Semua Bab MENGEJAR CINTA PAK DOSEN: Bab 61 - Bab 70

87 Bab

BAB 61

Niko dan Agatha terpaku, merasa ngeri ketika melihat siapa yang keluar dari bayangan. Pak Johan, ayah Bintang, berdiri di hadapan mereka dengan wajah tanpa ekspresi."Pak Johan? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Niko, sambil menggenggam tangan Agatha dengan erat. Pak Johan melangkah lebih dekat, suaranya tenang tapi penuh kekuatan. "Kalian seharusnya tidak ikut campur dalam urusan ini."Agatha menatap Pak Johan dengan tatapan tidak percaya. "Kau... Kau yang membantu Pak Jinwoo?"Pak Johan mengangguk perlahan. "Aku melakukan apa yang perlu dilakukan untuk melindungi orang-orang yang aku cintai. Termasuk menjaga rahasia ini tetap tersembunyi."Agatha merasakan gelombang emosi yang bercampur aduk di dalam dirinya. "Tapi, Pa, kenapa? Kita seharusnya bekerja sama, bukan berseberangan."Pak Johan menghela napas dalam. "Aku tidak punya pilihan lain, Agatha. Pak Jinwoo telah memberiku kehidupan yang lebih baik, dan aku harus membalasnya. Kalian tidak mengerti bet
Baca selengkapnya

BAB 62

Bintang melangkah perlahan melewati lorong-lorong kampus yang sunyi. Hari ini telah menjadi salah satu dari banyak hari yang melelahkan baginya. Sebagai dosen muda, tanggung jawabnya tidak hanya terbatas pada mengajar, tetapi juga pada riset, tugas administratif, dan berbagai seminar yang harus dihadiri.Langkahnya terasa berat, seakan-akan beban pekerjaannya mengikuti setiap jejaknya. Namun, di balik segala kepenatan itu, ada satu hal yang selalu membuatnya bersemangat pulang: Gio, putra kecilnya yang baru berusia enam bulan. Senyum Gio dan gurgutan kecilnya mampu menyegarkan hatinya dari segala kelelahan dan stres.Tetapi malam ini terasa berbeda. Begitu Bintang memasuki rumah dia segera disambut oleh tangisan histeris Gio. Hatinya berdesir. "Apa yang terjadi?" gumamnya sambil melepas sepatu dan tas kuliah yang berat itu.Bintang bergegas menuju ruang tamu, di mana pengasuh mereka,tampak terlihat kewalahan. Dia duduk lemah di sofa, dengan
Baca selengkapnya

BAB 63

Di dalam mobil polisi, Bintang duduk di kursi penumpang sebelah Detektif Arif. Mesin mobil meraung hidup, dan detektif itu segera melajukan kendaraan dengan kecepatan tinggi di tengah rintik hujan malam. Kilatan petir sesekali menerangi langit, menciptakan suasana yang semakin mencekam. Lampu jalan yang sesekali melintas di jendela hanya menambah kesan suram perjalanan mereka.Detektif Arif menoleh ke arah Bintang dengan ekspresi serius. "Selain Agatha, ada hal lain yang harus Anda ketahui," katanya dengan suara berat, hampir tenggelam dalam deru mesin mobil dan hujan deras.Bintang merasakan detak jantungnya semakin cepat. "Apa maksud Anda?" tanyanya dengan suara serak, hampir berbisik."Kami juga sedang menyelidiki kasus penggelapan dana dan korupsi yang melibatkan ayah Anda, Pak Johan. Kami butuh kesaksian Anda," lanjut Detektif Arif, matanya tetap fokus pada jalan yang licin di depan.Bintang terkejut mendengar ini. "Apa hubungannya ini dengan Agatha?" tanyanya,
Baca selengkapnya

BAB 64

Pagi hari menyapa dengan sinar matahari yang hangat menembus jendela ruang tamu. Aera duduk di sofa dengan secangkir kopi hangat di tangannya. Dia berpura-pura membaca buku, namun pikirannya melayang-layang jauh dari halaman-halaman yang terbuka di depannya. Dengan Agatha dan Niko yang hilang, Aera merasa lebih bebas. Dia menghela napas lega, merasa beban yang selama ini menghantuinya perlahan mulai terangkat. Namun, dia juga tahu bahwa ketidakhadiran mereka hanya sementara jika dia tidak waspada.Aera menutup bukunya dan memandang sekeliling ruang tamu. Rumah yang biasanya dipenuhi dengan kegaduhan kini terasa lebih tenang. Hanya suara burung yang berkicau di luar jendela yang terbuka. Keheningan ini memberinya rasa lega yang tak bisa dia sembunyikan. Senyum tipis muncul di wajahnya setiap kali dia memikirkan betapa lancarnya rencana yang telah dia susun.Dia mengambil ponselnya dan melihat beberapa pesan yang belum terbaca. Salah satunya dari seorang yang juga terlibat dalam rencan
Baca selengkapnya

BAB 65

Malam itu, di rumah sederhana Pak Slamet, Agatha duduk termenung di samping jendela, menatap langit malam yang dipenuhi bintang. Suasana tenang di desa itu kontras dengan kekacauan yang masih bergejolak di dalam hatinya. Setiap malam, pikirannya selalu kembali pada Gio, putranya yang masih kecil.Sebuah pesan masuk ke ponselnya, mengalihkan perhatiannya sejenak. Itu dari Moona."Mbak Agatha, Gio hari ini sudah mulai belajar merangkak. Dia tumbuh begitu cepat. Aku tahu kamu pasti sangat merindukannya."Air mata mengalir di pipi Agatha saat membaca pesan itu. Hatinya berdesir dengan campuran kebahagiaan dan kesedihan. Dia begitu merindukan putranya, merindukan setiap momen kecil dalam pertumbuhannya yang tidak bisa dia saksikan.Niko mendekati Agatha dan duduk di sampingnya, merasakan kesedihan yang terpancar dari sahabatnya itu. "Agatha, kamu harus kuat. Kita akan melewati ini. Gio butuh kamu."Agatha mengangguk, meskipun air mata masih membasahi pipinya. "Aku tahu, Niko. Hanya saja, s
Baca selengkapnya

BAB 66

Bintang mengikuti Detektif Arif ke ruang interogasi. Mereka duduk berhadapan di meja kayu yang sederhana. Detektif Arif membuka berkas di depannya dan mulai menjelaskan."Kami menemukan beberapa petunjuk baru. Ada yang melihat Aera di sekitar lokasi terakhir di mana Agatha dan Niko terlihat," kata Detektif Arif dengan nada serius.Bintang terkejut mendengar itu. "Apa maksudnya? Apa Aera terlibat dalam semua ini?"Detektif Arif menatap Bintang dengan tegas. "Kami belum bisa memastikan, tapi kami perlu Anda untuk terus waspada. Kami juga akan terus mengawasi Aera. Ini bisa menjadi kunci untuk menemukan Agatha dan Niko."Bintang merasa dunianya berputar. Dia harus menghadapi kenyataan bahwa orang yang selama ini dia percayai mungkin saja terlibat dalam semua kekacauan ini. Namun, dia tahu bahwa dia harus tetap kuat dan fokus untuk menemukan kebenaran demi keselamatan Agatha dan Niko.Di sisi lain, Aera yang baru saja kembali ke rumah, merasa lega bisa lolos dari pen
Baca selengkapnya

BAB 67

Dessy memejamkan mata, pasrah dengan keadaan yang terjadi. Namun, tiba-tiba terdengar suara orang berkelahi. Dessy membuka mata dan melihat Niko sedang bertarung dengan pria bertopeng itu."Niko!" Dessy berteriak, matanya penuh harap dan ketakutan.Niko terus bertarung dengan pria bertopeng itu, berusaha melindungi Dessy. Mereka saling bertukar pukulan, dan Niko mencoba menahan lawannya agar tidak mendekati mobil Dessy."Pergilah, Dessy! Cepat!" teriak Niko di tengah pertarungan.Dessy tidak bisa bergerak, terpaku oleh rasa takut dan khawatir. Namun, melihat Niko berjuang keras untuk melindunginya, dia akhirnya berhasil mengumpulkan keberaniannya. Dengan tangan gemetar, Dessy menyalakan mobil dan mulai melaju dengan kecepatan tinggi, meninggalkan Niko yang masih bertarung dengan pria bertopeng itu.Saat mobil Dessy menghilang di tikungan, Niko berhasil menjatuhkan pria bertopeng itu dan segera berlari ke arah yang sama, berusaha memastikan Dessy aman.Namun, Niko merasa ada sesuatu ya
Baca selengkapnya

BAB 68

Niko kembali ke desa dengan motor yang ia pinjam dari warga. Roda motornya berderak-derak di jalan berbatu, debu mengepul di belakangnya. Sesampai di sana, dia segera mencari Agatha dengan hati yang gelisah.Agatha sedang duduk di depan rumah Pak Slamet, matanya terfokus pada pintu pagar yang berdecit saat Niko masuk. Wajahnya langsung berubah cemas melihat ekspresi serius Niko."Ada apa, Niko?" tanyanya dengan cepat.Niko menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Dessy... dia diserang dalam perjalanan pulang."Mata Agatha membelalak, tangan gemetar saat meraih ponsel. "Kita harus memastikan dia baik-baik saja."Niko mengangguk, mencoba menenangkan Agatha dengan tatapannya. "Aku sudah memastikan dia aman sampai di apartemennya. Tapi kita harus lebih berhati-hati. Ini sudah terlalu jauh."Agatha merasakan jantungnya berdetak cepat saat ponsel di tangannya menghubungi Dessy. Waktu seolah melambat sampai akhirnya terdengar suara Dessy di ujung sana."Dessy, kamu baik-baik saja?" suara
Baca selengkapnya

BAB 69

Di bawah langit senja yang berwarna jingga, Agatha dan Niko duduk di teras rumah Pak Slamet, merenung tentang perjalanan mereka sejauh ini. Keputusan untuk meninggalkan desa telah diambil, dan mereka merasa campuran antara ketakutan dan harapan.Mereka khawatir bahwa orang-orang suruhan Aera sudah mulai mencurigai keberadaan mereka, di tambah insiden baru-baru ini yang menimpa Dessy, membuat mereka merasa tak lagi aman."Kita harus pergi," kata Agatha dengan tegas pada Niko. "Semakin lama kita di sini, semakin besar risiko kita ditemukan."Niko mengangguk setuju. "Aku setuju. Kita harus kembali ke kota dan menyusun rencana baru. Kita tidak bisa terus bersembunyi."Pak Slamet, yang mendengar pembicaraan mereka, menatap dengan wajah khawatir. "Apakah kalian yakin ingin pergi? Kota itu berbahaya untuk kalian."Agatha tersenyum lembut pada kakek tua itu. "Kami tidak punya pilihan lain, Pak Slamet. Kami sudah terlalu banyak merepotkan warga di sini. Selain itu, kami tidak ingin kalian terl
Baca selengkapnya

BAB 70

Setelah pertemuan tak terduga dengan Bintang dan Aera, Agatha merasa gelisah sepanjang malam, pikirannya terus melayang memikirkan Gio. Keesokan paginya, Detektif Arif tiba di apartemen mereka membawa kabar penting."Agatha, Niko," sapanya sambil memasuki ruangan dengan ekspresi serius. "Kita perlu melakukan sesuatu agar kalian bisa bergerak lebih leluasa dan aman. Aku sudah menyiapkan identitas baru untuk kalian."Agatha dan Niko duduk di meja makan, memperhatikan Detektif Arif yang membuka tasnya dan mengeluarkan dua amplop bersegel. "Niko, ini untukmu," kata Arif sambil menyerahkan amplop pertama. "Mulai sekarang, namamu adalah Dongmin. Kamu seorang konsultan IT yang bekerja secara freelance dari luar negeri."Niko membuka amplop itu dan menemukan KTP, SIM, dan beberapa kartu lainnya dengan nama baru tersebut. Dia mengangguk, menerima kenyataan bahwa ini adalah langkah yang perlu mereka ambil."Dan Agatha," lanjut Arif, menyerahkan amplop kedua. "Namamu tetap menjadi Rina. Kamu se
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status