Malam semakin larut, jarum jam terus berdenting menunjuk angka 12, tapi ia tidak kunjung kembali. Sejak sore pergi tanpa kabar dan sepatah kata pun. Tidak seperti biasa pak Candra pergi sampai selarut ini. Rasa cemas mulai mengusik, berulang kali kaki melangkah kesana-kemari menunggu kepulangannya, sembari terus ku pandangi pagar besi yang tidak kunjung terbuka. Puncak kemarahan pak Candra ketika mulutku menyebutnya bagai orang asing. Sudah berulang kali ia marah hanya karena ku sebut seperti itu, tetapi marahnya kali ini sedikit berbeda."Non..... sudah larut malam, lebih baik non Rika istirahat saja dulu, nanti kalau Tuan Candra pulang bibi kasih tau non Rika. Sejak tadi bibi perhatikan non Rika begitu cemas sampai makan malam pun belum tersentuh. Lebih baik non makan dulu, nanti kalau tuan tau non tidak makan, bibi bisa kena marah." Sejak tadi Bibi menemaniku duduk di teras rumah, meski beliau mengantuk tetap saja memaksakan diri menemaniku.Boro-boro makan melihat makanan saja hil
Read more