Suara di ujung telepon itu membuat darahnya membeku. "Pak Sudarta, kami menemukan sesuatu yang lebih mengejutkan di rekaman CCTV. Anda harus melihat ini sendiri."Dengan hati yang berdebar, Sudarta segera menuju ruang keamanan. Di sana, Budi, kepala keamanan, sudah menunggunya dengan ekspresi serius. "Pak Sudarta, ini rekamannya," kata Budi sambil memutar video di layar monitor.Sudarta menatap layar dengan cemas. Rekaman menunjukkan seorang perempuan keluar dari toilet dengan langkah tergesa-gesa, mengenakan masker yang menutupi sebagian besar wajahnya. Dia membawa sebuah kantong plastik yang tampak berat dan meletakkannya di lantai toilet sebelum pergi. Namun, yang membuat Sudarta terkejut adalah apa yang terjadi setelah itu.Beberapa menit setelah perempuan itu pergi, seorang pria dengan seragam karyawan PT. RSTI masuk ke toilet. Dia melihat kantong plastik tersebut, membuka isinya, dan tampak terkejut melihat bayi di dalamnya. Pria itu kemudian mengeluarkan ponselnya dan tampak me
Beberapa minggu kemudian, kondisi istri Ruswanda mulai membaik. Dokter memberikan kabar baik bahwa operasi kanker tersebut berhasil dan bahwa dia akan segera pulih sepenuhnya. Ruswanda merasa beban berat yang selama ini menghimpitnya perlahan-lahan terangkat.Dengan semangat baru, Ruswanda kembali ke kantor. Dia disambut dengan hangat oleh para karyawan yang merasa senang melihatnya kembali. Sudarta memberikan laporan lengkap tentang semua perkembangan terbaru di perusahaan dan langkah-langkah yang telah diambil untuk memastikan keamanan dan kesejahteraan karyawan."Pak Ruswanda, saya senang melihat Anda kembali," kata Sudarta dengan senyum tulus."Terima kasih, Pak Sudarta. Saya juga senang bisa kembali," jawab Ruswanda. "Saya sangat menghargai semua usaha yang telah Anda lakukan selama saya tidak ada. Anda telah menunjukkan kepemimpinan yang luar biasa."Sudarta merasa bangga mendengar pujian tersebut. "Terima kasih, Pak. Saya hanya melakukan apa yang perlu dilakukan untuk menjaga p
Nayla, atau yang kini dikenal dengan sebutan Miss Andrian, duduk di halaman rumah mewahnya bersama ibunya, Vina. Rumah itu adalah simbol dari kesuksesan dan kekuatan yang telah ia raih setelah bertahun-tahun berjuang. Sambil menikmati secangkir teh, Nayla menatap ke kejauhan dengan tatapan tajam.“Ruswanda, akhirnya ingin bertemu denganku,” katanya dengan nada penuh kebencian. “Tapi aku tolak permintaannya, hahaha,” Nayla tertawa jahat, suaranya menggema di halaman yang luas.Vina, yang duduk di sebelahnya, menatap putrinya dengan campuran kekhawatiran dan kebanggaan. “Nayla, apa yang kamu rencanakan? Kamu tahu bahwa dendam tidak akan membawa kebahagiaan.”Nayla menoleh ke arah ibunya, senyum sinis masih menghiasi wajahnya. “Ibu, ini bukan hanya tentang dendam. Ini tentang keadilan. Ruswanda telah menghancurkan hidupku, dan sekarang saatnya aku membalasnya. Aku akan menghancurkan perusahaan PT. RSTI miliknya dan memastikan dia merasakan penderitaan yang sama seperti yang aku rasakan d
Pagi itu, sinar matahari menyusup lembut melalui celah-celah tirai jendela, menciptakan pola-pola indah di lantai kayu ruang tamu. Marcel membuka matanya perlahan, merasakan kehangatan yang menyelimuti tubuhnya. Ia tersenyum, menyadari bahwa hidupnya kini telah berubah menjadi lebih baik.Dua bulan telah berlalu sejak perusahaan milik Ruswanda, sahabat sekaligus rekan bisnisnya, kembali pulih dari krisis yang hampir menghancurkan segalanya. Marcel ingat betapa beratnya masa-masa itu, ketika mereka harus berjuang keras untuk mempertahankan perusahaan dari kebangkrutan. Namun, berkat kerja keras dan ketekunan, mereka berhasil bangkit kembali.Marcel bangkit dari tempat tidur, melangkah pelan menuju dapur. Aroma kopi yang baru diseduh menyambutnya, mengisi udara dengan keharuman yang menenangkan. Di meja dapur, Rihana, istrinya, sedang sibuk menyiapkan sarapan. Wajahnya berseri-seri, memancarkan kebahagiaan yang tak bisa disembunyikan.“Selamat pagi, sayang,” sapa Marcel sambil mencium p
Hari-hari berlalu, dan Destia akhirnya menemukan seorang perempuan yang sesuai dengan rencana Abidin. Namanya adalah Lila, seorang wanita muda yang cantik dan cerdas. Lila setuju untuk membantu Abidin dengan imbalan yang besar.Pertemuan pertama antara Lila dan Marcel diatur dengan sangat hati-hati. Lila berpura-pura menjadi seorang klien potensial yang tertarik untuk berinvestasi di perusahaan milik Ruswanda. Marcel, yang selalu berusaha untuk menarik investor baru, menyambut Lila dengan ramah.“Senang bertemu dengan Anda, Lila,” kata Marcel sambil menjabat tangan Lila. “Apa yang bisa saya bantu?”Lila tersenyum manis. “Saya tertarik untuk berinvestasi di perusahaan Anda, Pak Marcel. Saya telah mendengar banyak hal baik tentang perusahaan ini.”Marcel merasa senang mendengar pujian itu. Mereka berbicara panjang lebar tentang bisnis dan peluang investasi. Lila memainkan perannya dengan sangat baik, membuat Marcel merasa nyaman dan percaya padanya.Namun, di balik senyum manisnya, Lila
Di rumah sakit, dokter segera menangani Rihana. Marcel, yang diberitahu tentang kejadian itu, tiba dengan wajah penuh kecemasan. Ia menggenggam tangan Rihana dengan erat, berdoa agar semuanya baik-baik saja.Namun, saat dokter keluar dari ruang perawatan dengan wajah serius, Marcel merasakan jantungnya berdegup kencang. “Bagaimana keadaan istri dan bayi saya, Dok?” tanyanya dengan suara gemetar.Dokter menatap Marcel dengan tatapan penuh simpati. “Kami telah melakukan yang terbaik, tetapi…”Marcel merasa dunia seakan runtuh di sekelilingnya. “Tetapi apa, Dok?” desaknya, suaranya hampir pecah.“Rihana mengalami pendarahan hebat dan kondisinya sangat kritis. Kami tidak berhasil menyelamatkan bayinya yang baru berusia tiga bulan dalam kandungan. Kami akan terus memantau kondisi Rihana selama beberapa jam ke depan,” jelas dokter dengan hati-hati.Marcel terdiam, mencoba mencerna kata-kata dokter. Ia merasa hancur mengetahui bahwa mereka telah kehilangan bayi mereka. Ia menatap Rihana yang
Di rumah sakit, Rihana terbaring lemah di tempat tidurnya. Marcel duduk di sampingnya, menggenggam tangannya dengan erat. Meskipun tubuhnya lemah, Rihana tahu bahwa ia harus memberitahu Marcel tentang sesuatu yang sangat penting.“Kak Marcel,” bisik Rihana dengan suara serak. “Aku harus memberitahumu sesuatu.”Marcel menatap istrinya dengan penuh perhatian. “Apa itu, sayang? Apa yang ingin kamu katakan?”Rihana menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan kekuatannya. “Aku mendengar sesuatu yang sangat penting. Abidin… dia berencana menjebakmu.”Marcel terkejut. “Menjebakku? Apa maksudmu?”“Abidin ingin menghancurkan reputasi mu agar kamu diturunkan dari jabatanmu. Dia bekerja sama dengan seorang wanita bernama Lila,” jelas Rihana dengan suara lemah.Marcel merasa darahnya mendidih. “Lila? Siapa dia? Bukankah dia yang ingin berinvestasi di perusahaan kita?”“Tidak sayang, Lila adalah seorang wanita yang Abidin kenal. Dia berencana untuk menjebakmu dalam skandal yang akan merusak re
Marcel duduk di sebuah teras, menikmati angin sepoi-sepoi yang membawa aroma bunga dari taman. Hari itu adalah hari Minggu, dan suasana terasa tenang. Rihana, yang kini sudah mulai membaik, duduk di sampingnya. Mereka berdua sedang melamun, menikmati momen kebersamaan yang langka ini. Tiba-tiba, Rihana memecah keheningan dengan sebuah pernyataan yang membuat hati Marcel bergetar.“Andaikan kita punya anak, tentulah kita akan bahagia,” kata Rihana dengan suara lembut, matanya menatap jauh ke depan.Marcel terdiam sejenak, merenungkan kata-kata istrinya. Ia tahu bahwa Rihana sangat menginginkan anak, dan keguguran yang dialaminya adalah pukulan berat bagi mereka berdua. Marcel merasakan kesedihan yang mendalam, tetapi ia juga tahu bahwa mereka harus tetap kuat dan saling mendukung.“Ya sayang. Aku juga berpikir begitu. Kita akan menjadi keluarga yang bahagia,” jawab Marcel dengan suara penuh kasih sayang.Rihana tersenyum tipis, meskipun ada kesedihan yang masih tersisa di matanya. “Aku