Home / Pernikahan / Salah Tetangga / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Salah Tetangga: Chapter 81 - Chapter 90

108 Chapters

Calon Menantu

Sri terdiam sejenak, matanya masih memandang pria di depannya dengan penuh keheranan. Pria itu, Satria. Sosok yang tak asing baginya. Satria yang menyelamatkan nyawanya dari para lelaki dur-ja-na yang ada di kos lamanya. Sri tak menyangka kalau dia akan bertemu lagi dengan lelaki itu di tempat dan kondisi yang berbeda."Sri, apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Satria, cukup terkejut.Sri mencoba mengumpulkan pikirannya yang kacau. "Aku ... aku tersesat dan bertemu dengan Putra dan Pak Wirto. Mereka membantuku."“Loh, jadi kalian sudah saling kenal?”Pak Wirto merasa terkejut melihat anak sulungnya dan gadis yang ia tolong ternyata sudah saling mengenal.“Dia temanku, Pak,” jawab Satria singkat.“Oalah. Kenapa bisa kebetulan begini?”“Pak, bisa kasih kami waktu sebentar?” pinta Satria pada ayahnya.Pak Wirto mengernyitkan kening. Dia tak pernah melihat wajah anaknya seserius ini dengan seorang gadis. Apakah hubungan Satria dengan Sri tak hanya sebatas teman biasa? Pak Wirto bertanya-
Read more

Apakah Orang yang Sama?

“Lingga?”Bulan terkejut mendapati Lingga berada di depan rumahnya. Dia pikir Lingga menghilang setelah musibah air bah beberapa minggu lalu. ‘Tak ada yang selamat dalam musibah itu. Clarissa, Lingga, dan para pengawalnya dinyatakan menghilang dan tak dapat ditemukan hingga kini. Baik dalam keadaan hidup maupun ma-ti.’Setidaknya, itulah yang diyakini semua orang tentang Lingga dan yang lainnya.“I … ini bener kamu, 'kan, Ngga?”Bulan seakan tak percaya pada penampakan sosok di depannya. Semua orang telah pasrah dan ikhlas akan kepergiannya selama ini. Bahkan Bulan rajin mengirim doa untuk Lingga yang dianggapnya telah tiada.“Iya, Lan. Ini aku, Lingga.”Bulan menyentuh pipi mantan suaminya. Seakan meyakinkan diri bahwa ini nyata. Bukan mimpi ataupun khayalan.“Ma … masuk dulu, yuk!”Lingga mengangguk dan menerima ajakan Bulan untuk masuk ke dalam rumah. Sedangkan pemilik rumah itu terus mengekor di belakang Lingga dengan tatapan keheranan. Bulan belum bisa percaya sepenuhnya akan ap
Read more

Menuju Desa Asing

“Yang ini, Ngga?”Bulan mencoba mencocokkan orang yang dirinya dan Lingga cari. Siapa tahu, Sri yang mereka cari merupakan orang yang sama.Lingga menatap lekat ke arah foto yang ditunjukkan oleh Bulan. Di sisi lain, Mama Mery terlihat gugup saat mendengar nama Sri disebut. Bagaimana tidak? Ia lah yang membuat perempuan itu pergi dari rumah Bulan. Ia juga telah mengarang cerita pada Bulan tentang kepergian Sri. Mama Mery berkata bahwa Sri pergi karena keinginannya sendiri. Tapi tak disangka, Bulan masih terus mencarinya tanpa henti. Ditambah lagi, saat ini, Lingga juga mencari orang yang bernama Sri. Jika Sri yang dimaksud adalah satu orang yang sama, maka Bulan dan Lingga akan bekerja sama untuk mencari gadis itu.“Iya … ini Sri, Lan. Sriasih. Kenapa fotonya ada di ponselmu?” tanya Lingga.Mendengar jawaban Lingga, mata Bulan justru berkaca-kaca. Seolah mendapat bantuan kekuatan untuk menemukan teman barunya itu.“Sri yang mana, sih? Sering banget Papa denger nama itu disebut di ruma
Read more

Kalian Cari Siapa?

“Kenapa harus lewat hutan, sih?” Arga terus mengeluh. Dia tak suka jika perjalanan ini dipimpin oleh Lingga. “Kalau kamu keberatan, kamu bisa pulang aja, Ga! Biar aku dan Lingga saja yang melanjutkan perjalanan,” usul Bulan. Sepertinya wanita ini juga mulai gerah dengan tingkah Arga yang sejak tadi mengeluh dan menyalahkan Lingga.“Ooh enggak, enggak, Lan. Justru aku kasihan sama kamu yang harus melewati hutan belantara ini. Jujur, aku cuma kasihan sama kamu. E-gois banget rasanya kalau mengorbankan rasa nyamanmu hanya demi mengikuti lelaki itu,” ucap Arga sembari memandang ke arah Lingga.“Sudah, lah, Ga! Kita ke sini mau mencari keberadaan Sri dan keluarganya. Dan yang tahu medan di daerah ini hanya Lingga. Hanya dia yang pernah ke sini. Jadi kita harus ikuti semua arahannya. Lagipula, aku ini mantan anak mapala. Jangan meremehkan kemampuanku!”Mendengar perkataan Bulan yang mulai mengeluarkan suara keras, semua orang pun terdiam. Arga pun menelan lu-dah. Kata-kata yang semula ing
Read more

Tak Perlu Takut! Ikutlah!

“Ka … kami ini ….” Lingga berbicara dengan terpatah-patah, tak tahu harus mencari alasan seperti apa.“Kalian ini penjelajah hutan?”Mendengar perkataan sang bapak yang menebak dengan asal, Lingga pun dengan cepat mengangguk, diikuti oleh Bulan dan Arga dengan ragu.“Kalian tersesat?”Lagi-lagi, Lingga dan kedua temannya mengangguk. Mereka beruntung karena tak perlu mencari alasan lagi dalam situasi ini.“Dasar anak muda. Ada saja yang dikerjakan. Kalau memang tak tahu daerah sini, ya jangan ke sini. Nyusahin diri sendiri, ‘kan?”Bapak-bapak itu menggerutu sembari melihat mereka bertiga.“Ya, sudah! Ikut saya saja kalau begitu!” ajak sang bapak.“Ke … kemana, Pak?” tanya Lingga.“Ke desa lah. Kalian mau tetap di sini?”Mendengar perkataan bapak itu, tentu saja Lingga terkejut dan merasa khawatir. Mereka justru menghindari desa itu dan ingin cepat kembali ke rumah. Tetapi kini mereka justru terjebak di situasi yang buruk. Seolah didekatkan pada apa yang mereka takuti.“Kenapa diam? Ayo
Read more

Dimana Ini?

“Nah, silahkan duduk dulu, ya, Nak!”“Sri mana, Pak?”“Nanti saya antarkan kalian ke tempat Sri. Sekarang kita istirahat dulu di rumah saya. Sebentar, ya! Saya ambilkan minum dulu.”Bulan dan dua orang lainnya dipersilahkan untuk duduk di lantai ruang tamu milik Paijo. Lantai yang beralaskan tikar tipis dan penuh debu. Sedangkan sang tuan rumah, pergi ke dapur untuk menyiapkan minum.“Lan, ayo pergi!” bisik Lingga dari arah kanan.“Iya, Lan … ayo kita pergi! Bapak itu terlihat mencurigakan,” bisik Arga dari arah kiri. Bulan duduk di tengah-tengah dua lelaki yang begitu menyayanginya.Mendengar ajakan kedua lelaki itu, bukannya bangkit dan memutuskan untuk segera pergi, Bulan justru memasang wajah datar. Sama sekali tak peduli akan ajakan kedua temannya. Arga dan Lingga pun dilanda dilema. Mereka bisa saja pergi sekarang juga dan lari sejauh-jauhnya dari tempat itu, tetapi mereka tak mungkin meninggalkan Bulan sendiri. Ingin mengajak Bulan pergi secara baik-baik, wanita itu pun tak ma
Read more

Apakah Ini Mimpi?

“Si … siapa kamu?”Bulan terkejut mendapati dirinya tengah berbaring di sebuah kamar dengan ditemani seorang gadis cantik di sampingnya.“Mbak … jangan takut! Nama saya Yanti.”“Ya … Yanti? Dimana aku ini?”“Mbak ada di rumah Juragan Ariadi. Saya ditugaskan menjaga Mbak selama Mbak pingsan.”Bulan mulai terdiam—berusaha mengingat apa yang terjadi sebelumnya. “Sudah berapa lama saya pingsan?”“Sudah 1 hari, Mbak.”“Apa?”Bulan benar-benar tak menyangka kalau dia tak sadarkan diri selama itu.“Lalu, dua teman saya dimana? Di … dimana mereka? Dimana Arga dan Lingga?” Bulan bertanya seperti orang kesurupan.“Teman yang mana, Mbak? Mbak cuma sendirian di sini.”“Ti … tidak mungkin. Saya ke sini dengan dua teman lelaki saya. Biarkan saya keluar dulu.”Tapi baru saja ingin berdiri dari tempat tidur, Bulan merasakan kakinya lemas seperti lum-puh. Dia pun terjatuh ke lantai, terkulai lemas dan tak bisa berdiri.“Mbak tenang dulu, ya! Sini saya bantu Mbak ke tempat tidur!” Yanti dengan sigap m
Read more

Sri Ditemukan

“Gimana, Pa? Apa nomor Bulan sudah aktif?”Kedua orang tua Bulan terlihat khawatir. Pasalnya sang anak sudah menghilang tanpa kabar selama berhari-hari. Begitupun dengan Arga dan Lingga. Mereka semua tak bisa ditemukan.“Ayo kita ke kantor polisi lagi, Pa!”“Tapi, Ma?”“Aku gak peduli, Pa. Kita harus terus mencari keberadaan anak kita.”Setiap hari, Mama Mery akan pergi ke kantor polisi untuk menanyakan perkembangan kasus hilangnya sang anak. Namun nihil. Tak ada titik terang hingga sekarang.“Oke, Ma. Oke, Ma! Tenang dulu! Nanti Mama sakit lagi. Sudah, ya! Serahkan pada Papa! Hari ini Papa akan pergi mencari Bulan kembali.”“Gimana bisa tenang sih, Pa? Bulan itu anak kita satu-satunya. Ini semua gara-gara kamu, Pa! Mama kan sudah bilang, desa itu berbahaya! Jangan izinkan Bulan pergi ke sana. Ini … Papa malah mengizinkan mereka pergi dengan mudah. Apalagi ada Lingga di sana. Apa kamu gak khawatir kalau lelaki itu berbuat jahat pada Bulan?”“Iya, Ma. Maafkan Papa. Papa salah.”Papa Ke
Read more

Tolong Aku!

“Dimana Bulan? Dimana Arga?”“Ssst. Jangan keras-keras, Mas! Saya akan berusaha bantu kalian untuk keluar dari rumah ini. Tapi Mas harus sabar, ya!”Pria dengan wajah pucat penuh kekhawatiran itu hanya bisa mengangguk pasrah. Dia adalah Lingga. Sudah sebulan dia terkurung di rumah Juragan Ariadi. Dia dan dua temannya dipisahkan di ruangan yang berbeda. Mereka hanya dibiarkan terbaring di kamar tanpa diperbolehkan keluar.“Makan dulu, ya, Mas!” ucap salah seorang pelayan di rumah itu yang bernama Yanti.“Seperti biasa, Mas. Makanan itu sudah saya ganti. Ini aman untuk dimakan.”Setelah Yanti menjelaskan, Lingga pun mengangguk dan memulai makannya.Sekedar info, di rumah itu, semua makanan disiapkan secara ketat untuk Lingga dan teman-temannya. Makanan dan minuman yang diberikan akan membuat raga penikmatnya semakin lemas dan menjadi penurut. Menurut ke siapa? Tentu saja ke Juragan Ariadi. Tapi Lingga cukup beruntung, karena pelayan yang ditugaskan untuk melayani Lingga adalah Yanti. W
Read more

Apakah Dia Akan Selamat?

“Sayang … kamu cantik sekali hari ini.”“Terima kasih, Mas.”Seorang wanita berpakaian pelayan menghampiri sepasang suami istri yang tengah menikmati pemandangan alam di depannya.“Ada apa, Asih? Kenapa kamu ganggu saya?”“Maaf, Tuan. Tapi ada kabar buruk.”Lelaki paruh baya yang diperkirakan berusia 53 tahun itu mulai memasang wajah tegang. Ia yang awalnya duduk di bangku taman bersama istri mudanya, pun berdiri dan mendekat ke arah pelayannya.“Kabar buruk apa?”“Salah satu tawanan hilang, Tuan.”“Apa?”“Benar. Lelaki yang bernama Lingga telah menghilang.”Mendengar itu, lelaki yang sangat berkuasa di daerahnya itu pun terlihat geram. Dia lantas menyuruh semua pengawalnya mencari keberadaan lelaki itu. Dia seperti pemburu yang ingin mengepung mangsa buruannya.“Sebentar, ya, Sayang. Mas ada kerjaan penting.”Lelaki paruh baya itu mengelus rambut istrinya dan mendaratkan kecupan di pucuk kepalanya. Lantas ia segera berlari menuju ke dalam rumah—dengan beberapa pengawal mengikuti lang
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status