“Haven sering membawa banyak uang ke sekolah. Ia senang memberikan uang tersebut kepada teman-temannya hingga mendapat julukan Royal Boy.” Guru kelas yang didampingi kepala sekolah melaporkan prilaku Haven pada Aurora dan Zack.“Aku tidak melihat itu sebagai suatu kesalahan.” Zack mengerutkan dahinya. “Bukankah bagus Haven mau berbagi?”Guru kelas tampak saling menatap dengan kepala sekolah.“Maaf, Tuan. Kami rasa itu berlebihan. Haven pernah kedapatan membawa jutaan rupiah.”“Apa ada peraturan tertulis tentang larangan mentraktir teman sekolah? Atau jumlah maksimal yang bisa mereka bawa ke sekolah?”Lagi-lagi, pertanyaan Zack tidak dapat dijawab guru kelas. Kepala sekolah saja terlihat mengembuskan napas perlahan.“Memang tidak ada, Tuan. Tetapi .... ““Kalau begitu, kalian lah yang berlebihan. Haven sering memenangkan pertandingan dan mendapat banyak uang. Jutaan rupiah bukan jumlah yang besar untuk putra kami.”Setelah berkata demikian, Zack menarik pelan tangan Aurora untuk keluar
Aurora dan Zack menatap anak perempuan di ranjang hidrolik sebuah rumah sakit. Kepala sekolah mengabari Aurora bahwa ternyata selama ini Haven juga membiayai perawatan seorang anak kecil perempuan yang merupakan korban tabrak lari.Anak perempuan itu adalah putri dari petugas kantin di sekolah Haven. Tak sengaja, Haven pernah mendengar lelaki itu bicara di telepon sambil menangis.“Terima kasih, Tuan dan Nyonya. Berkat Haven, putri saya sudah membaik sekarang. Saya berhutang budi pada Haven.” Lelaki dan istrinya menunduk dalam-dalam pada Aurora dan Zack.Aurora menggeleng. “Kami baru tau dari kepala sekolah. Ucapkan terima kasih pada putra kami saja.”Lelaki yang memperkenalkan diri dengan nama Mario itu kembali menunduk santun. Ia berkata setiap hari selalu berterima kasih jika bertemu dengan Haven di sekolah.Saat istri dan pasangan suami istri itu bicara, Zack mengamati anak kecil di ranjang. Usianya sebaya dengan putrinya Angel. Sayang nasibnya jauh berbeda.Bahkan menurut cerita,
“Kenapa kamu memilih olahraga golf?” Vigor bertanya pada Haven saat mereka telah berada di dalam pesawat.“Menurut Daddy, jika menang dalam pertandingan golf, hadiahnya sangat besar.”Vigor meledakkan tawanya. Ia sudah mendengar sepak terjang Haven dalam mengeluarkan uang pribadinya. Lelaki itu menggeleng-geleng dan mengelus kepala Haven.“Memangnya kamu lagi butuh banyak uang?”“Karena aku suka sekali memiliki uang banyak. Aku bisa melakukan apa pun dengan uang.”Dengan polos, Haven bercerita bagaimana ia menggunakan uang pribadinya. Vigor kembali tergelak mendengar bagaimana semua teman-teman sekolah Haven terdengar mendewakan keponakannya itu.“Kamu persis seperti Daddymu.”“Oh ya? Daddy juga begitu?”Vigor mengangguk. “Hanya saja, Daddymu melakukannya saat telah sukses menjalankan perusahaan. Sementara kamu ....”Tanpa menyelesaikan kalimatnya, Vigor hanya tersenyum. Usia Haven masih sangat mudah untuk diceritakan bagaimana prilaku liar Zack saat ia memiliki banyak uang.Untuk men
Vigor membawa Haven ke toko peralatan golf. Petugas toko memberikan tongkat yang sesuai dengan Haven. Anak kecil mencoba beberapa kali pada area rumput imitasi yang disediakan.Selesai memilih tongkat, Vigor juga memilih perlengkapan golf untuk keponakannya. Tiga stel pakaian golf, sepatu golf, sarung tangan dan topi.“Ternyata perlengkapan golf banyak sekali ya, Uncle.” Haven menggeleng melihat tumpukan barang yang harus ia beli.“Jangan samakan dengan perlengkapan berenang.” Vigor terkekeh melihat keterkejutan Haven.Vigor membayar semua tagihan. Pelayan membawakan barang bawaan tersebut ke mobil, lalu mereka kembali ke kastil.“Kamu terlihat keren sekali dengan perlengkapan golf ini.” Vigor memuji Haven.Haven menatap cermin di dalam mobil. Ia memang sangat percaya diri pada ketampanannya.“Apa menurut Uncle, aku akan bisa menggaet wanita bangsawan dengan pakaian seperti ini?”“Menggaet? Ya Tuhan, Haven. Kamu baru akan berumur tujuh tahun dalam dua bulan ke depan. Jangan lah cepat
“Apa? Kamu mendapat seribu dolar dari Kakek?” Nada suara Zack tampak terkejut.“Iya. Kan aku menang lomba berenang melawan anak-anak bangsawan hari ini.”Zack mengerutkan kening. Apa iya ada lomba berenang dengan hadiah yang sebesar itu di parlemen muda?“Ya, sudah. Selamat, ya.”“Terima kasih, Dad. Tolong bilang pada Auntie Inne untuk melihat saldo rekeningku, ya.”“Iya, ya. Sekarang, tolong berikan teleponmu pada Uncle Vigor.”Telepon yang dipegang Haven berpindah ke Vigor. Lelaki itu meminta Haven menemani Marshella yang sedang menyiapkan makan malam.“Zack?”“Hem. Entah ide siapa yang membuat acara dadakan lomba berenang, tetapi aku kesal dengan ide itu.”“Oh? Ada acara lomba berenang?” Vigor pura-pura kaget.“Kamu menyebalkan!”Lalu Zack mendengar sahabatnya terkekeh. Vigor mengatakan saat ini apa pun yang membuat Kakek bahagia, ia akan membiarkannya.Kakek sangat bahagia mengetahui Haven akan datang. Menurut Vigor, semua dipersiapkan secara matang agar Haven memiliki kegiatan ya
Kini, setiap minggu, Felix memiliki jadwal mengunjungi keluarga dari pihak ibunya. Zack tidak pernah mengantar. Ia hanya menyuruh supir dan dua orang pengawal mengawasi putranya.Felix selalu membawa makanan dan makan bersama. Hanya dua jam saja waktu yang ia habiskan bersama mereka.“Apa kamu tidak pernah mengajak Daddymu?” Tante Amel, adik Amber bertanya.“Tidak. Jika Daddy mau ikut, ia akan menemaniku.”“Ajak lah sekali-kali keluargamu.” Kini Ibu Amber juga berkata.Felix tidak menyahut. Ia memang belum paham sepenuhnya. Namun, ia cukup mengerti bahwa Daddynya sangat tidak ingin berhubungan dengan keluarga Amber.Meski begitu, Felix melihat keluarga ibunya memang telah banyak berubah. Mereka tidak lagi mengejar harta Daddy-nya. Mereka sadar bahwa Zack tidak tersentuh.Mereka bahkan sangat berterima kasih karena Felix masih menganggap mereka saudara. Felix berkata itu semua karena Aurora yang memintanya untuk tidak melupakan dari mana kita berasal.Felix kembali ke rumah dan langsun
“Apa? Lombanya sampai pagi hari?” Aurora membelalakkan mata pada Zack.Zack hanya tersenyum lalu mengusap pelan punggung Aurora. Memberi kode agar mereka tidak melanjutkan obrolan karena ada anak-anak di antara mereka.Dengan embusan napas panjang, Aurora terdiam. Wanita cantik itu lalu melanjutkan makan.Selesai makan malam, Felix menemani Angel di kamarnya. Angel bilang ia ada projek menggambar dan Felix dengan senang hati membantu.Zack dan Aurora meninggalkan keduanya saat Felix dan Angel sedang serius menggambar. Tangan Zack mengenggam tangan istrinya dan mengajaknya untuk duduk-duduk di taman.“Ada yang perlu kamu tau tentang permainan online internasional.” Zack membuka pembicaraan mereka.Sebenarnya, Aurora tau, ia akan kalah berdebat tentang games dengan Zack. Suaminya itu memiliki pengetahuan yang luas dan selalu ter-update tentang permainan online dibanding dirinya.Namun begitu, tampaknya Zack memang benar-benar ingin ia mengerti mengapa ia mengizinkan Felix bertanding hin
Alarm Zack berbunyi. Dengan cepat, tangan Zack menyambar ponselnya dan mematikannya. Ia tidak ingin Aurora terbangun dengan suara alarm tersebut.Cup. Zack mencium Aurora dan berbisik, “Aku ke kamar Felix dulu, ya.”Turun dari ranjang, Zack memakai boxer dan piyama panjangnya. Ia keluar dan menutup perlahan pintu kamar. Lelaki itu menyempatkan membuat kopi dan membawanya ke kamar Felix.Ternyata anak lelaki itu sudah siap di depan layar komputernya. Felix menggunakan jaket berhoodie yang menutupi kepala.“Hai.” Zack mengusap kepala Felix.“Dad? Kenapa bangun? Mommy ditinggal sendiri?” Felix menoleh sedikit.Zack terkekeh. “Angel saja tidur sendiri, kok.”“Tapi, Mommy nanti mencari Daddy.”“Tak apa. Daddy sudah izin menemanimu, kok.” Zack lalu mengamati layar. “Sudah registrasi?”Felix mengangguk. Mereka memperhatikan layar yang mulai penuh dengan para gamer dari berbagai negara.Sambil menikmati kopinya, Zack turut mengamati ketentuan lomba yang saat ini sedang dibacakan. Lelaki itu m
Zack membuka mata. Ia berada di keramaian. Banyak wanita cantik dan bertubuh indah di sekelilingnya.Namun begitu, apa yang ia cari tidak ada. Zack mulai panik. Netranya memutar ke segala arah. Ia mengabaikan uluran tangan setiap wanita yang ingin meraihnya.“Ke mana Aurora? Kenapa aku tidak melihatnya? Ini di mana?”Matanya memicing saat melihat cahaya. Ia mengerjap-ngerjap dan kini melihat beberapa wajah yang sedang mengamatinya.“Syukurlah, kamu sudah sadar.”Zack tersenyum kala melihat wajah yang ia cari-cari kini berada di dekatnya. Dokter segera mendekat dan memeriksa keadaan Zack.“Kelelahan, kepanasan dan dehidrasi.” Dokter menyimpulkan apa yang diderita Zack sambil menyuntikkan vitamin pada lengan atas pasiennya yang baru saja siuman dari pingsan selama sepuluh menit.“Apa akan baik-baik saja?” Clara bertanya dengan khawatir.“Tentu.” Dokter terkekeh menatap Zack. “Sepanjang ingatan saya, Tuan Zack memiliki kondisi tubuh yang prima. Hanya saja saat ini aktifitasnya sudah melam
Satu tahun berlalu. Hari ini adalah hari besar bagi Zack dan para sahabat. Akhirnya bisnis mereka bersama diresmikan.Seluruh keluarga Zack, Zavian, Elvis, Vigor dan Louis berkumpul di pulau. Resort besar yang diberi nama DreamTeam itu memiliki konsep kebersamaan. Setiap resort memiliki ruang terbuka untuk berkumpul.Acara pembukaan hari ini tampak meriah. Persiapan sudah berjalan sejak satu bulan yang lalu. Mereka membentuk lingkaran dan berdoa bersama sebelum akhirnya membuka pita tanda resort mereka kini terbuka untuk umum.Aurora menarik tangan Alzard untuk mengikutinya. Mereka menghampiri seorang wanita cantik berkepala plontos.“Siapa?” Alzard terlihat bingung.“Jenny. Dia sengaja mencukur habis rambutnya agar sama dengan kepala putrinya yang masih pemulihan dari kanker.”Alzard mengangguk dan akhirnya mengenali wanita tersebut. Aurora bersama Mami dan June memang sudah bercerita pada Zack dan Alzard tentang pertemuan mereka dengan Jenny.“Aurora.” Jenny menyapa ramah.“Jenny. S
Aurora, June dan Clara menatap hamparan manusia di ruang keluarga. Televisi masih menyala. Remah-remah keripik dan popcorn bertebaran bersama kaleng-kaleng soda dan gelas-gelas jus.Perlahan, Aurora membangunkan Kakek Viscout. Ia tidak ingin sang Kakek pegal-pegal tubuhnya karena tidur di sofa.“Oh. Kalian sudah kembali,” gumam Kakek Viscout.Aurora mengangguk, lalu mengantar Kakek Viscout ke kamar. Wanita cantik itu memastikan sang kakak berbaring nyaman dan menyelimuti tubuhnya.Saat kembali ke ruang keluarga, June dan Alzard sudah memindahkan Felix dan Haven. Mereka ditidurkan bersama di ranjang Felix.Clara sudah akan mengangkat Angel, namun Aurora menghalanginya.“Biar aku yang angkat Angel. Dia sudah berat sekarang. Mami tolong gendong Alpha saja.” Perlahan, Aurora melepas pelukan Zack dari tubuh Alpha.Bayi mungil itu kini dibawa Clara ke kamarnya. Aurora menggendong putrinya dan duduk sebentar di sisi ranjang Angel.“Terima kasih Tuhan, karena memberikanku putri yang sangat ca
Zack sampai membangunkan semua suster untuk mencari Angel. Raut wajahnya dari santai kini menjadi tegang. Untung saja, Alpha yang berada di gendongannya tidak terbangun.“Dad!” pekik Haven.“Kenapa? Ada apa dengan Angel?”“Sstttt.” Felix langsung meletakkan jari telunjuknya di bibir.Haven membuka taplak yang menutupi kaki meja. Di sana Angel tidu meringkuk. Zack, Kakek Viscout dan Alzard menghela napas penuh kelegaan.Suster mengeluarkan dan menggendong Angel. Zack meminta putrinya dibaringkan di kasur di depan televisi.Saking lelahnya, semuanya kini berbaring di kasur. Kakek Viscout memilih berbaring di atas sofa. Zack duduk bersandar di kasur sambil tetap menggendong Alpha.“Kenapa Alpha tidak dibaringkan di sebelah Angel saja agar kamu juga bisa tidur?”“Alpha menangis jika aku letakkan di kasur.” Zack menjawab pertanyaan Kakek Viscout dengan nada lemah.Lelaki itu memicingkan mata dan melihat Alzard, Haven dan Felix sudah tertidur. Zack mengusap sayang kepala Angel yang tidur di
Aurora sangat bersyukur. Zack begitu penuh support ikut merawat putra-putri mereka. Angel semakin manja dan lengket dengan sang Daddy. Sekarang, ke mana pun Zack pergi, Angel akan ikut.Perkembangan Alpha semakin hari semakin membaik. Berat badannya sudah mulai normal diusianya. Namun begitu, Aurora tidak mau lengah.Setiap hari, Alpha menjalani terapi perkembangan fisik dan kognitif. Aurora selalu menemani putranya.“Siapa hari ini yang bisa ikut menemani Alpha terapi?” Aurora bertanya pada anak-anaknya saat sarapan.“Felix, Mom. Nanti aku belajar online saja.” Felix mengajukan diri.“Maaf, Mom. Aku ada les golf, tapi setelahnya bisa menyusul.”“Angel mau rapat sama Daddy.”“Nanti kami menyusul setelah rapat, Sayang.” Segera, Zack menimpali.Aurora tersenyum dan mengembuskan napas lega. Dibanding Felix dan Haven, Angel lah yang masih menjaga jarak dengan Alpha. Anak perempuan lebih memilih bersama sang Daddy meskipun ia memiliki waktu untuk bersama Aurora.“Ayo, Angel. Pamit Mommy du
“Pasti habis dapat jatah semalam.” Zavian meledek sahabatnya. “Wajahmu sangat ceria dan bersinar.”Zack hanya tersenyum manis. Ia tidak akan menyangkal karena ucapan Zavian benar. Semalam akhirnya ia bisa melampiaskan kerinduannya pada sang istri.“Daripada meledekku terus, lebih baik kamu siapkan ruang rapat.”“Sudah.”“Katanya mau mencetak timeline terbaru proyek?”“Sudah.”“Pesan makanan untuk rapat ?”“Hem.”“Telepon desain pembuat boneka yang akan menjadi maskot pulau kita?”“Sudah semua. Tenang saja. Beres.”“Carilah pekerjaan lain agar kamu tidak menggangguku.” Zack bersungut kesal.“Ini sedang kulakukan. Menggodamu.”Zavian tergelak melihat tatapan Zack yang seperti ingin membunuhnya. Untunglah saat itu Angel masuk hingga wajah Zack langsung berubah manis.“Putri cantik Daddy.” Tangan Zack terentang lebar.Angel segera masuk ke dalam pelukan Zack. Lelaki itu menciumi setiap jengkal wajah sang putri satu-satunya.“Bagaimana sekolahnya?”“Kenapa setiap aku pulang sekolah, selalu
“Rumah sakit? Ada apa dengan putraku?”Zack menekan tombol speaker agar Kakek Viscout juga dapat mendengar. Dokter meminta Aurora datang ke rumah sakit untuk menyetor ASI-nya.Sambil mendengarkan instruksi dokter, Zack dan Kakek Viscout berjalan ke kamar utama. Mereka menemukan Aurora yang baru selesai mandi. Wanita itu terkejut melihat suami dan kakeknya tiba-tiba masuk bersamaan.“Ada apa?”“Alpha .... ““Alpha?”“Aku baru saja memberitahukan nama baby mochi pada Kakek lalu rumah sakit menelepon.”Sebelum Aurora khawatir berlebihan, Zack langsung bercerita. Dokter mengatakan bahwa Alpha mulai pintar minum susu. Bahkan ASI Aurora di rumah sakit sudah habis dan mereka meminta persediaan ASI lagi.Aurora menutup mulut saking senangnya. “Benarkah?”Zack memeluk Aurora dan menciuminya. Kakek Viscout memberi semangat saat keduanya langsung berjalan keluar untuk ke rumah sakit.“Aurora titip anak-anak ya, Kek.”“Iya, Aurora. Pergilah. Kakek akan menemani Felix, Haven dan Angel.”Di rumah s
Bayi teramat mungil itu dibawa ke kamar Aurora. Wanita cantik yang baru pertama kali melihat bayi yang dilahirkannya itu menangis. Mahluk itu terlihat memperihatinkan.“Tersenyumlah, Sayang. Kasihan baby mochi. Ia pasti ingin melihat wajah Mommynya yang bahagia melihatnya.” Sebelum suster meletakkan bayi di dada Aurora, Zack memohon.Aurora tersenyum dan mengangguk. Segera, ia menghapus air matanya dan memberi kode pada suster.Baby Mochi diletakkan di kulit dada Aurora. Matanya belum terbuka. Aurora mengelus perlahan kulit bayinya.“Hai, Sayang. Ini, Mommy.” Aurora menatap Zack yang juga memandangnya penuh haru. “Dia tampan, Zack.”“Tentu saja.” Zack segera menyahut.Aurora kembali menatap bayinya. “Mommy akan jaga kamu, Sayang. Maaf ya kamu sudah harus keluar dari perut Mommy.”Zack membuang muka ke arah dinding mendengar kata-kata istrinya. Aurora tak hentinya berbicara pada baby mochi.Bayi itu bahkan belum bisa menyusu langsung dari puncak dada Aurora. Mulutnya sangat kecil dan t
"Zack, sepertinya aku harus ke rumah sakit deh.""Kenapa, Sayang?" Zack mengamati istrinya yang terlihat sehat-sehat saja."Sejak bangun tidur tadi, aku pipis terus. Sedikit-sedikit.""Bukannya normal?" Zack yang sedang duduk menghadap laptopnya kini berdiri dan menghampiri sang istri.Lelaki itu mengusap perut Aurora yang besar. Kandungannya sudah hampir memasuki usia delapan bulan.Menurut pengalaman Zack setelah Aurora hamil sebelumnya, memasuki semester tiga, wanita hamil memang sering buang air kecil."Perasaanku gak enak. Ke dokter saja, ya.""Oke. Sekarang?"Aurora mengangguk. Ia tidak ingin membuang banyak waktu untuk segera memeriksa kandungannya.Mereka hanya sempat berpesan pada asisten yang mengurus anak-anak lalu segera meluncur ke rumah sakit."Aduuh." Aurora meringis membuat Zack yang sedang menyetir terpecah konsentrasinya."Sakit?"Namun, kepala Aurora menggeleng. "Tidak. Tapi, aku ngompol. Tidak bisa kutahan."Sudut mata Zack melirik jok kursi. Aurora langsung memint