“Sampai kapan kau akan menghindari aku terus, Agnia? Dua hari kau tak ada kabar dan izin sakit. Apa sebegitu tak sukanya dirimu padaku sehingga kau menjauh seperti ini?” Tanya Aditya melalui sambungan telepon.Di kamar kosnya, Agnia terdiam. Dia memang mengangkat telepon dari Aditya setelah dua hari tak ada kabar, tapi dia tak tahu harus mengatakan apa.“T-tuan, sepertinya saya akan resign. Bulan depan saya akan pergi dan selama itu saya akan–”“Jadi– Kau membenciku, Agnia?” Terdengar suara getir di seberang telepon.Agnia terdiam mendengar nada getir di suara Aditya. Hatinya bergejolak, antara ingin menjelaskan alasannya dengan jujur atau tetap menjaga jarak seperti yang sudah ia coba lakukan. Setelah dua hari tanpa kontak, ia tahu keputusan ini akan sulit, namun rasanya terus bekerja di bawah bayang-bayang perasaannya sendiri menjadi terlalu berat.“Bukan begitu, Tuan,” ucap Agnia pelan, suaranya sedikit bergetar. “Saya tidak membenci Anda, saya hanya... merasa ini yang terbaik. Say
“Kau sudah banyak minum alkohol, Aditya.” Ucap David pada keponakannya itu.Saat mendengar kabar dari adiknya jika Aditya dalam suasana kacau dan pergi ke klub, David langsung menghampiri pria itu dan merebut gelas miliknya.“Dia menolakku dan membuangku, paman.” Ucap Aditya dengan wajah memerah karena mabuk, namun ekspresinya tampak sangat hancur.David menatap Aditya dengan prihatin, melihat bagaimana keponakannya benar-benar terpuruk. Dia mengambil napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri sebelum berbicara. "Aditya, ini bukan caranya menyelesaikan masalah," ucapnya tegas namun lembut. "Minum tidak akan mengubah apa yang terjadi, dan pasti tidak akan membawamu ke tempat yang lebih baik."Aditya menundukkan kepalanya, suaranya berat dan penuh emosi. "Tapi dia... Agnia... dia benar-benar meninggalkanku, paman. Aku sudah melakukan segalanya untuk menunjukkan perasaanku, tapi dia malah pergi."David merasa simpati terhadap Aditya, tetapi dia tahu bahwa mengasihani diri sendiri tidak
“Agnia?” Aditya langsung berdiri saat melihat wanita itu akhirnya masuk kerja kembali setelah beberapa haru cuti dan menghindarinya.“Selamat pagi, tuan. Saya ingin menyerahkan jadwal hari in–”Sebelum Agnia menyelesaikan sapaannya, sebuah pelukan erat menghampirinya.Agnia terkejut, tubuhnya membeku sejenak ketika merasakan pelukan erat dari Aditya. Dia tidak menyangka pria itu akan bereaksi begitu cepat setelah beberapa hari dia menghindarinya. Dengan napas tertahan, dia mencoba tetap tenang.“Kenapa kamu menjauhiku, Agnia?” suara Aditya terdengar pelan namun penuh dengan emosi. Pelukannya tidak mengendur, seolah dia takut jika melepaskannya, Agnia akan menghilang lagi.Agnia merasa sulit berbicara di bawah tekanan pelukan ini. “T-tuan… saya hanya butuh waktu. Saya pikir–”“Aku tidak bisa kehilanganmu,” potong Aditya dengan suara serak. "Katakan apa pun yang kau mau, tapi jangan pergi lagi tanpa penjelasan. Jangan membuatku bingung seperti ini."Agnia merasa jantungnya berdebar sema
“Tuan Anderson, selamat datang di perusahaan Abraham.” Ucap David dengan tenang, seolah menyambut tamunya.Meskipun David tak tahu apa maksud dari Henry Anderson datang ke perusahaannya setelah dia ingin meruntuhkan perusahaannya akibat perselisihan anak mereka di sekolah.Henry Anderson melangkah masuk dengan angkuh, senyum tipis menghiasi wajahnya, menyembunyikan niat di balik kunjungannya. “David Baskara. Tampaknya meski kita berada di tengah konflik kecil, hubungan bisnis tetap harus dijaga, bukan?” Henry berkata sambil mengulurkan tangannya, meski jelas ada ketegangan di antara keduanya.David menyambut uluran tangan itu dengan tenang, tetapi tidak melepas ketegasannya. “Tentu saja, hubungan bisnis selalu berada di depan, selama semua pihak saling menghormati.” Nada suaranya terdengar netral, meski Henry bisa merasakan ketajaman yang tersirat.Henry tertawa kecil, meski terdengar dingin. “Aku dengar kau sibuk mengumpulkan bukti mengenai kejadian di sekolah. Apakah kau benar-benar
“Kenapa tuan tadi memposisikan aku diposisi yang sulit.” Gumam Agnia di dalam bus. sudah berkali-kali dia menghela nafasnya hari ini.Setelah makan siang bersama dengan Krystal, perasaannya menjadi tak nyaman.“Apa wanita itu akan mengancamnya lagi?” Gumamnya lagi.Agnia menatap keluar jendela bus, mencoba meredakan kekacauan dalam pikirannya. Pikirannya terus melayang kembali ke pertemuan makan siang itu. Tatapan tajam Krystal, suasana tegang, dan cara Aditya mempertahankannya di depan Krystal membuatnya merasa semakin terjebak di situasi yang tidak diinginkannya."Aku seharusnya keluar dari situasi ini lebih cepat," gumamnya sambil menghela napas lagi. Pikirannya berputar-putar, membayangkan berbagai kemungkinan yang bisa terjadi jika Krystal benar-benar mulai mengancamnya. Meskipun ia tahu Aditya mencoba melindunginya, kehadiran Krystal yang dominan dan penuh intrik membuatnya tak nyaman."Apakah aku harus berhenti saja? Mungkin itu pilihan terbaik Tapi bagaimana janjiku dengan tua
Agnia mengerang kesakitan saat dia sadar, seolah tubuhnya remuk dan tangan dan kakinya terikat dengan kuat.Rasa pusing juga dia rasakan, tapi saat dia menyadari jika saat ini tak memakai pakaian kerjanya dan hanya mengenakan pakaian dalam, dia mulai panik.Tak berapa lama seorang wanita masuk, dia adalah Krystal Anderson. Wanita yang sangat menyukai Aditya sejak lama.“Kau sudah sadar rupanya, jika begitu sebentar lagi mari kita mulai pertunjukannya.” Krystal menyeringai jahat disana.Agnia bergetar ketakutan, “A-apa yang ingin kau lakukan, nona Krystal.” Krystal tersenyum dingin, menikmati ketakutan di wajah Agnia. "Apa yang ingin aku lakukan?" Dia mendekati Agnia perlahan, suaranya penuh ancaman. "Aku hanya ingin memastikan kau mengerti betul bahwa Aditya bukanlah untukmu. Kau sudah terlalu lama mendekatinya, dan itu membuatku sangat tidak senang."Agnia berusaha menahan air mata, tubuhnya gemetar. "Tolong, jangan lakukan ini. Aku sudah menjauh darinya, aku tidak ingin ada masalah
“Ahhhhh…. emhhhhh..”Agnia mengerang kepanasan akibat efek obat yang semakin menyiksa, Aditya yang duduk di depan kemudi melihat ke samping sambil memegang tangan Agnia.“Sabarlah, sebentar lagi kita akan sampai hotel.” Ucap Aditya dengan lembut.Dia memang sengaja untuk tidak membawanya ke rumah sakit. Biarkan dia dicap sebagai bajingan yang memanfaatkan keadaan Agnia. Asalkan dia bisa memiliki dan mengikat wanita itu di sampingnya, dia akan melakukan cara apapun. Aditya menatap Agnia dengan campuran emosi yang berkecamuk di dalam dirinya. Wanita yang selama ini ia jaga dalam hati, kini berada dalam kondisi rentan di sampingnya. Dia tahu tindakan yang akan dia ambil salah, tapi keinginannya untuk memiliki Agnia telah membuatnya mengabaikan moralitasnya sendiri. Ego dan obsesi itu seolah menutupi nuraninya.Agnia, yang masih berada di bawah pengaruh obat, terus mengerang, tubuhnya semakin panas. Aditya berusaha meyakinkan dirinya bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk menjaganya t
Rasa pusing hingga kepala rasanya ingin pecah kini dirasakan oleh Agnia. Tubuhnya juga sangat sakit sekujur tubuh seolah dia telah diremukkan.Saat matanya terbuka dengan perlahan, dia terkejut saat melihat dia di kamar yang asing. Hingga ingatannya muncul saat dia diculik oleh Krystal dan di beri obat untuk dinikmati oleh ketiga pria suruhan wanita itu.Melihat tubuhnya yang telanjang dan penuh dengan tanda merah, dia langsung gemetar ketakutan tanpa menyadari siapa orang di sampingnya yang masih tertidur memunggunginya.Meskipun ingatannya jika Aditya datang, tapi itu ingatan samar. Bisa jadi itu mimpi dan kenyataannya dia telah dinodai oleh ketiga pria suruhan itu.Dia langsung menangis, menutupi wajahnya dengan gemetaran, sekarang dia tak suci lagi. Dia telah ternoda dan tak pantas buat siapapun.Agnia menangis terisak, seluruh tubuhnya gemetar saat menyadari keadaannya. Pikiran buruk terus berputar di kepalanya—apa yang sebenarnya terjadi? Siapa yang menyentuhnya? Apakah benar ke
Aditya menunggu dengan tidak sabar pemeriksaan Agnia yang masih berada di dalam bersama dokter.“Sayang, duduklah dengan tenang aku yakin Agnia baik-baik saja.” Ucap Rima pada putranya tersebut.Kevin juga mengangguk menenangkan putranya, “Benar kata ibumu.”Aditya menghela napas dalam, berusaha mengendalikan kegelisahannya. Meski ia tahu orang tuanya berusaha menenangkan, perasaan cemas tetap menguasai dirinya. “Aku tahu, tapi tetap saja… ini sangat tiba-tiba,” jawabnya sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangan.Tak lama kemudian, pintu ruang pemeriksaan terbuka, dan dokter keluar dengan raut wajah yang tenang. Aditya langsung berdiri dan menghampiri, "Dokter, bagaimana keadaan istri saya?"Dokter tersenyum kecil, “Tenang, Pak Aditya. Istri Anda hanya kelelahan dan mengalami gejala yang cukup umum di trimester awal kehamilan. Selamat, Pak, Ibu Agnia sedang mengandung.” Aditya terdiam, antara terkejut dan bahagia, sebelum senyum lebar terpancar di wajahnya. Rima dan Kevin yang men
Hari-hari berlalu, hingga pernikahan Agnia dan Aditya datang di pagi yang cerah ini.“Kau sangat tampan sayang.” Ucap Rima pada putranya yang tengah bersiap untuk prosesi pernikahannya.Aditya tersenyum pada ibunya, Rima, yang tampak berkaca-kaca melihat putranya dalam balutan pakaian pengantin. "Terima kasih, Ibu. Tanpa Ibu, aku mungkin tak akan sampai di hari ini," ucapnya sambil merapikan setelan jasnya.Rima mengangguk, menyentuh pipinya dengan lembut. "Ibu bangga padamu, Aditya. Kau telah memilih pasangan yang baik dan penuh kasih. Semoga kalian berdua selalu berbahagia."Aditya mengangguk penuh keyakinan. "Aku tahu, Bu. Agnia adalah seseorang yang benar-benar bisa kuandalkan, dan aku siap menjalani hidup bersamanya."Sementara itu, di ruangan lain, Agnia juga tengah bersiap dengan gaun pengantinnya yang anggun. Anya, Angel, dan Mila, membantu memastikan segalanya sempurna. Anya merapikan sedikit veil Agnia dan berkata dengan senyum hangat, "Kau benar-benar cantik, Agnia. Aditya
“Kita akan main banana boat!!” Ucap Rose dengan semangat saat mereka bermain di tepi pantai dan akan menaiki permainan itu.Rose, Misella, dan Alex tampak sangat bersemangat saat mengenakan jaket pelampung mereka. Suasana pantai yang cerah dan angin laut yang segar semakin menambah antusiasme mereka. "Ini pasti seru banget!" seru Misella dengan tawa yang lepas, tak sabar untuk segera bermain.Banana boat yang berwarna cerah itu berayun di atas air laut yang jernih, siap membawa mereka meluncur cepat di atas ombak. Alex, yang awalnya terlihat sedikit canggung, akhirnya tersenyum kecil karena semangat yang menular dari kedua temannya.Ketika banana boat mulai bergerak, Rose berteriak penuh kegembiraan, diikuti oleh Misella yang tak henti tertawa. Ombak mengayunkan mereka dengan cukup kencang, membuat perasaan adrenalin dan kegembiraan memenuhi suasana. Alex, yang awalnya tampak tenang, akhirnya ikut berteriak seru, menikmati momen tersebut bersama mereka."Pegangan yang kuat!" seru Mise
Johanna, istri Henry yang sedang bersantai di mansionnya tampak melihat sosial medianya. Sebagai nyonya Anderson, dia sama sekali tak melakukan apapun selain menikmati hidup dan uang suaminya.Hingga tak sengaja dia melihat akun Anya, istri dan nyonya dari keluarga Baskara tersebut. Rasa penasarannya mulai timbul terlebih melihat pengikut wanita itu mencapai jutaan followers.“Dia seorang artis?” Gumam Johanna dengan penasaran namun tatapannya merendahkan, karena menurutnya pekerjaan seperti itu tak menunjukkan martabat keluarga terpandang karena terlalu mengekspose kegiatan privasinya.Dengan tenang dia mulai melihat story Anya yang begitu banyak, mulai dari pemandangan di bali hingga perayaan ulang tahunnya disana.“Apa bagusnya merayakan di Bali?” Gumam Johanna dengan sinis, hingga dia melihat video Anya yang diperlakukan suaminya bak ratu, terlebih melihat pandangan David yang begitu terlihat mencintai istrinya bahkan menciumnya setelah mengucapkan selamat ulang tahun.Johanna men
“Happy birthday to you!!” Semua orang gembira merayakan ulang tahun Anya.Anya tertawa bahagia di tengah-tengah mereka, “Happy birthday, honey.” Ucap David sambil mengecup bibir Anya sekilas.Anya memeluk suaminya dengan lembut, “Terima kasih sayang.” Ucapnya dengan penuh cinta.Suasana pesta ulang tahun Anya di Bali terasa hangat dan penuh kebahagiaan. Semua orang bersorak-sorai, dan tawa Anya memenuhi ruangan. Dia memeluk David dengan erat, merasa sangat bersyukur memiliki suami yang selalu ada di sisinya."Ini ulang tahun terbaik," ucap Anya dengan mata berbinar, masih memeluk David. "Aku tidak bisa meminta lebih dari ini."David tersenyum, menatapnya dengan penuh cinta. "Kau pantas mendapatkan semua kebahagiaan ini, sayang."Sahabat-sahabat Anya, seperti Angel, Mila, dan Nersa, ikut memberikan ucapan selamat sambil memberikan hadiah-hadiah kecil yang dipilih dengan penuh perhatian.“Apakah kami telat?” Tiba-tiba suara Aditya datang membuat mereka semua menoleh.“Kalian sudah datan
“Diana sudah kau siapkan barang endors-nya? Kita akan terbang pukul sepuluh pagi nanti.” Ucap Anya saat mereka akan berangkat ke Bali.Diana mengangguk, “Sudah, ini semua aman. Huft padahal kita suda menaikkan rate card-nya tapi masih banyak yang mengendors, membuatku harus mengedit lebih banyak saja.” Gumam Diana dengan mengeluh.Anya yang mendengarnya tertawa, “Bukankan gajimu sudah dua digit, setidaknya sebanding bukan?” Ucap Anya dengan kekeha ringan.Memang selama lima tahun ini karir Anya sebagai influencer sangat stabil bahkan cenderung semakin naik, meskipun Anya sekarang sudah membatasi endorsan yang masuk, namun tetap saja Diana sebagai editor dan juga manajernya cukup kalang kabut.“Tentu saja, setiap gajian aku bisa membeli satu motor baru. Tapi tetap saja lelah.” Ucap Diana dengan santai.Anya tersenyum, “Ya sudah, masukkan itu dalam mobil dan minta supir untuk mengambil sisanya. Kita berangkat sekarang, aku akan memanggil anak-anak dan juga suamiku.” Ucap Anya dengan lem
“Mama, apa aku boleh ajak Rose dan Alex ke bali nanti?” Tanya Misella saat mereka sedang makan malam.Anya yang mendengar nama Alex disebut juga langsung terkejut, “Alex?”Misella mengangguk, “Tadi dia bergabung denganku dan Rose, dia sudah cukup baik dari sebelumnya. Dan sepertinya teman-temannya dulu ikut menjauhinya dan sekarang dia jadi temanku. Saat aku cerita akan ke Bali dia terlihat murung, sepertinya dia tak pernah liburan bersama keluarga.” Ucap Misella.Anya dan David saling bertukar pandang, memikirkan permintaan putri mereka. Anya merasakan keraguan, terutama karena pengalaman sebelumnya dengan Alex, namun dia juga tak bisa mengabaikan sifat baik hati Misella.“Kamu sudah yakin dengan perubahan Alex, Misella? Aku tahu dia telah meminta maaf, tapi mengajaknya liburan bersama keluarga kita adalah hal yang besar,” kata Anya pelan, mencoba memahami situasinya.Misella mengangguk mantap. “Iya, Ma. Dia memang terlihat menyesal. Teman-teman lamanya juga menjauhinya, dan aku tak
“Aihh… Calon mantuku datang. Bagaimana persiapannya? Apakah sudah memilih gaun?” Tanya Rima dengan lembut saat Agnia datang berkunjung ke mansion.Agnia tersenyum lalu menaruh kue yang dia bawa di meja.“Kau bawa apa, Agnia? Kue buatanmu lagi ya? Wahh, ayah Aditya sangat senang kemarin dan hari ini kau bawakan lagi, pasti dia sangat bahagia.” Ucap Rima dengan semangat.Agnia tertawa pelan, dia bahagia dia disambut dengan sangat hangat di mansion ini. Seolah mereka tak mempermasalahkan status Agnia bahkan hanya kue sederhana saja mereka sudah sangat bahagia sehingga dia merasa dihargai.“Hanya kue biasa, bu. Kalau ibu ingin kue yang lain nanti Agnia buatkan, kebetulan Agnia sangat suka buat kue.” Ucap Agnia dengan lembut.Rima tersenyum hangat, wajahnya penuh kebahagiaan. "Kau ini memang sangat perhatian. Kami beruntung sekali mendapatkan calon menantu sepertimu, Agnia." Dia mengambil kue dari meja, lalu mencicipinya dengan penuh antusias. "Hmm, enak sekali! Ayah Aditya pasti sangat me
“Bagaimana dengan desain gaun ini, nona? Apakah anda suka?” Tanya desainer gaun pengantin yang ditunjuk oleh Aditya untuk Agnia.Agnia tampak bingung memilih, terlebih keluarga Aditya juga mendesak untuk acara pernikahan mereka digelar satu bulan lagi, tentu persiapan yang cukup singkat apalagi keluarga Baskara ingin acara pernikahan ini mewah.“Saya masih bingung, bisakah saya membawa gambar dari beberapa desain ini? Saya ingin menunjukkan dan meminta saran dari calon ibu mertua saya.” Ucap Agnia dengan lembut.Desainer gaun itu tersenyum sopan dan mengangguk. "Tentu saja, Nona Agnia. Saya akan menyiapkan beberapa gambar desain yang bisa Anda bawa. Kami ingin memastikan Anda merasa nyaman dan puas dengan pilihan Anda, apalagi ini hari yang sangat istimewa."Agnia tersenyum tipis, meskipun perasaan di dalam hatinya masih campur aduk. Proses persiapan yang begitu cepat dan tuntutan dari keluarga Baskara untuk membuat pernikahan mereka mewah cukup membuatnya tertekan. Dia tidak pernah m