pandang dengan mata Ibunya Abdillah yang tepat duduk disamping brankar jenazah Abdillah. Sorot matanya terlihat memancarkan kesedihan yang mendalam. Dua orang perawat ICU berjalan mendekat ke brankar jenazah Abdillah, mereka berkata, “Permisi, kami akan mengurus proses pemulangan jenazah a.n Bapak Abdillah, diharapkan k
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-06
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status