Home / Urban / Kebangkitan Naga Perang / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of Kebangkitan Naga Perang: Chapter 171 - Chapter 180

181 Chapters

171. Siasat Licik The Killer

Rendy melangkah masuk ke Red Lotus dengan ketenangan yang dingin, sorot matanya menyapu seluruh ruangan yang dipenuhi cahaya temaram dan wangi khas campuran dupa dan parfum mahal. Tempat ini memancarkan atmosfer eksklusif, namun baginya, malam itu ada yang terasa ganjil. Ia mencari-cari sosok Jessy, namun yang ia temukan hanyalah petugas keamanan yang mendekatinya dengan wajah tegang."Bos Jessy sudah lama tidak muncul di sini," kata petugas itu dengan suara nyaris berbisik. Rendy mendengar nada ketakutan dalam ucapannya, seolah pria itu menyadari betapa besar ancaman yang bisa datang darinya.Rendy memperhatikan pria itu dengan tatapan tajam, lalu memerintahkan, "Panggil asisten Jessy sekarang juga." Rasa curiga mulai menggerogoti dirinya, terutama karena Jessy yang seharusnya bertanggung jawab justru tak ada di tempatnya.Setelah beberapa saat, pria lain muncul, wajahnya berseri namun licik—terlalu tenang untuk orang yang seharusnya berada di bawah komando Jessy. Pria ini menatap Re
Read more

172. Black Swamp

Langit mulai gelap ketika Rendy berjalan menjauh dari Red Lotus. Aroma malam yang dipenuhi kabut tipis bercampur dengan sisa adrenalin yang masih mengalir di nadinya. Benaknya berputar cepat, mencoba merangkai setiap potongan yang tersebar, namun semuanya terasa kabur, terbungkus dalam misteri yang pekat.Rendy merogoh ponselnya dan menatap layar yang kosong dari pesan Jessy. Sejak kepergiannya untuk mencari Artefak Kuno, gadis itu seolah menghilang tanpa jejak. Kini, Bhadrika yang muncul seolah menggantikan posisinya di Red Lotus, sosok yang sangat mencurigakan dan tak bisa dianggap remeh. Rasa tidak tenang terus menghantuinya—bayangan Jessy yang tak diketahui keberadaannya dan kehadiran pria yang tak jelas identitasnya.Langkah Rendy terhenti di tepi trotoar, pikirannya diselimuti kecemasan yang samar. Dalam remang lampu jalan, ia menelusuri kembali wajah Bhadrika, menilai senyum licik pria itu yang seakan menyimpan ratusan rahasia. Kenangan pertemuannya dengan The Killer tiba-tiba
Read more

173. Munculnya Musuh Lama

Rendy menahan napas sejenak, mencoba memahami situasinya. Dia dikepung, tidak ada jalan keluar yang terlihat, hanya sosok-sosok berwajah dingin dan asing, menatapnya seperti serigala menunggu mangsa. Hatinya menggelora, tetapi dia tahu bahwa kepanikan hanya akan membuatnya semakin rentan. Dalam sekejap, sosok-sosok itu semakin mendekat, mengepungnya dalam jarak yang semakin sempit. Kabut tebal melingkar di sekitar mereka, memperkuat aura ancaman yang menggantung di udara.“Jadi, inikah cara kalian menyambut tamu?” ucap Rendy dengan nada tenang yang berbahaya, meski matanya tak lepas dari Bhadrika.Bhadrika tersenyum tipis, seakan menikmati ketegangan yang ia ciptakan. “Kau harus tahu, Bos, kau adalah tamu istimewa. Tentu saja untukmu, kami menyiapkan sesuatu yang… berbeda.” Dia melangkah lebih dekat, menatap Rendy dengan tatapan yang penuh kebencian yang tak tersamarkan lagi. “Kau pikir bisa masuk ke Red Lotus, memerintah seenaknya, tanpa konsekuensi?”Rendy mengepalkan tinjunya, mema
Read more

174. Kekalahan Telak

Rendy tertegun sejenak, napasnya seolah terhenti saat sosok The Killer melangkah maju, menembus kabut dengan langkah yang mantap dan penuh kepercayaan diri. Pria itu terlihat nyaris tak tersentuh oleh waktu ... tatapan matanya yang tajam menyorotkan aura dingin yang mematikan, bibirnya menyunggingkan senyum tipis, seolah menikmati ketakutan yang ia bawa bersamanya. Bhadrika mundur selangkah, wajahnya berubah cemas. Tampaknya kehadiran The Killer bukan bagian dari rencananya. Namun, dia mencoba menutupinya dengan senyuman yang dipaksakan. "Selamat datang, Bos. Saya tidak tahu Anda akan hadir di sini malam ini," ujarnya dengan nada sopan yang terdengar kaku. The Killer hanya mengangkat sebelah alis, tidak sedikit pun memedulikan Bhadrika. Tatapannya terkunci pada Rendy, seperti elang yang sudah mengincar mangsanya sejak lama. “Rendy,” suaranya dalam dan menggema di antara bayang-bayang. “Kau membuatku harus mencarimu sendiri. Itu tindakan yang sangat ceroboh.” Rendy berusaha tetap
Read more

175. Misteri Hilangnya Jessy

The Killer tertawa rendah, suara dingin dan sinisnya memenuhi udara yang pekat dengan ketegangan. Ia berdiri dan memandangi Rendy yang masih terbaring, lalu melangkah mundur sejenak, seolah memberi kesempatan terakhir. "Aku kagum dengan keberanianmu, Rendy. Namun, keberanian tanpa batas hanya akan membuatmu hancur," katanya dengan nada penuh kepastian. "Kau tahu, dunia ini hanya milik mereka yang memahami kapan harus berhenti dan kapan harus menyerang. Tapi kau... kau tidak pernah belajar." Rendy menahan sakit yang mencengkeram tubuhnya, dengan susah payah bangkit hingga berlutut. Tatapannya tajam, penuh perlawanan, meski napasnya terengah dan wajahnya penuh luka. Dengan segenap tenaga, ia berusaha berdiri tegak, tak membiarkan rasa sakit atau ancaman membuatnya gentar. "Kalau itu yang kau pikirkan... kau salah menilaiku," desis Rendy sambil menahan batuk yang membuat darah keluar dari bibirnya. "Aku sudah terlalu jauh untuk mundur." Mata The Killer menyipit, senyumnya memudar. "Su
Read more

176. Penghianatan Dua Klan

Baca lanjutan POV Jessy dari Bab 153. Tiga Artefak Suci***Jessy tersenyum puas sambil menatap Golok Penghancur Naga di tangannya. Bayangan wajah Rendy berkelebat di pikirannya, memancing desir hangat yang membuat kewaspadaannya goyah, meski sesaat lagi ia akan menyerahkan artefak itu pada Naga Perang.Namun, dalam ketenangan yang mengecoh itu, ancaman datang dari arah tak terduga. Dua sosok yang tak pernah ia curigai, Septian Long dari Klan Naga Emas dan Lilian Shang dari Klan Merak Putih, saling berpandangan, seolah sepakat dalam kebisuan yang menegangkan. Tanpa peringatan, mereka menyerangnya bersamaan, dari kiri dan kanan. Sepintas saja, mereka telah berada cukup dekat hingga Jessy tak sempat menghindar—terlalu dalam ia mempercayai mereka.Darah hangat merembes dari sudut bibirnya saat Jessy terdorong ke belakang, napasnya terengah, tubuhnya terguncang oleh luka dalam yang parah. Dengan suara serak, ia berbisik, “Kenapa?”"Hahaha ... ia tanya kenapa, Lilian?" ucap Septian yang la
Read more

177. Penolong Atau Musuh?

Jessy menyaksikan ketiga sosok itu bertukar ancaman dalam ketegangan yang terasa begitu nyata, seakan ruangan menjadi lebih sempit, udara terasa sesak. The Killer berdiri di tengah mereka, posturnya kokoh, wajahnya tertutup bayangan gelap, namun matanya memancarkan kepercayaan diri seorang pemburu yang sedang bermain-main dengan mangsanya.Lilian memajukan langkahnya dengan tatapan penuh kebencian. "Kau seharusnya tahu diri, pecundang. Tak ada tempat bagi seorang seperti dirimu dalam perebutan kekuatan ini."Namun, The Killer hanya memiringkan kepalanya, seolah-olah perkataan itu hanyalah bisikan angin. Dengan gerakan cepat, tanpa sedikit pun peringatan, ia mengayunkan tangannya ke depan, melepaskan semburan energi berwarna kelam yang langsung menghantam Lilian. Sinar pekat itu meluncur dengan kecepatan kilat, mendarat tepat di depannya dan menghentikannya seketika. Lilian terhuyung, wajahnya memucat.“Jangan terlalu percaya diri,” ujar The Killer dengan suara rendah, tajam seperti bi
Read more

178. Klan Tengkorak Hitam

Jessy hanya bisa menghela napas putus asa saat sosok The Killer mendekat dan mencengkeram lengannya, menariknya keluar dari gedung tanpa perlawanan. Tubuhnya lemah, pergerakannya terbatas. Sepanjang perjalanan, ia merasakan aura dingin yang mengelilingi pria itu—terlalu sempurna, terlalu terukur dalam setiap gerakan. Ia pernah merasakan kehadiran The Killer yang asli, dan kali ini, ada sesuatu yang berbeda, sesuatu yang tak sepenuhnya hidup dalam genggaman ini.Perjalanan menuju distrik timur Kota Javali terasa semakin mencekam, dengan jalan-jalan yang gelap dan kosong serta bangunan terbengkalai yang menambah kesan terlarang. Jessy merasa dadanya menegang saat tiba di sebuah bangunan besar dan gelap, terkesan tidak terawat namun memancarkan aura aneh yang membuat bulu kuduknya meremang. Begitu sosok The Killer ini membawanya masuk, pandangan Jessy disambut oleh sekelompok orang yang diam tanpa ekspresi, berdiri berbaris rapi. Wajah-wajah mereka terlihat mirip satu sama lain—terutama,
Read more

179. Mulai Beraksi

Rendy melangkah keluar dari Red Lotus dengan langkah berat namun penuh tekad. Hawa malam yang dingin menggigit kulitnya, tapi rasa sakit yang ia rasakan tak mampu mengalahkan bara semangat dalam hatinya. Setiap ingatan tentang Jessy, setiap senyumnya, mengobarkan niat Rendy untuk mencari tahu kebenaran di balik sosok Bhadrika.Dia meraih teleponnya, menghubungi salah satu kontak kepercayaannya dalam organisasi—seseorang yang mahir melacak jejak tersembunyi.“Aku butuh informasi lengkap tentang Bhadrika. Gali semua yang bisa kau temukan tentang masa lalunya, koneksinya, asosiasi yang pernah ia ikuti, dan terutama—hubungannya dengan Jessy,” ujar Rendy, tegas.“Dimengerti, Bos,” jawab suara di seberang dengan nada serius. Rendy menutup telepon dan kembali menyimpan perangkat itu di saku. Malam semakin larut, dan seiring langkahnya yang membelah kegelapan, ia bertekad menguak misteri ini hingga tuntas.Setibanya di penthouse, Rendy menatap keluar jendela, menyaksikan kerlip lampu kota yan
Read more

180. Mencari Jessy

Rendy dan Raka kembali ke tempat aman setelah berhasil mendengarkan percakapan Bhadrika di Red Lotus. Rendy merasa ada hal yang lebih besar yang tidak ia ketahui, sesuatu yang melibatkan Bhadrika, The Killer, dan bahkan mungkin orang-orang di luar jangkauan pengaruhnya. Tapi satu hal yang pasti—Jessy sedang dalam bahaya, dan kemungkinan besar berada di bawah kendali langsung The Killer.“Kita sudah cukup tahu bahwa Bhadrika hanya menjalankan perintah,” kata Rendy sambil menatap peta digital kota di layar tablet. “Tapi jika Jessy tidak ada di markas Red Lotus, itu berarti dia kemungkinan besar disembunyikan di lokasi yang lebih terpencil, jauh dari pengawasan biasa.”Raka berpikir sejenak, lalu mengarahkan jarinya ke titik-titik yang menurutnya bisa menjadi tempat persembunyian. “Ada beberapa tempat di pinggiran kota yang tidak terlalu diawasi, mungkin itu salah satunya. Tempat-tempat ini memiliki keamanan minim namun letaknya terpencil. Cocok untuk seseorang seperti The Killer yang ta
Read more
PREV
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status