All Chapters of PUTRI TUNGGAL TUAN CEO: Chapter 21 - Chapter 30

60 Chapters

BAB 21

Janggala membaca semua berkas yang Siska berikan padanya, dia membolak-balik semua perhalaman, membacanya dengan teliti. Berkas itu berisi info mengenai desa Permadani yang akan menjadi lokasi kantor cabang.“Jadi lahan itu sedang di tempati?” Tanya Janggala kemudian, menyimpan berkas-berkas itu di mejanya dan mengalihkan pandangannya pada Siska yang berdiri di depan meja.“Betul pak, rumah itu tidak terdaftar dalam properti kepemilikan keluarga Tantra. Jadi kemungkinan rumah itu didirikan oleh warga yang tengah menempati lahannya.”Janggala mengangguk-angguk, masih membuka halaman demi halaman berkas yang sudah selesai dia baca.“Yang menempati sebuah keluarga?”“Ya, seorang ibu dengan anak dan cucunya.” Jawab Siska.“Gak ada yang bisa bikin mereka pergi dari lahan itu? Siapa saja yang sudah datang?” Janggala masuk ke dalam inti permasalahannya, dia menyandarkan punggungnya ke kurs
Read more

BAB 22

Janggala sampai di desa Permadani pukul tiga sore, meleset satu jam dari perkiraannya. Perjalanan menuju desa Permadani tidak penuh dengan kendaraan, desa ini termasuk desa yang didanai dengan layak oleh pemerintah karena fasilitas jalan yang baik.Desa ini juga memiliki satu akses tol yang cukup menjangkau banyak kabupaten lainnya.“Bapak mau saya tunggu disini, atau saya ikut masuk?” Tanya pak Eri, supir pribadi Janggala.“Gak perlu pak, tunggu disini aja. Saya sama pak Didik gak akan lama. Benar ‘kan pak?” Janggala menoleh pada pengacara PT. TANTRA WIBAWA berjas biru gelap yang berada di sebelahnya.Pria tua berusia hampir enam puluh tahun dengan kepala setengah botak dan kacamata kedodoran itu mengangguk lembut.Pak Didik sudah menjadi pengacara keluarga Tantra sejak Janggala masih kecil. Dia adalah kepala pengacara di TANTRA WIBAWA, namun semenjak berniat untuk pensiun Pak Didik hanya menerima beberapa pekerjaan s
Read more

BAB 23

Dirra menatap Janggala yang berada di depannya, dia tanpa sengaja bereaksi demikian sehingga membuat pak RT dan juga orang yang datang bersama Janggala terkejut melihatnya menangis.“Loh neng Dirra? Kok nangis?”Pikiran Dirra tiba-tiba kosong, airmatanya tidak berhenti mengalir ketika melihat sosok yang selama ini ditunggunya untuk datang mencari akhirnya berada di depannya. Berdiri dengan tatapan kebingungan.“Maaf, ada apa?” Pertanyaan itu membuat Dirra termenung.Dan kini Janggala sudah berada di dalam rumah, bersama dengan pak RT juga pria tua yang diperkenalkan sebagai pengacara perusahaan TANTRA WIBAWA.Kaili datang dan terkejut juga mendapati Janggala berada di rumahnya, duduk dengan tegap menghadap Dirra namun tidak ada sorot mata sendu maupun kerinduan di dalamnya.“Ini adalah penerus perusahaan PT. TANTRA WIBAWA, bapak Janggala Tantra.” Kata Pak Arafiq memperkenalkan Janggala pada Dirra dan Kaili
Read more

BAB 24

Waktu sudah menunjukkan pukul tengah malam ketika mobil Janggala masuk ke garasi rumah mewahnya. Rumah itu seperti biasa terlihat begitu sepi dan hanya ada satpam di pos mereka.Dia turun dari mobil, membawa beberapa berkas serta tas kerjanya.Janggala masuk ke dalam rumah dan kedua asisten rumah tangga menyambutnya, membawa seluruh pekerjaannya ke dalam ruang kerjanya. Janggala menyisir rumah dengan matanya, tidak mendapati sosok yang dia inginkan.“Lavani di rumah?” Tanyanya pada mbok Ringki, salah satu asisten rumah tangganya.“Ada pak, di dalam kamar. Hari ini pak Sivan juga pulang ke rumah.” Katanya sambil memberikan segelas air minum pada Janggala.“Kakak di rumah? Mama?”“Nyonya ada di dalam kamarnya.”Janggala meneguk segelas air itu kemudian beranjak naik ke atas, dia hendak menuju kamarnya sendiri namun dia menghentikan langkahnya. Dengan segera dia menghampiri ruang baca milik
Read more

BAB 25

Elang menggandeng tangan kecil milik Dalenna, bocah itu mengenakkan sweater merah muda dipadu dengan celana jeans dan sepatu kets. Dia terlihat sangat trendi dengan topi kream di kepala.Dalenna melangkah dengan riang, kakinya berjingkrak-jingkrak kesana kemari, dia bersenandung lagu anak-anak.Elang terkekeh mendengarnya.Beberapa hari lalu anak itu menangis dengan kencang di rumah ketika Elang sedang mengirimkan beberapa buah-buahan seperti biasa. Keluarganya selalu memberikan kelebihan hasil tani mereka pada Dirra.Ketika Elang bertanya mengapa dia menangis, Dirra mengatakan kalau Dalenna ingin pergi ke kemah yang diselenggarakan sekolah taman kanak-kanaknya namun Dirra tidak bisa ikut karena dia ada pekerjaan lain yang tidak bisa ditinggalkan.“Kalau begitu aku saja yang pergi, aku gak ada kerjaan sampai minggu.” Kata Elang kemudian anak itu terdiam dan berjingkrak kegirangan memeluknya.Elang tidak bisa menutupi ras
Read more

BAB 26

Nancy dengan gusar memanggil Eveline pagi-pagi sekali. Setelah kedatangan Janggala dua hari lalu ke ruang bacanya, dia tidak bisa memikirkan hal lain. Dia merasa tidak nyaman, fakta bahwa Janggala bertemu dengan Kaili mengusiknya.“Tuan muda bertemu juga dengan Nona Dirra..” Ucap Eveline setelah menjelaskan apa yang terjadi di desa pada Nancy yang kini duduk diatas sofa sambil memijat keningnya.“Bagaimana reaksi Gala bertemu dengan Dirra?”“Pak Didik bilang tidak ada reaksi, sebaliknya Nona Dirra yang lebih emosional. Pak Didik yang tidak tahu apa-apa juga menjelaskan pada Nona Dirra kalau Tuan Muda mengalami kecelakaan dan kehilangan ingatan.” Eveline menyelesaikan penjelasannya.Nancy masih memijat keningnya, dia tidak menyangka kalau apa yang sudah dia rencanakan sebaik mungkin beberapa tahun lalu malah menjadi boomerang baginya. Dia tidak menyangka Janggala akan datang ke desa itu untuk mengambil alih tanahnya.“Apa wanita itu sudah menikah?”
Read more

BAB 27

Lavani duduk di dalam mobil dengan wajah tertekuk, dia lebih dulu masuk ke dalam mobil meninggalkan Janggala yang menariknya pergi dari hadapan ibu mertuanya. Dia kesal, rasanya begitu menyakitkan mendengar ibu mertuanya kerap kali memaksanya untuk memiliki seorang anak.Dia tidak ingin memiliki seorang anak dari Janggala, dia bahkan tidak ingin disentuh oleh pria itu.Janggala masuk ke dalam mobil ketika Lavani masih menatap keluar jendela, suasananya jadi begitu canggung karena Janggala tahu Lavani marah dan kecewa dengan apa yang baru saja ibunya lakukan.“Aku harus gimana lagi sih Ga supaya mama tuh ngerti kalau aku mau menunda?” Lavani membuka pembicaraan ketika mobil baru saja keluar dari gerbang rumah mewah itu, dia tidak menatap Janggala.Pandangannya dia lempar keluar, enggan untuk melihat Janggala. Pikirannya kacau, hatinya penuh rasa amarah karena apa yang dilakukan oleh mertuanya.“Kamu bilang ke aku, kamu bakalan urus
Read more

BAB 28

Nancy melempar tatapannya ke jalanan dari jendela mobilnya. Dia tengah berada di jalan menuju perkampungan dimana Dirra tinggal, dia tidak berpikir akan pergi bertemu dengan orang yang dulu dia usir.Setelah pertengkarannya dengan sang anak pagi ini, Nancy enggan berada di rumah.Membawa masuk Lavani ke dalam rumah nyatanya sebuah keputusan buruk, sekarang karena pertengkaran itu dia jadi tidak betah di rumah. Melihatnya saja sudah membuat Nancy muak.Dia sudah menahannya selama beberapa tahun dengan alasan wanita itu yang begitu banyak, dan sekarang dia sudah tidak bisa lagi mentolerir hal itu.“Kamu sudah bawa uang cashnya, Eve?” Dia bertanya pada Eveline, berusaha menghilangkan pikirannya yang berkecamuk mengenai apa yang terjadi pagi ini.Eveline menoleh, “Sudah nyonya, saya bawa sesuai dengan nominal yang pernah ibu Kaili berikan pada orang di perusahaan.”Nancy menghela napasnya.“Kamu sudah menemukan orang itu? Sudah bertanya alasan apa dia menjual rumah itu dan menipu Kaili Ga
Read more

BAB 29

Nancy lagi-lagi melirik ke arah Dalenna yang baru saja selesai dimandikan oleh Dirra.Bocah itu mengenakkan piyama bunga-bunga berwarna putih dengan renda di bagian leher dan bagian tangan yang mengerucut. Rambut hitam panjang itu sudah disisir dengan rapi, harum minyak telon menguar ke seluruh ruangan.Dalenna, nama bocah itu.Dalenna Gavah menjelma menjadi sosok yang begitu Nancy kenali, wajahnya duplikat Janggala ketika pria itu masih sangat kecil. Hidung dan matanya benar-benar mirip putranya, rambut hitam panjang yang tebal, dan kulitnya yang putih.“Silahkan diminum dulu, ini hanya teh murah biasa. Yang penting badan hangat..” Kaili meletakkan dua cangkir berisi teh panas di depan kedua tamunya.Dia begitu terkejut ketika mendapati Dirra yang tengah menggendong Dalenna hanya diam tidak bergerak saat dia memanggil, begitu dia mendekat dan menjauh dari payung yang menutupi pandangan, sosok itu muncul.Nancy Iriana.“Kami kesini untuk membicarakan permasalahan yang timbul akibat sa
Read more

BAB 30

Dirra tengah menangis di dapur ketika ibunya baru saja keluar dari dalam kamar Dalenna.Setelah kepulangan Nancy dan juga sekretarisnya, Dalenna menangis dan menuntut ingin bertemu sang ayah. Selama ini, Dalenna tidak pernah menanyakan ayahnya secara langsung.Biasanya dia hanya bertanya mengenai ayah karena teman-temannya mengolok-ngoloknya, atau ketika ada sebuah acara dan semuanya berkaitan dengan ayah.Semua itu membuat Dirra serta Kaili kewalahan karena mendadak Dalenna menuntut keingintahuannya mengenai siapa sang ayah.“Dir, sudah jangan nangis terus.” Ucap Kaili, menyentuh bahu putrinya yang masih terisak. Buru-buru Dirra menghapus airmata di pipinya, berusaha untuk tidak terlihat berantakan di depan ibunya.“Kamu gak perlu dengerin apa kata ibunya Janggala.”Dirra mengangguk pelan, “Dirra cuma kesal aja bu, bisa-bisanya lagi-lagi orang itu berusaha untuk ambil celah kelemahan kita dan menuntut banyak hal. Padahal dulu dia sendiri yang kepengen Dirra gak berhubungan lagi sama
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status