Pak Sudarta mengangkat wajahnya, matanya terbelalak. Di hadapannya berdiri Nayla, mantan sekretaris Ruswanda yang kini dikenal sebagai Mrs. Andrian, seorang CEO yang sukses. Sudarta merasa seperti melihat hantu dari masa lalu.“Nayla?” gumamnya, suaranya tercekat. “Eh, maksud saya, Mrs. Andrian.” Ia berusaha menyembunyikan kekagumannya. Bagaimana mungkin Nayla, yang dulu hanya seorang sekretaris, bisa berubah menjadi sosok begitu berpengaruh?Nayla tersenyum, matanya tajam. “Ngomong-ngomong, Pak Sudarta, kenapa kaki Bapak banyak perban?” tanyanya. “Ada apa?”Sudarta merenung pada perban yang melilit kakinya. “Kemarin,” katanya dengan suara parau, “saya ditabrak oleh pengendara yang tidak bertanggung jawab.”Nayla menarik napas dalam-dalam. “Ya Tuhan, lalu bagaimana, Pak? Apakah masih sakit?”Sudarta tersenyum lemah. “Alhamdulillah, sekarang saya diperbolehkan pulang hari ini.” Ia merasa lega, meski tubuhnya masih terasa lemah akibat kecelakaan itu.“Syukurlah kalau begitu,” kata Nayla
Read more