“Ayah tidak tahu kapan kamu tumbuh sebesar ini, Aya,” bisik Karim dengan suara yang terdengar lebih rapuh dari biasanya. Dia merasa seolah waktu berlari terlalu cepat, sementara ia sendiri tertinggal jauh di belakang.Cahaya tersenyum lembut, namun matanya juga mulai berkaca-kaca. “Aku belum sepenuhnya dewasa, Ayah. Masih banyak yang harus aku pelajari, dan jalanku masih panjang. Tapi di setiap langkahnya, aku selalu butuh Ayah di sisiku.”Karim menarik napas panjang dan gemetar, suaranya bergetar saat ia berkata, “Ayah janji. Ayah akan selalu ada untukmu, Nak. Ayah akan berjuang untuk sembuh. Ayah tidak akan meninggalkanmu sendirian.”Delapan belas tahun yang lalu, Karim masih ingat saat pertama kali dia bertemu Cahaya di stasiun. Anak itu hanya diam, wajahnya basah oleh air mata. Dengan tangan gemetar, Karim meraih tangan mungil anak itu dan menggenggamnya erat-erat. Saat itu, hati Karim penuh kekhawatiran dan ketidakpastian
Read more