Vina duduk di sebuah rumah yang sangat mewah, memandang ke luar jendela dengan tatapan kosong. Rumah ini adalah simbol dari kesuksesan dan kemewahan, namun di dalam hatinya, Vina merasakan kehampaan yang mendalam. Siapakah Vina sebenarnya? Vina adalah ibu dari Nayla, seorang wanita yang telah melalui banyak penderitaan dan kesedihan.Dua puluh lima tahun yang lalu, Sudarta, seorang pria yang pernah dicintai Vina, telah melukai hatinya dengan sangat dalam. Pengkhianatan Sudarta meninggalkan luka yang tak pernah sembuh di hati Vina. Sejak saat itu, Vina bertekad untuk melindungi putrinya, Nayla. Namun, takdir berkata lain.Nayla tumbuh menjadi seorang wanita yang kuat, namun kehidupannya penuh dengan kesulitan. Selama dua puluh lima tahun, Nayla hidup terlantar bersama ibunya, Vina. Mereka berpindah-pindah tempat, mencari perlindungan dan penghidupan yang layak. Meskipun hidup dalam keterbatasan, Nayla tidak pernah menyerah. Dia selalu berusaha untuk bangkit dan mencari jalan keluar da
Para dokter dan perawat bekerja dengan cepat dan penuh konsentrasi, melakukan segala upaya untuk menyelamatkan Ratnawati. Ruswanda berdiri di sudut ruangan, hatinya dipenuhi kecemasan dan doa. Waktu seakan berjalan lambat saat ia menyaksikan tim medis berjuang untuk menghidupkan kembali istrinya.Setelah beberapa menit yang terasa seperti seumur hidup, salah satu dokter akhirnya menoleh ke arah Ruswanda dengan ekspresi serius namun penuh harapan. "Kami berhasil mengembalikan detak jantungnya, Pak Ruswanda. Namun, kondisinya masih sangat kritis. Kami akan memindahkannya ke ICU untuk pemantauan lebih lanjut."Ruswanda merasakan campuran antara lega dan ketakutan. Meskipun Ratnawati berhasil diselamatkan untuk saat ini, perjuangan mereka belum berakhir. Dengan hati yang penuh harapan, Ruswanda mengikuti tim medis yang membawa istrinya ke ICU, berdoa agar keajaiban terus berpihak pada mereka.Setelah sekian lama menunggu, akhirnya dokter berhasil mengembalikan Ratna kembali hidup. “Pak Ru
Dari dalam mobil yang berkilau, keluarlah seorang wanita yang memancarkan pesona. Rambutnya tergerai, mata tajamnya menembus kegelapan malam. Marcel, yang sedang berdiri di dekat pintu rumah sakit, terpana memandang wanita itu. Siapakah gerangan perempuan yang sangat cantik itu? Dia berjalan dengan langkah mantap, mengabaikan pandangan orang-orang di sekitarnya yang terkesima.Marcel memikirkan wanita itu. Sepertinya dia pernah melihatnya, tapi di mana? Teka-teki ini selalu saja muncul dalam hidupnya. Saat Marcel hendak kembali ke rumah, Rihana sudah berada di pintu rumah sakit dengan ayahnya Pak Subroto.“Bapak?” sapa Marcel kepada mertuanya, suara tercekat di tenggorokan. “Kapan datang ke Indonesia?” Marcel mencoba menutupi kebingungannya dengan senyum, tetapi hatinya berdebar kencang.Subroto hanya memberikan senyumnya saja. Wajahnya penuh keriput, matanya lelah setelah perjalanan panjang. “Bagaimana kabar ayahmu, Nak?” tanya Subroto dengan suara lembut, merasa sedih melihat anak m
Pak Sudarta mengangkat wajahnya, matanya terbelalak. Di hadapannya berdiri Nayla, mantan sekretaris Ruswanda yang kini dikenal sebagai Mrs. Andrian, seorang CEO yang sukses. Sudarta merasa seperti melihat hantu dari masa lalu.“Nayla?” gumamnya, suaranya tercekat. “Eh, maksud saya, Mrs. Andrian.” Ia berusaha menyembunyikan kekagumannya. Bagaimana mungkin Nayla, yang dulu hanya seorang sekretaris, bisa berubah menjadi sosok begitu berpengaruh?Nayla tersenyum, matanya tajam. “Ngomong-ngomong, Pak Sudarta, kenapa kaki Bapak banyak perban?” tanyanya. “Ada apa?”Sudarta merenung pada perban yang melilit kakinya. “Kemarin,” katanya dengan suara parau, “saya ditabrak oleh pengendara yang tidak bertanggung jawab.”Nayla menarik napas dalam-dalam. “Ya Tuhan, lalu bagaimana, Pak? Apakah masih sakit?”Sudarta tersenyum lemah. “Alhamdulillah, sekarang saya diperbolehkan pulang hari ini.” Ia merasa lega, meski tubuhnya masih terasa lemah akibat kecelakaan itu.“Syukurlah kalau begitu,” kata Nayla
Ruswanda merasakan darahnya mendidih saat mendengar suara dari ponselnya. Suara itu datang dari tempat yang gelap, penuh dengan niat jahat yang tersembunyi. "Halo Ruswanda, masih ingatkah dengan saya?" tanya lelaki itu, suaranya dingin dan penuh dendam."Siapa kau, pengecut!" jawab Ruswanda dengan marah. Ia menggenggam ponselnya erat-erat, matanya menyipit mencari petunjuk di sekelilingnya."Tenang, Pak," balas suara itu dengan nada mengejek. "Perjalanan ini belum berakhir. Saya pastikan bahwa perusahaanmu akan hancur. Saya mulai dari yang terkecil dulu, aku akan membuat mereka tumbang satu per satu."Ruswanda merasakan jantungnya berdebar kencang. Siapa lelaki ini? Apa yang dia inginkan? Dan yang lebih penting, bagaimana dia bisa menghancurkan perusahaan yang telah dibangunnya dengan susah payah?"Jangan berani-berani mengancam saya!" teriak Ruswanda. "Saya akan menemukanmu dan memastikan kau membayar untuk ini!"Lelaki itu tertawa kecil, suara tawanya menggema di telinga Ruswanda. "
Suara di ujung telepon itu membuat darahnya membeku. "Pak Sudarta, kami menemukan sesuatu yang lebih mengejutkan di rekaman CCTV. Anda harus melihat ini sendiri."Dengan hati yang berdebar, Sudarta segera menuju ruang keamanan. Di sana, Budi, kepala keamanan, sudah menunggunya dengan ekspresi serius. "Pak Sudarta, ini rekamannya," kata Budi sambil memutar video di layar monitor.Sudarta menatap layar dengan cemas. Rekaman menunjukkan seorang perempuan keluar dari toilet dengan langkah tergesa-gesa, mengenakan masker yang menutupi sebagian besar wajahnya. Dia membawa sebuah kantong plastik yang tampak berat dan meletakkannya di lantai toilet sebelum pergi. Namun, yang membuat Sudarta terkejut adalah apa yang terjadi setelah itu.Beberapa menit setelah perempuan itu pergi, seorang pria dengan seragam karyawan PT. RSTI masuk ke toilet. Dia melihat kantong plastik tersebut, membuka isinya, dan tampak terkejut melihat bayi di dalamnya. Pria itu kemudian mengeluarkan ponselnya dan tampak me
Beberapa minggu kemudian, kondisi istri Ruswanda mulai membaik. Dokter memberikan kabar baik bahwa operasi kanker tersebut berhasil dan bahwa dia akan segera pulih sepenuhnya. Ruswanda merasa beban berat yang selama ini menghimpitnya perlahan-lahan terangkat.Dengan semangat baru, Ruswanda kembali ke kantor. Dia disambut dengan hangat oleh para karyawan yang merasa senang melihatnya kembali. Sudarta memberikan laporan lengkap tentang semua perkembangan terbaru di perusahaan dan langkah-langkah yang telah diambil untuk memastikan keamanan dan kesejahteraan karyawan."Pak Ruswanda, saya senang melihat Anda kembali," kata Sudarta dengan senyum tulus."Terima kasih, Pak Sudarta. Saya juga senang bisa kembali," jawab Ruswanda. "Saya sangat menghargai semua usaha yang telah Anda lakukan selama saya tidak ada. Anda telah menunjukkan kepemimpinan yang luar biasa."Sudarta merasa bangga mendengar pujian tersebut. "Terima kasih, Pak. Saya hanya melakukan apa yang perlu dilakukan untuk menjaga p
Nayla, atau yang kini dikenal dengan sebutan Miss Andrian, duduk di halaman rumah mewahnya bersama ibunya, Vina. Rumah itu adalah simbol dari kesuksesan dan kekuatan yang telah ia raih setelah bertahun-tahun berjuang. Sambil menikmati secangkir teh, Nayla menatap ke kejauhan dengan tatapan tajam.“Ruswanda, akhirnya ingin bertemu denganku,” katanya dengan nada penuh kebencian. “Tapi aku tolak permintaannya, hahaha,” Nayla tertawa jahat, suaranya menggema di halaman yang luas.Vina, yang duduk di sebelahnya, menatap putrinya dengan campuran kekhawatiran dan kebanggaan. “Nayla, apa yang kamu rencanakan? Kamu tahu bahwa dendam tidak akan membawa kebahagiaan.”Nayla menoleh ke arah ibunya, senyum sinis masih menghiasi wajahnya. “Ibu, ini bukan hanya tentang dendam. Ini tentang keadilan. Ruswanda telah menghancurkan hidupku, dan sekarang saatnya aku membalasnya. Aku akan menghancurkan perusahaan PT. RSTI miliknya dan memastikan dia merasakan penderitaan yang sama seperti yang aku rasakan d