Semua Bab Kakak, Jangan Merayuku Terus!: Bab 221 - Bab 230

258 Bab

S2.222. Menang Taruhan

“Dad, hari ini aku mendapat banyak uang. Aku hebat, kan?” Haven berkata pada Zack saat mereka di mobil.Zack baru saja menjemput Felix dan Haven. Meski berbeda level, tetapi kedua putranya itu memang bersekolah di tempat yang sama.“Oh ya? Berapa banyak?” Dengan santai, Zack menanggapi.“Satu juta.”Zack menoleh. Lalu, menatap Felix yang sibuk bermain tablet. Anak lelaki itu tidak pernah menyia-nyiakan waktu yang diberikan untuk bermain games sepulang sekolah.“Satu juta? Dari mana?”“Dari Felix.”Kembali Zack menatap Felix. Anak lelaki itu menatap putra sulungnya dan bertanya. “Benar begitu, Felix?”“Terpaksa, Dad.”“Terpaksa bagaimana?”Kini, Zack menatap Haven meminta penjelasan. Anak lelaki berumur lima tahun itu terlihat sangat santai.“Aku menang taruhan.”Mata Zack membulat. “Hah? Taruhan? Taruhan apa?”“Aku taruhan sama Felix. Kalau aku berhasil mencium pipi Ameera, aku dapat satu juta. Dan aku berhasil. Yeaayy.” Haven mengangkat kedua tangannya ke udara.Wajah Zack kini meneg
Baca selengkapnya

S2.223. Sidang Keluarga

Aurora mondar-mandir di depan Zack, Felix dan Haven. Tentu saja yang berwajah tegang hanya Zack dan Felix, sementara Haven tersenyum sangat manis pada sang Mommy.“Tidak ada pacar-pacaran karena kalian masih kecil!” Satu kalimat tegas tercetus dari bibir Aurora.“Tapi, aku tidak pacaran, Mom. Itu cuma akal-akalan Haven agar mendapat uang.” Perlahan, Felix berkomentar sambil melirik anak kecil di sampingnya.“Haven, kamu tidak boleh mengarang cerita begitu, apalagi ini tentang kakakmu sendiri.”“Iya, iya. Maaf.” Dengan tetap tersenyum manis, Haven turun dari kursi memeluk Aurora, Zack lalu Felix.“Tapi, aku tetap dapat uang satu juta, kan?” Sehabis bermaafan, Haven bertanya pada Felix.Keduanya harus belajar konsekuensi atas apa yang mereka lakukan. Zack mengatakan Felix tetap harus membayar adiknya sebesar satu juta. Anak kecil itu pun tidak keberatan.Sidang keluarga itu selesai dengan cepat. Mereka keluar dari kamar Felix agar anak lelaki itu bisa les melukis karena guru privatenya t
Baca selengkapnya

S2. 224. Masa Pubertas

Aurora dan Zack berkonsultasi pada dokter anak tentang Felix. Menurut dokter, gejala awal pubertas memang sudah dialami anak-anak di usia sembilan tahun.“Mungkin, Felix termasuk cepat. Tapi, tidak perlu dikhawatirkan. Komunikasikan saja dengan baik terutama dengan Daddynya.”“Kenapa harus aku? Kenapa tidak dokter saja yang mengedukasi? Bukankah akan lebih jelas?” Bukannya tidak mau membimbing Felix, Zack hanya berkata ia takut salah omong.“Justru karena Anda adalah Daddynya. Hubungan antara Daddy dan putranya harus terjalin baik agar ia dapat mendapat contoh lelaki yang akan menjadi panutannya kelak.”Zack mengerti, namun ia meminta dokter menjelaskan apa yang harus ia diskusikan dengan Felix. Dengan penuh perhatian, Zack dan Aurora mendengarkan dan mengangguk mengerti.“Nanti malam aku akan mencoba bicara pada Felix.” Zack berjanji.Aurora dan Zack lalu berpamitan pada dokter. Zack mulai lebih percaya diri setelah mendengar penjelasan dokter apa saja yang harus ia diskusikan dengan
Baca selengkapnya

S2. 225. Pesta Pernikahan Terakhir

Pernikahan Vigor dan Marshella berlangsung sangat meriah. Bangsawan dari berbagai kalangan hadir di kastil dan membuat suasana yang biasanya sepi kini sangat ramai.Felix yang memang tidak menyukai keramaian, memilih duduk di pojok tanpa melakukan apa pun. Rasanya ia lelah sekali harus menyapa dan tersenyum pada banyak orang yang dikenalkan padanya.Namun begitu, ia mengerti sopan santun. Anak lelaki itu tetap berada di pesta dengan terpaksa.Beda Felix, beda lagi dengan Haven dan Angel. Dua adik Felix itu sangat ramah. Mengambil bagian dari keramahan penerus bangsawan sejati.Angel memeluk semua orang yang dikenalkan dengannya. Haven dengan gaya kharismatik pun berhasil membuat semua orang jatuh cinta.“Kamu di sini rupanya.” Alzard duduk di samping Felix.“Uncle mencariku? Kenapa? Ada yang bisa aku bantu?”“Iya. Mau, kan?”Felix mengangguk. Dari pada ia melamun dan pusing mengamati keramaian, lebih baik ia melakukan sesuatu.“Ayo, ikut Uncle.”Alzard menggandeng Felix. Mereka melewa
Baca selengkapnya

S2.226. Sahabat Usil

Ternyata suara-suara menyeramkan itu berasal dari alat musik keyboard. Elvis sengaja mengerjai semuanya karena sulit diatur untuk berfoto.“Kamu gila, Vis. Bayangkan kalau kejadian panggung ini rubuh. Bukan hanya aku, Kakek Viscout pun akan malu.” Dengan bersungut, Vigor mengomeli sahabatnya.“Aman. Hanya ilustrasi nanti saat malam pengantin. Aku yakin akan ada ranjang yang berderit.”“Wah, betul juga.”“Apa kita perlu berjaga-jaga di depan kamar pengantin? Takutnya terjadi hal-hal di luar dugaan.”Sumpah, Vigor sangat ingin membentak para sahabatnya yang bercanda santai. Masalahnya, Marshella berdiri di sampingnya dan mendengar semua ucapan tersebut.“Maaf atas ucapan para sahabatku, Babe.” Vigor menatap Marshella dan memberikan kecupan di pipi.Serentak semua sahabat Vigor mengikuti. Masing-masing mencari istrinya lalu menciumnya mesra.Untungnya para istri sangat ramah pada Marshella. Terutama Aurora. Dengan sikap akrab, ia membimbing Marshella yang masih terlihat canggung.Pesta u
Baca selengkapnya

S2.227. Jadwal yang Padat

Anak-anak Aurora dan Zack mulai menampakkan prestasi masing-masing. Felix kini sering bertanding di ajang kompetisi permainan antar negara. Zack sangat mendukung prestasi putra sulungnya tersebut.Haven, diusianya yang enam tahun mulai mengikuti berbagai perlombaaan berenang. Bahkan ia sudah berhasil meraih medali emas pada pertandingan renang antar sekolah.Dan hari ini, Aurora mendapat kabar bahwa putri bungsu mereka, Angel dinobatkan sebagai model cilik versi majalah mode terkenal di negara mereka.Berbagai kegiatan dan prestasi anak-anak, membuat Aurora dan Zack jarang bersama. Selain tetap bekerja, terkadang mereka harus mengantar Felix, Haven dan Angel ke tempat-tempat kursus berbeda.Tepat, seperti yang terjadi hari ini.“Aku antar Haven ke kolam renang Olimpics, ya. Setelah itu kami akan langsung mengantar Angel ke kursus modeling.” Aurora menelepon sang suami dan melaporkan kegiatannya.“Iya, aku masih ada meeting. Setelah itu baru akan ke galeri untuk menjemput Felix.”Hanya
Baca selengkapnya

S2.228. Asisten Keluarga

Aurora menatap layar besar di depannya. Beberapa baris nama tertera berurutan. Tangannya terentang saat Felix menghampiri.“Selamat, Felix!”Pelukan Aurora dilapisi Zack yang menggendong Angel dan Haven yang memeluk tubuh Felix. Mereka berangkulan beberapa saat di tengah keramaian para penonton.Felix mendapat hadiah seribu dolar karena keberhasilannya menduduki peringkat satu. Ia juga mendapat sesi wawancara yang membuatnya canggung.“Nggak papa. Bicara saja seperlunya.” Dengan tepukan di bahu, Zack mendorong perlahan putranya.Dengan wajah datar, Felix menerima ucapan selamat. Putra Zack itu hanya tersenyum tipis saat pewawancara memuji kecanggihannya bermain.Felix menceritakan proses bagaimana ia bisa menjadi pemain yang handal. Ia mengatakan semua berkat dukungan sang Daddy yang juga senang bermain games online.“Tadi, kamu sempat tertinggal lalu dapat mengejar, bahkan meraih peringkat satu. Bagaimana caranya kamu bisa tiba-tiba bersemangat begitu?”Mendengar pertanyaan tersebut,
Baca selengkapnya

S2.229. Apa? Adik lagi?

“Haven masih kecil, Sayang. Ini tidak normal. Bagaimana anak berumur enam tahun bisa memikirkan menikah dan memiliki istri.” Zack berjalan mondar-mandir di kamar utama.Sementara Aurora lebih tenang. Ia sedang memakai skincare di wajah dan tubuhnya sambil memperhatikan Zack.“Haven seperti itu karena ia tau tidak boleh pacaran.”“Tentu. Tapi, tidak juga dengan memikirkannya sekarang, Sayang.” Zack tetap bersikeras bahwa itu tidak benar.“Kamu tidak ada di grup kelas. Banyak laporan orang tua bahwa anak-anak mereka sudah menyukai teman di sekolah.”“Hah? Masa?”Menurut psikolog di sekolah, anak-anak sekarang memang begitu. Mereka lebih cepat tertarik pada lawan jenis. Kita hanya mengingatkan mereka bahwa saat ini waktunya mereka berteman dengan siapa saja.Namun, tanpa diketahui Aurora, Zack berkeluh kesah pada Kakek Viscout. Akhir-akhir ini mereka memang sering berkomunikasi. Awalnya karena investasi yang diberikan Kakek untuk bisnisnya.Lama-kelamaan, obrolan mereka selalu bergeser k
Baca selengkapnya

S2.230. Peninggalan Masa Lalu

Zack menunda keberangkatan mereka ke galeri. Kini ia, Aurora dan Felix duduk di ruang kerja.Aurora pun tampak bingung melihat laporan bank. Ia dan Zack menatap Felix yang tertunduk.“Ceritakan pada kami, kamu gunakan untuk apa uang sebanyak itu, Felix?”“Maaf, Dad, Mom.”“Sudah, jangan hanya meminta maaf. Langsung saja jelaskan!” Nada suara Zack terdengar tegas membuat Aurora harus menenangkan suaminya.Felix semakin terlihat takut. Aurora bergeser ke samping Felix dan menenangkan putranya dengan mengelus punggung Felix.“Daddy dan Mommy hanya khawatir, Felix. Cerita pada kami, ya.”Felix mengangguk. Ia berkata minggu lalu di galeri, ia bertemu seorang lelaki tua yang menjadi petugas kebersihan. Lelaki itu selalu memperhatikannya.Beberapa hari kemudian, lelaki itu menulis sebuah catatan dan memberikannya kepada Felix. Sempat dicegah pengawal, namun Felix tetap mengambil kertas tersebut.“Apa isinya?”“Hanya mengatakan bahwa ia adalah Kakekku.”Degh. Jantung Zack langsung bertalu ken
Baca selengkapnya

S2.231. Baby Mochi

Zack mengamati berbagai foto yang diberikan detektif yang ia sewa. Semua informasi tentang keluarga Amber ia dapatkan dengan rinci."Jadi benar mereka memang hidup prihatin?""Benar, Tuan. Si Bapak bekerja sebagai petugas kebersihan di galeri. Ibunya sakit dan hanya tinggal di rumah. Anak perempuannya bekerja sebagai pelayan toko.""Oke. Kerja yang bagus."Setelah detektif itu pergi, Zack mengetuk-ngetukkan jari ke meja. Otaknya buntu. Ia bingung harus bagaimana.Akhirnya Zack menelepon Clara. Meskipun ia tau Mami sibuk dengan cucu-cucu, Zack yakin Maminya bisa diajak bicara."Zack? Kamu baik-baik saja?""Hanya sedang bingung, Mi." Zack menyahut."Ada apa dengan Aurora? Biasa, kalau lagi hamil memang suka aneh-aneh. Kamu seperti baru pertama kali saja menghadapi Ibu hamil." Clara menyerocos sendiri lalu terkekeh."Bukan itu, Mamiii.""Oh. Serius ya ini? Ya sudah, ada apa?""Zack mau ketemu Mami. Malas ngobrol di telepon."Satu jam kemudian, Zack dan Clara sudah duduk di sebuah kafe. O
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
212223242526
DMCA.com Protection Status