Share

Permintaan Maaf Pak Candra

Malam semakin gelap tapi mata masih terjaga. Semilir angin menyentuh kulit. Dinginnya malam menemaniku dalam sunyi. Seusai hujan malam pun nampak terlihat indah. Kelip bintang jauh lebih terang menghiasi malam. Suasana rumah terasa sepi, sunyi. Jarum jam menunjuk pukul sebelas malam. Di luar masih terdengar suara tv menyala, mungkin itu Pak Candra. Sejak aku mengambil sikap diam, ia sering tidur di ruang tamu. Kami jarang berkomunikasi, atau sekedar saling sapa. Ego kami sangat tinggi, tidak ada yang mau mengalah. Entah akan seperti apa rumah tangga kami kedepannya, untuk sekarang hati masih saling terkunci rapat. Sempat terpikir satu pemikiran bodoh untuk kedepan hubungan kami ini, namun apakah aku mampu menghadapi kerasnya dunia seorang diri. Menjanda sudah pernah ku alami. Akankah kisah pahit itu kembali lagi dalam hidupku ini. Segumpal tanah di genggam sedikitnya akan tumpah, dan ketika waktu mulai berjalan, isi tangan perlahan hilang. Aku takut berjalan di aspal panas tanpa alas
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status