“Kenapa kamu memilih olahraga golf?” Vigor bertanya pada Haven saat mereka telah berada di dalam pesawat.“Menurut Daddy, jika menang dalam pertandingan golf, hadiahnya sangat besar.”Vigor meledakkan tawanya. Ia sudah mendengar sepak terjang Haven dalam mengeluarkan uang pribadinya. Lelaki itu menggeleng-geleng dan mengelus kepala Haven.“Memangnya kamu lagi butuh banyak uang?”“Karena aku suka sekali memiliki uang banyak. Aku bisa melakukan apa pun dengan uang.”Dengan polos, Haven bercerita bagaimana ia menggunakan uang pribadinya. Vigor kembali tergelak mendengar bagaimana semua teman-teman sekolah Haven terdengar mendewakan keponakannya itu.“Kamu persis seperti Daddymu.”“Oh ya? Daddy juga begitu?”Vigor mengangguk. “Hanya saja, Daddymu melakukannya saat telah sukses menjalankan perusahaan. Sementara kamu ....”Tanpa menyelesaikan kalimatnya, Vigor hanya tersenyum. Usia Haven masih sangat mudah untuk diceritakan bagaimana prilaku liar Zack saat ia memiliki banyak uang.Untuk men
Vigor membawa Haven ke toko peralatan golf. Petugas toko memberikan tongkat yang sesuai dengan Haven. Anak kecil mencoba beberapa kali pada area rumput imitasi yang disediakan.Selesai memilih tongkat, Vigor juga memilih perlengkapan golf untuk keponakannya. Tiga stel pakaian golf, sepatu golf, sarung tangan dan topi.“Ternyata perlengkapan golf banyak sekali ya, Uncle.” Haven menggeleng melihat tumpukan barang yang harus ia beli.“Jangan samakan dengan perlengkapan berenang.” Vigor terkekeh melihat keterkejutan Haven.Vigor membayar semua tagihan. Pelayan membawakan barang bawaan tersebut ke mobil, lalu mereka kembali ke kastil.“Kamu terlihat keren sekali dengan perlengkapan golf ini.” Vigor memuji Haven.Haven menatap cermin di dalam mobil. Ia memang sangat percaya diri pada ketampanannya.“Apa menurut Uncle, aku akan bisa menggaet wanita bangsawan dengan pakaian seperti ini?”“Menggaet? Ya Tuhan, Haven. Kamu baru akan berumur tujuh tahun dalam dua bulan ke depan. Jangan lah cepat
“Apa? Kamu mendapat seribu dolar dari Kakek?” Nada suara Zack tampak terkejut.“Iya. Kan aku menang lomba berenang melawan anak-anak bangsawan hari ini.”Zack mengerutkan kening. Apa iya ada lomba berenang dengan hadiah yang sebesar itu di parlemen muda?“Ya, sudah. Selamat, ya.”“Terima kasih, Dad. Tolong bilang pada Auntie Inne untuk melihat saldo rekeningku, ya.”“Iya, ya. Sekarang, tolong berikan teleponmu pada Uncle Vigor.”Telepon yang dipegang Haven berpindah ke Vigor. Lelaki itu meminta Haven menemani Marshella yang sedang menyiapkan makan malam.“Zack?”“Hem. Entah ide siapa yang membuat acara dadakan lomba berenang, tetapi aku kesal dengan ide itu.”“Oh? Ada acara lomba berenang?” Vigor pura-pura kaget.“Kamu menyebalkan!”Lalu Zack mendengar sahabatnya terkekeh. Vigor mengatakan saat ini apa pun yang membuat Kakek bahagia, ia akan membiarkannya.Kakek sangat bahagia mengetahui Haven akan datang. Menurut Vigor, semua dipersiapkan secara matang agar Haven memiliki kegiatan ya
Kini, setiap minggu, Felix memiliki jadwal mengunjungi keluarga dari pihak ibunya. Zack tidak pernah mengantar. Ia hanya menyuruh supir dan dua orang pengawal mengawasi putranya.Felix selalu membawa makanan dan makan bersama. Hanya dua jam saja waktu yang ia habiskan bersama mereka.“Apa kamu tidak pernah mengajak Daddymu?” Tante Amel, adik Amber bertanya.“Tidak. Jika Daddy mau ikut, ia akan menemaniku.”“Ajak lah sekali-kali keluargamu.” Kini Ibu Amber juga berkata.Felix tidak menyahut. Ia memang belum paham sepenuhnya. Namun, ia cukup mengerti bahwa Daddynya sangat tidak ingin berhubungan dengan keluarga Amber.Meski begitu, Felix melihat keluarga ibunya memang telah banyak berubah. Mereka tidak lagi mengejar harta Daddy-nya. Mereka sadar bahwa Zack tidak tersentuh.Mereka bahkan sangat berterima kasih karena Felix masih menganggap mereka saudara. Felix berkata itu semua karena Aurora yang memintanya untuk tidak melupakan dari mana kita berasal.Felix kembali ke rumah dan langsun
“Apa? Lombanya sampai pagi hari?” Aurora membelalakkan mata pada Zack.Zack hanya tersenyum lalu mengusap pelan punggung Aurora. Memberi kode agar mereka tidak melanjutkan obrolan karena ada anak-anak di antara mereka.Dengan embusan napas panjang, Aurora terdiam. Wanita cantik itu lalu melanjutkan makan.Selesai makan malam, Felix menemani Angel di kamarnya. Angel bilang ia ada projek menggambar dan Felix dengan senang hati membantu.Zack dan Aurora meninggalkan keduanya saat Felix dan Angel sedang serius menggambar. Tangan Zack mengenggam tangan istrinya dan mengajaknya untuk duduk-duduk di taman.“Ada yang perlu kamu tau tentang permainan online internasional.” Zack membuka pembicaraan mereka.Sebenarnya, Aurora tau, ia akan kalah berdebat tentang games dengan Zack. Suaminya itu memiliki pengetahuan yang luas dan selalu ter-update tentang permainan online dibanding dirinya.Namun begitu, tampaknya Zack memang benar-benar ingin ia mengerti mengapa ia mengizinkan Felix bertanding hin
Alarm Zack berbunyi. Dengan cepat, tangan Zack menyambar ponselnya dan mematikannya. Ia tidak ingin Aurora terbangun dengan suara alarm tersebut.Cup. Zack mencium Aurora dan berbisik, “Aku ke kamar Felix dulu, ya.”Turun dari ranjang, Zack memakai boxer dan piyama panjangnya. Ia keluar dan menutup perlahan pintu kamar. Lelaki itu menyempatkan membuat kopi dan membawanya ke kamar Felix.Ternyata anak lelaki itu sudah siap di depan layar komputernya. Felix menggunakan jaket berhoodie yang menutupi kepala.“Hai.” Zack mengusap kepala Felix.“Dad? Kenapa bangun? Mommy ditinggal sendiri?” Felix menoleh sedikit.Zack terkekeh. “Angel saja tidur sendiri, kok.”“Tapi, Mommy nanti mencari Daddy.”“Tak apa. Daddy sudah izin menemanimu, kok.” Zack lalu mengamati layar. “Sudah registrasi?”Felix mengangguk. Mereka memperhatikan layar yang mulai penuh dengan para gamer dari berbagai negara.Sambil menikmati kopinya, Zack turut mengamati ketentuan lomba yang saat ini sedang dibacakan. Lelaki itu m
Strategi Zack ternyata cukup berhasil. Aurora melihat perubahan dalam diri Felix. Anak itu kini lebih termotivasi belajar dan berprestasi di berbagai bidang.Meski begitu, sifat penyendirinya tetap tidak berubah. Felix juga tetap lebih senang beraktifitas di dalam ruangan.Namun, Zack tidak pendek akal. Ia melengkapi alat-alat olahraga di dalam rumah hingga Felix dapat tetap berolahraga di dalam ruangan.“Daddy tidak mau postur tubuhnya jadi membungkuk karena terlalu banyak duduk saat bermain games dan melukis.”Alasan itu lah yang diberikan Zack pada Felix agar ia rutin berolahraga. Felix tidak keberatan. Hanya saja ia bertanya kapan ia bisa berolahraga, sementara ia sendiri sibuk.Zack meminta bantuan Aurora untuk membuat jadwal kegiatan Felix. Sementara Zack harus menghadiri rapat di kantor.Tentu saja Aurora bersedia. Wanita cantik itu dan Felix duduk bersama menghadapi sebuah layar laptop yang menampilkan tabel kegiatan setiap hari. Satu jam berikutnya jadwal tersebut sudah terce
“Huhuhu ... tadi di televisi, Mommynya meninggal. Huaaa.” Angel menjerit sambil memeluk Aurora.Bahkan Aurora sulit bangun karena pelukan Angel yang sangat kuat. Matanya jadi berair melihat putrinya menangis begitu menyedihkan.“Kenapa Mommy di televisi meninggal?” Aurora bertanya sambil mengelus rambut halus Angel.Akhirnya pelukan mereka terurai. Angel masih melingkari lengan di leher Aurora tapi wajahnya menatap sang Mommy.“Mommy yang di televisi melahirkan bayi setelah itu Mommynya meninggal. Angel gak mau Momny melahirkan. Huaa.”Akhirnya mereka mengerti. Aurora dan Zack saling berpandangan. Setelah Aurora lebih tenang, Zack menggendongnya dan memangkunya.Aurora tetap menggenggam tangan Angel sambil tersenyum. Tangannya mengusap penuh sayang wajah cantik putrinya yang basah oleh airmata.“Kamu tau kan kalau itu hanya film? Wanita yang ada di televisi itu masih hidup, lho.” Aurora meminta Zack menceri berita tentang artis yang memerankan tokoh di film yang ditonton putri mereka.