Tiba di Kastil, Aurora dan Zack bergantian bercerita tentang kerewelan Angel di pesawat. Kakek Viscout mendengarkan dengan serius sambil mengangguk-angguk atau sesekali menggeleng."Semoga ini cuma karena sindrom akan menjadi kakak saja." Kakek Viscout berkomentar saat Aurora dan Zack selesai bercerita."Mami juga bilang begitu, Kek. Tetapi, memang sikapnya jadi sangat manja pada Aurora dan lebih posesif.""Turuti saja dulu kemauannya. Manjakan dan berikan kasih sayang penuh sembari kita edukasi tentang memiliki seorang adik."Aurora dan Zack mengangguk setuju. Kakek Viscout berkata selama berada di Kastil, ia akan memanggil seorang konselor anak agar bisa menemani Felix, Haven dan Angel bermain."Bagaimana Haven di sini, Kek? Apa ia merepotkan Kakek?" Zack bertanya sambil menatap wajah lelaki tua di depannya."Merepotkan? Kamu salah besar. Justru Kakek merasa sangat bahagia memiliki Haven di sini. Jangankan Kakek, Vigor, Marshella hingga para pelayan senang sekali pada Haven. Anak it
“Tetapi, kami belum bercerita bahwa di sini, Haven juga sudah memiliki musuh."Wajah Zack yang sejak tadi santai kini menegang. Ia memandang Kakek Viscout dan Vigor bergantian dengan dahi berkerut.“Putraku memiliki musuh? Siapa?”“Austin, Cucu bangsawan Edgar.” Vigor tersenyum saat menjawab, lalu melirik Kakek Viscout. “Dulu, Kakek Viscout dan Kakek Edgar juga musuh bebuyutan.”“Maksudmu, sekarang permusuhan itu dilanjutkan oleh Haven dan cucu dari bangsawan Edgar tersebut?”Cerita tentang permusuhan antar bangsawan mengalir dari bibir Kakek Viscout. Dulu, masa remaja Kakek dan pemuda bangsawan lain memang penuh dengan persaingan. Para bangsawan belum kompak seperti saat ini.Selain, masih sedikit, para bangsawan juga masih menerapkan aturan yang terkuat akan menang. Dalam hal ini, kemenangan akan ditandai dengan banyaknya rakyat yang bersedia ikut dalam aturan bangsawan yang dipilih.Bangsawan Adorra dan bangsawan Edgar sebenarnya bertetangga. Persaingan keduanya sangat sengit dalam
Aurora melongok kamar. Haven sedang melakukan peregangan tubuh. Kepalanya menoleh saat kedua orang tuanya masuk.“Rajin sekali anak tampan Mommy.”Haven tersenyum. Lalu berdiri di depan Aurora dan Zack. “Aku merasa ada hal yang ingin Mommy dan Daddy bicarakan padaku.”“Apa selama tinggal di kastil, kamu juga belajar ilmu membaca pikiran orang?” Zack berdecak kesal.Haven terkekeh lalu menggeleng. “Memangnya ada ilmu seperti itu?”“Tidak tau.”Haven lalu duduk di karpet diikuti Aurora dan Zack. Mereka seperti membentuk lingkaran kecil.“Aku hanya menebak. Lagipula ada yang ingin aku utarakan juga pada Mommy dan Daddy.”Aurora dan Zack saling menatap. Tak terasa, putra mereka kini terlihat lebih dewasa. Gayanya sudah seperti ingin mengajukan proposal bisnis saja.“Tapi, aku mau mendengar apa yang diutarakan Mommy dan Daddy lebih dulu.”“Oke. Daddy tidak akan lama karena ini sudah malam.”Zack kemudian bercerita bahwa ia mendengar permusuhannya dengan Austin Edgar. Terus-terang, Zack men
“Apa maksudmu, Haven?”Pertanyaan Kakek Viscout mewakili semuanya. Haven dengan santai menceritakan keinginannya tinggal di kastil. Terang-terangan, Haven berkata ia tertantang dan bersemangat untuk mengenal keahlian anak-anak bangsawan terutama Austin.Aurora menunduk menatap piringnya. Tangan Zack sudah terjulur mengusap sayang punggung sang istri agar lebih tenang.“Kamu sudah memikirkan masak-masak keputusanmu?”“Sudah, Uncle Vigor.”“Bagaimana dengan karir berenangmu? Kamu sudah akan masuk pelatihan olimpiade renang mewakili sekolah.”“Kamu saja yang menggantikanku, Felix.”“Jangan bercanda kamu.”“Paling nanti Haven nangis karena kangen Mommy.”Berbagai komentar dari anggota keluarga tidak dihiraukan Haven. Ia terlihat tetap keras kepala mempertahankan keinginannya.Kakek Viscout mengamati ekspresi Aurora. Seketika hatinya turut sedih. Cucunya itu terlihat sangat keberatan namun pasrah.“Daddy dan Mommy belum memutuskan apa kamu bisa tinggal di sini, Haven. Banyak yang harus kam
“Sihir Mommy akan bekerja saat kamu menatap matanya.”Felix tergelak mendengar ucapan Haven. Malam ini Felix menyusup masuk ke kamar Haven saat Mommy dan Daddy sudah ke kamar mereka. Ia juga penasaran dengan pembicaraan barusan.“Jadi, kamu akan ikut pulang, kan?”“Iya.”Terdengar embusan napas panjang dari hidung Felix. Haven menatap kakaknya yang berbaring menatap langit-langit dengan kedua tangan menyangga kepala.“Kamu senang atau sedih aku tetap akan pulang?”Kepala Felix menoleh ke samping menatap Haven. Lalu, ia merubah posisi tidurnya menghadap sang adik.“Aku senang kamu tidak jadi tinggal di kastil.”“Kenapa? Bukankah kamu sering kesal padaku? Bukankah aku selalu merepotkanmu? Di rumah kamu sering membelaku. Di sekolah, kamu selalu membantuku lolos dari hukuman guru.”“Betul. Tapi, kalau kamu tidak ada, aku jadi tidak ada kerjaan. Pasti bosan di rumah dan di sekolah.”“Bilang aja, kamu akan kangen sama aku.”Felix tersenyum menatap wajah Haven yang menyeringai. Kakinya menen
“Apa? Kamu mau mengajak Marshella berlibur ke Pulau Chantal?” Zack terkaget mendengar rencana sahabatnya.“Iya. Kebetulan Kakek Viscout akan ikut kalian pulang untuk menonton pertandingan games Felix. Jadi, aku manfaatkan waktu itu untuk berduaan dengan istriku.”“Tapi, tidak juga ke pulau yang penuh dengan auro mistiknya, dong.” Kepala Zack menggeleng tanda tak setuju.Sambil mengembuskan napas berat, Vigor bercerita tentang keadaan mental Marshella. Di mana istrinya sedang galau akibat ia tak kunjung hamil. Apalagi bentuk tubuhnya berubah setelah mengkonsumsi hormon dari dokter kandungan.Dengan berlibur, Vigor berharap istrinya lebih rileks. Apalagi Pulau Chantal adalah pulau pribadi yang memiliki keindahan alam yang dapat menenangkan pikiran.“Apa Marshella tau apa yang akan ia hadapi di Pulau Chantal dengan pesona erotikanya?”“Aku sudah memperlihatkan foto-foto Pulau Chantal padanya. Marshella malah tertarik dan setuju kami ke sana.”Mendengar keputusan tersebut, tentu saja Zack
“Zack, astaga! Aku hampir tidak mengenalimu!”Aurora tersenyum ke arah pria tampan nan gagah yang tengah menunggunya di bandara.Belasa tahun tidak bertemu, Aurora cukup terkejut melihat perubahan kakak tirinya itu.“Kamu juga berubah, Adik Manis.” Zack membalas dengan senyum penuh pesona. Mata hitam legamnya menatap Aurora dengan intens. “Sangat cantik,” tambahnya lagi dengan menyipitkan mata.Dipuji demikian, Aurora tersenyum canggung. Ia tidak menyangka, Zack ternyata bermulut manis. Sungguh kombinasi bahaya, dengan wajah tampannya dan rekening gendutnya.Pria itu kemudian membantu Aurora membawa koper, dan melenggang keluar dari pintu kedatangan menuju mobil.Namun, kening gadis cantik itu mengerut dalam ketika merasakan tatapan dan bisik-bisik orang-orang di sekeliling tertuju pada mereka. Terutama, ke arah Zack yang berjalan tegap di sampingnya.“Kenapa semua orang memperhatikanmu, Zack?”Zack menoleh, ia mengedipkan satu matanya. “Aku terkenal.”Aurora terkekeh. Ia jadi ingat, i
Glek!Aurora menelan ludahnya sendiri mendengar pernyataan Zack.Mata mereka kembali saling menatap. Kali ini, ia baru menyadari bukan tatapan seorang kakak yang Zack berikan. Melainkan lirikan seorang lelaki mesum.“Sayang sekali sekertarismu yang baru ini adalah adikmu sendiri yang tidak mungkin kamu tiduri, Zack!” Aurora berusaha menjawab santai.“Siapa bilang kita tidak bisa memiliki affair?!” tantang Zack, terlihat begitu serius dengan ucapannya. “Kamu hanyalah adik angkatku.”Kemudian lelaki itu terkekeh, menyebalkan!‘Tidak. Zack hanya bercanda.’ Aurora kembali meyakinkan dirinya sendiri.Aurora menatap Zack yang duduk bersandar. Lelaki tampan itu membalas tatapan tajam sang adik angkat dengan senyum menggoda. Tidak kuat meladeni tatapan tajam itu, Aurora pun menundukkan kepala. ‘Sial! Dia benar-benar menyebalkan!’Saat itu, Zack tertawa renyah. Kemudian, lelaki itu mengulurkan tangan ke hadapan Aurora. “Baiklah, kita lihat kemampuanmu di perusahaan … dan ketangguhanmu menolak