Home / Rumah Tangga / Mantanku, Kakak Iparku / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Mantanku, Kakak Iparku : Chapter 11 - Chapter 20

99 Chapters

11 Kepingin Bulan Madu

“Nggak usah pake bulan madu, udah telat.” Dia mengingatkan Veren dengan tegas. “Bulan madu bisa kapan aja kali,” sahut Veren tidak mau kalah. “Itu namanya piknik, beda lagi sebutannya!” tukas Deo. “Udah lah, biasanya juga di rumah nonton upin ipin kalo elo libur, nggak usah gaya mau bulan madu segala.” “Deo, kamu kok ngomongnya gitu sama istri sendiri?” tegur mama sementara Gennaro dan Freya tidak berkomentar. “Wajar kan kalo Veren pengin bulan madu juga?” “Tau nih, Ma. Sensi banget dia sama aku,” sahut Veren keki. “Ya udah besok kamu sama Veren ikut ke Bali aja, sekalian sama Aro.” Mama menengahi. Deo langsung menolak usulan itu mentah-mentah. “Nggak usah lah, Ma. Veren kok didengerin,” katanya. “Besok-besok juga dia udah lupa.” “Jangan pelit-pelit sama istri, Yo.” Kali ini Gennaro unjuk suara. “Bulan madu cuma sekali seumur hidup, nggak usah dilarang.” Deo menoleh memandangnya. “Aku nggak pelit, Kak. Tapi aku ngerasa belum mampu aja buat ngajak dia bulan madu,” k
last updateLast Updated : 2024-06-07
Read more

12 Berangkat ke Puncak

“Yeeee, soal nyawa sih gue percaya sama Yang Di Atas aja!” sahut Veren keki. “Jadi gimana, gue nanggung bensin sama makan kita entar?” “Yoi.” Deo menganggukkan kepalanya. “Ya udah, lo siap-siap sana. Pake baju yang tebelan dikit. Sama jaketnya jangan lupa, dingin banget entar di sana.” Veren mengangguk bersemangat dan segera mempersiapkan barang-barang yang akan dibawanya ke puncak nanti. Deo hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja saat melihat tingkah isterinya yang mirip anak kecil mendapat lotere mainan. “Lho, kalian mau ke mana?” tegur mama heran ketika melihat Deo dan Veren turun ke bawah sambil menenteng satu ransel besar di punggung. “Bulan madu!” kata Deo dan Veren bersamaan. Semua orang yang ada di situ auto mengernyitkan keningnya. “Lho, bukannya tadi kamu bilang nggak mau pergi, Yo?” tanya mama tidak mengerti. “Kamu kok cepet banget berubah pikirannya?” “Maklum lah, Ma. Namanya juga anak muda,” jawab Deo sambil nyengir lebar. “Aku sama Veren nggak jauh-jauh kok, c
last updateLast Updated : 2024-06-08
Read more

13 Bawa-bawa Mantan

“Lo sebenernya ngebet ngajakin gue buat pergi bulan madu apa ngebet mau nostalgia mengenang masa-masa indah lo sama mantan?” tanya Deo dengan tampang yang tidak enak dipandang.“Siapa yang nostalgia?” bantah Veren. “Gue cuma ngasih tau elo doang, Yo ...”“Gue nggak suka lo banding-bandingin gue sama mantan lo,” kata Deo lagi. “Suka-suka gue mau ngambil jalur yang mana, orang gue suka sama pemandangan yang ada di sini. Masalah buat lo?”“Apaan sih, gue kan cuma ngasih tau elo kalo ada jalur yang lebih cepet daripada jalur yang lo ambil ini!” seru Veren menjelaskan. “Sensi banget sih lo?”“Gue nggak bego-bego banget, Ver. Gue juga tau kalo ada jalur alternatif yang lebih cepet.” Deo berkata lagi. “Tapi gue suka sama pemandangan di sini, lo hargain dikit dong. Bukannya malah cerita soal jalur yang biasa elo lewati sama mantan lo itu.”“Gue cuma ngasih tau aja, Yo!” seru Veren berulang-ulang.“Nggak usah pake ngebawa-bawa mantan lo j
last updateLast Updated : 2024-06-08
Read more

14 Kenalin, Saya Suaminya

Veren menarik lepas tangannya dari pegangan Deo. “Nggak usah pegang-pegang!” ujarnya sengit. “Bukan mahram.” “Siapa bilang?” tantang Deo. “Kita udah mahram sejak resmi menikah, cuma gue males aja nggarap elo. Nggak nafsu ... aduh!” Kalimat Deo terhenti di tengah jalan ketika tangan Veren menampar mulutnya keras-keras. Reflek Deo mengusap-usap bibirnya memakai telapak tangannya sendiri. “Otak lo tuh nggak cuma mafia, tapi pikiran lo juga. Ngeres!” kritik Veren pedas. “Amit-amit banget ya gue bisa nikah sama elo, kek nggak ada cowok lain aja. Heran gue sama nasib gue yang apes ini. Semoga entar keturunan gue nggak ada yang ngalamin kayak gue gini.” Deo masih mengusap-usap bibirnya dan tidak menjawab hinaan Veren barusan. “Gue juga nggak mau kejebak pernikahan ini lama-lama sama elo,” tukas Deo setelah memastikan kalau bibirnya tidak rusak permanen. “Gue nggak mau elo jadi ibu dari anak-anak gue entar, lebih amit-amit lagi mas
last updateLast Updated : 2024-06-09
Read more

15 (Bukan) Malam Pertama part 1

Baik si cowok bening ataupun temannya sendiri untuk sesaat memandang Deo dan Veren dengan ekspresi tidak percaya. “Oh, sori!” Si cowok bening tersenyum singkat sambil memandang Veren yang terlihat salah tingkah. “Selamat ya buat pernikahannya.” “Makasih,” ucap Veren dengan suara yang hampir tidak terdengar. Deo sangat puas saat keadaan di sekitarnya sudah mulai berjarak aman, tidak seperti tadi yang menurutnya tidak kelihatan ada batas sama sekali. Veren juga menjaga tingkahnya selama mereka menghabiskan makanan mereka, “Lanjut sekarang yuk?” kata Deo sesaat setelah dia menghabiskan kopinya. “Perjalanan ke puncak kira-kira makan waktu satu jam, mungkin bisa lebih soalnya kita muter jalur ...” Veren bangkit berdiri dan meninggalkan meja setelah sebelumnya mengangguk sopan kepada dua cowok tadi. “Elo sih pake muter-muter,” komentar Veren ketika dia dan Deo berjalan pergi meninggalkan warung dan menuju ke parkiran motor.
last updateLast Updated : 2024-06-09
Read more

16 (Bukan) Malam Pertama part 2

“Tadi siapa yang duluan nubruk gue, Markonah? Dasar perempuan, dia yang salah, tapi laki-laki yang selalu jadi kambing hitam!” Veren membuang muka dengan kesal. “Emang lo yang salah,” sungutnya. “Sengaja manfaatin situasi gue ...” “Situasi apaan? Gue enak-enak rebahan lo malah maen tubruk aja kek ayam kebelet kawin ... aduuhh, duhhh!” Belum selesai Deo mengucapkan kalimatnya, tangan Veren sudah maju lebih dulu dan menjewer telinganya keras-keras. “Sakit, Ver!” Dengan susah payah Deo melepas tangan Veren dari telinganya. “Buset deh, dosa apa gue sampe harus nikah sama cewek durjana macem elo ...” “Salah sendiri nggak jaga jarak,” sahut Veren, tetap tidak mau mengakui fakta bahwa dia duluan yang menubruk Deo gara-gara serangan kecoa. “Serah, cowok emang selalu salah di mata cewek!” omel Deo. “Sesalah apa pun mereka, tetep aja cowok yang bakal disalahin.” Deo berdiri dari tempat tidur dan berjalan keluar kamar. “Yo, mau ke mana?” panggil Veren ragu-ragu. “Nyari angin, panas gue
last updateLast Updated : 2024-06-10
Read more

17 Tidur Satu Ranjang

“Kita serius mau tidur seranjang?” katanya ketika Deo merebahkan dirinya lebih dulu ke tempat tidur. “Iyaaaa, biasa aja lah. Kek kita belom pernah seranjang aja,” komentar Deo sambil memejamkan kedua matanya. “Kan kita emang belom pernah tidur seranjang, Yo.” Veren mengingatkan. “Masa?” “Kita emang sering tidur sekamar, tapi nggak pernah seranjang. Itu kan salah satu cara untuk menjaga jarak aman di antara kita,” kata Veren menjelaskan. “Oh gitu ...” “Kok lo biasa aja sih, Yo? Lo pindah dong,” suruh Veren. “Pindah ke mana, di luar?” ketus Deo tanpa membuka matanya. “Ya enggak, maksud gue lo jangan tidur di kasur ini juga.” Veren menjelaskan. “Emang ada kasur lain selain ini?” tanya Deo sambil membuka matanya sedikit. “Kalo elo nyuruh gue tidur di lantai, berarti elo bener-bener istri yang nggak punya hati nurani.” Veren tersudut juga dengan kata-kata Deo itu. “Terus gimana, masa kita beneran mau tidur satu ranjang?” keluhnya. “Nggak masalah, kan? Orang kita udah
last updateLast Updated : 2024-06-10
Read more

18 Nafkah yang Mana?

Deo tertegun cukup lama ketika mendapati lekuk-lekuk indah yang terpampang nyata di depan matanya. Setomboy apa pun Veren, dia tetaplah seorang perempuan yang hampir menuju ke usia dewasa muda. Fisiknya sudah terbentuk sempurna, sesempurna suasana yang sedang mereka hadapi seandainya mereka menjalani pernikahan mereka tanpa rasa terpaksa. Pandangan Deo terkunci pada bulu mata Veren yang panjang dan lentik, bibirnya terlihat penuh dan menarik jika dibandingkan dengan cewek lainnya yang rata-rata berbibir tipis. Belum lagi leher mulusnya yang terlihat jenjang, membuat Veren mempunyai ciri khas tersendiri di mata Deo. Sesaat kemudian Deo tersadar, dan buru-buru memalingkan wajahnya dari pemandangan surga dunia yang ada di depannya itu. Dia harus segera menjauhi Veren jika tidak ingin ada malapetaka lain yang terjadi. Hari masih pagi, tetapi Deo memutuskan untuk segera keluar meninggalkan Veren sendirian di kamar. Diakui atau tidak, dia tetap saja seorang laki-laki normal. Laki-laki
last updateLast Updated : 2024-06-11
Read more

19 Tenggelam dalam Perasaan

“Woy!” terdengar seruan keras dari luar kamar mereka. “Kalian berdua belum puas apa bertempur dari puncak semalem, sampe-sampe mesti tempur lagi di siang bolong begini? Kedengeran sampe kamarku, tau!” Deo dan Veren serentak langsung menyudahi perang mereka saat mendengar teguran Gennaro yang merasa terganggu. “Selera humor Kak Aro parah banget, anjiiirrrr ...” komentar Veren dengan suara pelan. “Bukan cuma parah, tapi dia emang nggak punya selera humor.” Deo meralat. “Beda sama gue, itu makanya gue nggak terlalu akrab sama dia. Kalo gue berada di deket dia, gue berasa nggak bisa jadi diri gue sendiri, kudu jaim gitu deh.” Veren berdecak. “Cowok model kek lo mana pantes jaim,” komentar Veren. “Gue jadi penasaran, apa Kak Freya nggak tertekan ya, Yo?” “Kenapa juga dia mesti tertekan?” sahut Deo tidak mengerti. “Gini lho, dia kan udah lama terbiasa sama elo yang banyak omong gini. Lima tahun bukan waktu yang sebentar
last updateLast Updated : 2024-06-12
Read more

20 Selamat Bulan Madu, Mantanku!

“Beres.” Deo menganggukkan kepalanya. Freya mendadak muncul dari dalam rumah dan menghampiri mereka. Tampilannya yang anggun dan memesona seketika membuat darah di sekujur tubuh Deo berdesir. “Udah siap semua, Mas?” tanya Freya kepada Gennaro yang hendak menutup bagasi mobil. “Nggak ada yang ketinggalan?” “Udah beres semua kok, Frey.” Gennaro mengangguk. Deo berkali-kali mengingatkan dirinya sendiri kalau dia sudah beristri, meskipun Veren tidak seanggun dan sememesona sang mantan. Freya juga sudah bersuamikan Gennaro, yang Deo sendiri tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan seujung kuku jari kakaknya itu. “Aku berangkat dulu ya, Ver?” Freya mendekati Veren untuk cipika cipiki sebelum pergi. “Hati-hati, Kak!” balas Veren. Freya mengangguk dan mendekat ke posisi Deo, namun Deo sengaja mundur kemudian berpindah ke sisi Veren yang satunya. “Hati-hati, Kak!” Dia memfotokopi kata-kata Veren. “Selamat berbulan madu.” “Makasih.” Freya tersenyum pendek kemudian berbalik untuk
last updateLast Updated : 2024-06-13
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status