Home / Rumah Tangga / Madu Untuk Mantan Mertua / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Madu Untuk Mantan Mertua: Chapter 151 - Chapter 160

174 Chapters

BAB 151

“Hei anak pungut! Apa yang kau bawa itu?’ Alex mendekati meja Misella saat gadis itu sedang makan siang bersama Rose di meja.Rose yang melihat itu langsung geram pada Alex,”Apa kau tak lelah menganggu Misella? Dia salah apa? Dia bahkan tak menganggumu.” Ucap Rose dengan galak karena ingin melindungi sahabatnya dari pembulian.“Salahnya? Salahnya dia sekolah disini! Ini bukan tempat anak pungut!”Misella mencoba tetap tenang, meskipun hatinya terasa sakit mendengar kata-kata Alex. Dia sudah sering mendengar ejekan seperti itu, tetapi kali ini dia tidak ingin Rose terlibat lebih jauh. "Tolong, Alex. Aku hanya ingin makan siang dengan tenang," ucap Misella pelan, berusaha menghindari konfrontasi.Rose, yang sudah muak dengan sikap Alex, bangkit dari kursinya. "Cukup, Alex! Kau pikir siapa dirimu menghina orang lain seperti itu? Apa kau merasa lebih baik karena menyakiti orang lain?" bentak Rose dengan marah, tidak takut menghadapi Alex.Alex tertawa sinis, "Aku hanya mengatakan yang sebe
last updateLast Updated : 2024-09-30
Read more

BAB 152

“Misella!” Anya langsung masuk ke ruangan dimana Misella di rawat.Wajah Misella pucat meskipun sudah sadar, keningnya diperban untuk menutupi lukanya.“Mama.” Ucap Misella dengan pelan, dia menundukkan kepalanya, merasa bersalah karena membuat masalah di sekolah. “Sayang, apa kamu tidak apa-apa?” Tanya Anya dengan khawatir.Misella menggeleng pelan, menahan air mata yang mulai menggenang di matanya. "Maaf, Mama... Aku nggak bermaksud bikin masalah," ucapnya dengan suara yang hampir berbisik.Anya segera duduk di samping tempat tidur Misella, menggenggam tangan putrinya dengan lembut. "Kamu tidak perlu minta maaf, sayang. Yang penting sekarang kamu baik-baik saja," ucap Anya, suaranya lembut namun penuh rasa khawatir.Misella menangis, lalu memeluk ibunya. “Maaf ya, ma. Aku selalu bikin repot mama. Maaf, karena aku mama harus meninggalkan adik-adik, maaf juga mama harus kerepotan mengurus Misella yang nakal ini, Misella merasa bersalah dan ga pantes jadi anak mama.”Anya merasakan da
last updateLast Updated : 2024-10-01
Read more

BAB 153

“Sayang…” David yang baru tiba langsung menghampiri Anya dan Misella yang masih di rawat karena menunggu infus Misella habis baru diperbolehkan kembali ke rumah.“Mas, rapatmu sudah selesai?” Tanya Anya dengan lembut pada suaminya.David mengangguk, “Sudah, maka dari itu aku baru tiba. Bagaimana dengan keadaan Misella?” Tanya David dengan khawatir.Anya tersenyum lembut kepada suaminya dan meraih tangannya. "Misella sudah lebih baik, sayang. Hanya perlu menunggu infusnya selesai, lalu kita bisa pulang," jawabnya sambil melirik putri mereka yang masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit.David duduk di tepi ranjang, mengusap lembut kepala Misella. "Hei, putri kecilku, apa kamu baik-baik saja?" tanyanya dengan suara lembut, meski kekhawatiran masih jelas di matanya.Misella membuka mata perlahan dan tersenyum tipis. "Papa... aku baik-baik saja. Maaf ya, aku bikin papa sama mama khawatir," ucapnya pelan, suaranya sedikit serak.David menatap Anya sejenak sebelum menoleh kembali pada M
last updateLast Updated : 2024-10-02
Read more

BAB 154

“Sampai kapan kau akan menghindari aku terus, Agnia? Dua hari kau tak ada kabar dan izin sakit. Apa sebegitu tak sukanya dirimu padaku sehingga kau menjauh seperti ini?” Tanya Aditya melalui sambungan telepon.Di kamar kosnya, Agnia terdiam. Dia memang mengangkat telepon dari Aditya setelah dua hari tak ada kabar, tapi dia tak tahu harus mengatakan apa.“T-tuan, sepertinya saya akan resign. Bulan depan saya akan pergi dan selama itu saya akan–”“Jadi– Kau membenciku, Agnia?” Terdengar suara getir di seberang telepon.Agnia terdiam mendengar nada getir di suara Aditya. Hatinya bergejolak, antara ingin menjelaskan alasannya dengan jujur atau tetap menjaga jarak seperti yang sudah ia coba lakukan. Setelah dua hari tanpa kontak, ia tahu keputusan ini akan sulit, namun rasanya terus bekerja di bawah bayang-bayang perasaannya sendiri menjadi terlalu berat.“Bukan begitu, Tuan,” ucap Agnia pelan, suaranya sedikit bergetar. “Saya tidak membenci Anda, saya hanya... merasa ini yang terbaik. Say
last updateLast Updated : 2024-10-03
Read more

BAB 155

“Kau sudah banyak minum alkohol, Aditya.” Ucap David pada keponakannya itu.Saat mendengar kabar dari adiknya jika Aditya dalam suasana kacau dan pergi ke klub, David langsung menghampiri pria itu dan merebut gelas miliknya.“Dia menolakku dan membuangku, paman.” Ucap Aditya dengan wajah memerah karena mabuk, namun ekspresinya tampak sangat hancur.David menatap Aditya dengan prihatin, melihat bagaimana keponakannya benar-benar terpuruk. Dia mengambil napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri sebelum berbicara. "Aditya, ini bukan caranya menyelesaikan masalah," ucapnya tegas namun lembut. "Minum tidak akan mengubah apa yang terjadi, dan pasti tidak akan membawamu ke tempat yang lebih baik."Aditya menundukkan kepalanya, suaranya berat dan penuh emosi. "Tapi dia... Agnia... dia benar-benar meninggalkanku, paman. Aku sudah melakukan segalanya untuk menunjukkan perasaanku, tapi dia malah pergi."David merasa simpati terhadap Aditya, tetapi dia tahu bahwa mengasihani diri sendiri tidak
last updateLast Updated : 2024-10-04
Read more

BAB 156

“Agnia?” Aditya langsung berdiri saat melihat wanita itu akhirnya masuk kerja kembali setelah beberapa haru cuti dan menghindarinya.“Selamat pagi, tuan. Saya ingin menyerahkan jadwal hari in–”Sebelum Agnia menyelesaikan sapaannya, sebuah pelukan erat menghampirinya.Agnia terkejut, tubuhnya membeku sejenak ketika merasakan pelukan erat dari Aditya. Dia tidak menyangka pria itu akan bereaksi begitu cepat setelah beberapa hari dia menghindarinya. Dengan napas tertahan, dia mencoba tetap tenang.“Kenapa kamu menjauhiku, Agnia?” suara Aditya terdengar pelan namun penuh dengan emosi. Pelukannya tidak mengendur, seolah dia takut jika melepaskannya, Agnia akan menghilang lagi.Agnia merasa sulit berbicara di bawah tekanan pelukan ini. “T-tuan… saya hanya butuh waktu. Saya pikir–”“Aku tidak bisa kehilanganmu,” potong Aditya dengan suara serak. "Katakan apa pun yang kau mau, tapi jangan pergi lagi tanpa penjelasan. Jangan membuatku bingung seperti ini."Agnia merasa jantungnya berdebar sema
last updateLast Updated : 2024-10-06
Read more

BAB 157

“Tuan Anderson, selamat datang di perusahaan Abraham.” Ucap David dengan tenang, seolah menyambut tamunya.Meskipun David tak tahu apa maksud dari Henry Anderson datang ke perusahaannya setelah dia ingin meruntuhkan perusahaannya akibat perselisihan anak mereka di sekolah.Henry Anderson melangkah masuk dengan angkuh, senyum tipis menghiasi wajahnya, menyembunyikan niat di balik kunjungannya. “David Baskara. Tampaknya meski kita berada di tengah konflik kecil, hubungan bisnis tetap harus dijaga, bukan?” Henry berkata sambil mengulurkan tangannya, meski jelas ada ketegangan di antara keduanya.David menyambut uluran tangan itu dengan tenang, tetapi tidak melepas ketegasannya. “Tentu saja, hubungan bisnis selalu berada di depan, selama semua pihak saling menghormati.” Nada suaranya terdengar netral, meski Henry bisa merasakan ketajaman yang tersirat.Henry tertawa kecil, meski terdengar dingin. “Aku dengar kau sibuk mengumpulkan bukti mengenai kejadian di sekolah. Apakah kau benar-benar
last updateLast Updated : 2024-10-07
Read more

BAB 158

“Kenapa tuan tadi memposisikan aku diposisi yang sulit.” Gumam Agnia di dalam bus. sudah berkali-kali dia menghela nafasnya hari ini.Setelah makan siang bersama dengan Krystal, perasaannya menjadi tak nyaman.“Apa wanita itu akan mengancamnya lagi?” Gumamnya lagi.Agnia menatap keluar jendela bus, mencoba meredakan kekacauan dalam pikirannya. Pikirannya terus melayang kembali ke pertemuan makan siang itu. Tatapan tajam Krystal, suasana tegang, dan cara Aditya mempertahankannya di depan Krystal membuatnya merasa semakin terjebak di situasi yang tidak diinginkannya."Aku seharusnya keluar dari situasi ini lebih cepat," gumamnya sambil menghela napas lagi. Pikirannya berputar-putar, membayangkan berbagai kemungkinan yang bisa terjadi jika Krystal benar-benar mulai mengancamnya. Meskipun ia tahu Aditya mencoba melindunginya, kehadiran Krystal yang dominan dan penuh intrik membuatnya tak nyaman."Apakah aku harus berhenti saja? Mungkin itu pilihan terbaik Tapi bagaimana janjiku dengan tua
last updateLast Updated : 2024-10-08
Read more

BAB 159

Agnia mengerang kesakitan saat dia sadar, seolah tubuhnya remuk dan tangan dan kakinya terikat dengan kuat.Rasa pusing juga dia rasakan, tapi saat dia menyadari jika saat ini tak memakai pakaian kerjanya dan hanya mengenakan pakaian dalam, dia mulai panik.Tak berapa lama seorang wanita masuk, dia adalah Krystal Anderson. Wanita yang sangat menyukai Aditya sejak lama.“Kau sudah sadar rupanya, jika begitu sebentar lagi mari kita mulai pertunjukannya.” Krystal menyeringai jahat disana.Agnia bergetar ketakutan, “A-apa yang ingin kau lakukan, nona Krystal.” Krystal tersenyum dingin, menikmati ketakutan di wajah Agnia. "Apa yang ingin aku lakukan?" Dia mendekati Agnia perlahan, suaranya penuh ancaman. "Aku hanya ingin memastikan kau mengerti betul bahwa Aditya bukanlah untukmu. Kau sudah terlalu lama mendekatinya, dan itu membuatku sangat tidak senang."Agnia berusaha menahan air mata, tubuhnya gemetar. "Tolong, jangan lakukan ini. Aku sudah menjauh darinya, aku tidak ingin ada masalah
last updateLast Updated : 2024-10-09
Read more

BAB 160

“Ahhhhh…. emhhhhh..”Agnia mengerang kepanasan akibat efek obat yang semakin menyiksa, Aditya yang duduk di depan kemudi melihat ke samping sambil memegang tangan Agnia.“Sabarlah, sebentar lagi kita akan sampai hotel.” Ucap Aditya dengan lembut.Dia memang sengaja untuk tidak membawanya ke rumah sakit. Biarkan dia dicap sebagai bajingan yang memanfaatkan keadaan Agnia. Asalkan dia bisa memiliki dan mengikat wanita itu di sampingnya, dia akan melakukan cara apapun. Aditya menatap Agnia dengan campuran emosi yang berkecamuk di dalam dirinya. Wanita yang selama ini ia jaga dalam hati, kini berada dalam kondisi rentan di sampingnya. Dia tahu tindakan yang akan dia ambil salah, tapi keinginannya untuk memiliki Agnia telah membuatnya mengabaikan moralitasnya sendiri. Ego dan obsesi itu seolah menutupi nuraninya.Agnia, yang masih berada di bawah pengaruh obat, terus mengerang, tubuhnya semakin panas. Aditya berusaha meyakinkan dirinya bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk menjaganya t
last updateLast Updated : 2024-10-10
Read more
PREV
1
...
131415161718
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status