“Apa maksudmu, Haven?”Pertanyaan Kakek Viscout mewakili semuanya. Haven dengan santai menceritakan keinginannya tinggal di kastil. Terang-terangan, Haven berkata ia tertantang dan bersemangat untuk mengenal keahlian anak-anak bangsawan terutama Austin.Aurora menunduk menatap piringnya. Tangan Zack sudah terjulur mengusap sayang punggung sang istri agar lebih tenang.“Kamu sudah memikirkan masak-masak keputusanmu?”“Sudah, Uncle Vigor.”“Bagaimana dengan karir berenangmu? Kamu sudah akan masuk pelatihan olimpiade renang mewakili sekolah.”“Kamu saja yang menggantikanku, Felix.”“Jangan bercanda kamu.”“Paling nanti Haven nangis karena kangen Mommy.”Berbagai komentar dari anggota keluarga tidak dihiraukan Haven. Ia terlihat tetap keras kepala mempertahankan keinginannya.Kakek Viscout mengamati ekspresi Aurora. Seketika hatinya turut sedih. Cucunya itu terlihat sangat keberatan namun pasrah.“Daddy dan Mommy belum memutuskan apa kamu bisa tinggal di sini, Haven. Banyak yang harus kam
“Sihir Mommy akan bekerja saat kamu menatap matanya.”Felix tergelak mendengar ucapan Haven. Malam ini Felix menyusup masuk ke kamar Haven saat Mommy dan Daddy sudah ke kamar mereka. Ia juga penasaran dengan pembicaraan barusan.“Jadi, kamu akan ikut pulang, kan?”“Iya.”Terdengar embusan napas panjang dari hidung Felix. Haven menatap kakaknya yang berbaring menatap langit-langit dengan kedua tangan menyangga kepala.“Kamu senang atau sedih aku tetap akan pulang?”Kepala Felix menoleh ke samping menatap Haven. Lalu, ia merubah posisi tidurnya menghadap sang adik.“Aku senang kamu tidak jadi tinggal di kastil.”“Kenapa? Bukankah kamu sering kesal padaku? Bukankah aku selalu merepotkanmu? Di rumah kamu sering membelaku. Di sekolah, kamu selalu membantuku lolos dari hukuman guru.”“Betul. Tapi, kalau kamu tidak ada, aku jadi tidak ada kerjaan. Pasti bosan di rumah dan di sekolah.”“Bilang aja, kamu akan kangen sama aku.”Felix tersenyum menatap wajah Haven yang menyeringai. Kakinya menen
“Apa? Kamu mau mengajak Marshella berlibur ke Pulau Chantal?” Zack terkaget mendengar rencana sahabatnya.“Iya. Kebetulan Kakek Viscout akan ikut kalian pulang untuk menonton pertandingan games Felix. Jadi, aku manfaatkan waktu itu untuk berduaan dengan istriku.”“Tapi, tidak juga ke pulau yang penuh dengan auro mistiknya, dong.” Kepala Zack menggeleng tanda tak setuju.Sambil mengembuskan napas berat, Vigor bercerita tentang keadaan mental Marshella. Di mana istrinya sedang galau akibat ia tak kunjung hamil. Apalagi bentuk tubuhnya berubah setelah mengkonsumsi hormon dari dokter kandungan.Dengan berlibur, Vigor berharap istrinya lebih rileks. Apalagi Pulau Chantal adalah pulau pribadi yang memiliki keindahan alam yang dapat menenangkan pikiran.“Apa Marshella tau apa yang akan ia hadapi di Pulau Chantal dengan pesona erotikanya?”“Aku sudah memperlihatkan foto-foto Pulau Chantal padanya. Marshella malah tertarik dan setuju kami ke sana.”Mendengar keputusan tersebut, tentu saja Zack
“Zack, astaga! Aku hampir tidak mengenalimu!”Aurora tersenyum ke arah pria tampan nan gagah yang tengah menunggunya di bandara.Belasa tahun tidak bertemu, Aurora cukup terkejut melihat perubahan kakak tirinya itu.“Kamu juga berubah, Adik Manis.” Zack membalas dengan senyum penuh pesona. Mata hitam legamnya menatap Aurora dengan intens. “Sangat cantik,” tambahnya lagi dengan menyipitkan mata.Dipuji demikian, Aurora tersenyum canggung. Ia tidak menyangka, Zack ternyata bermulut manis. Sungguh kombinasi bahaya, dengan wajah tampannya dan rekening gendutnya.Pria itu kemudian membantu Aurora membawa koper, dan melenggang keluar dari pintu kedatangan menuju mobil.Namun, kening gadis cantik itu mengerut dalam ketika merasakan tatapan dan bisik-bisik orang-orang di sekeliling tertuju pada mereka. Terutama, ke arah Zack yang berjalan tegap di sampingnya.“Kenapa semua orang memperhatikanmu, Zack?”Zack menoleh, ia mengedipkan satu matanya. “Aku terkenal.”Aurora terkekeh. Ia jadi ingat, i
Glek!Aurora menelan ludahnya sendiri mendengar pernyataan Zack.Mata mereka kembali saling menatap. Kali ini, ia baru menyadari bukan tatapan seorang kakak yang Zack berikan. Melainkan lirikan seorang lelaki mesum.“Sayang sekali sekertarismu yang baru ini adalah adikmu sendiri yang tidak mungkin kamu tiduri, Zack!” Aurora berusaha menjawab santai.“Siapa bilang kita tidak bisa memiliki affair?!” tantang Zack, terlihat begitu serius dengan ucapannya. “Kamu hanyalah adik angkatku.”Kemudian lelaki itu terkekeh, menyebalkan!‘Tidak. Zack hanya bercanda.’ Aurora kembali meyakinkan dirinya sendiri.Aurora menatap Zack yang duduk bersandar. Lelaki tampan itu membalas tatapan tajam sang adik angkat dengan senyum menggoda. Tidak kuat meladeni tatapan tajam itu, Aurora pun menundukkan kepala. ‘Sial! Dia benar-benar menyebalkan!’Saat itu, Zack tertawa renyah. Kemudian, lelaki itu mengulurkan tangan ke hadapan Aurora. “Baiklah, kita lihat kemampuanmu di perusahaan … dan ketangguhanmu menolak
“Kamu benar-benar gila, Zack!” Aurora mendatangi ruangan kakaknya dengan kemarahan. Sebab, rumor yang dikatakan Zack benar-benar terjadi. “Semua orang percaya bahwa kita sudah tidur bersama!”Pasalnya, ketika pagi ini ia datang ke kantor … Aurora mendapati tatapan menghina—terlebih dari karyawan wanita. Mulanya, ia bersikap tidak acuh. Namun, saat mendengar bisik-bisik bahwa ia adalah sekertaris yang baru saja berbagi ranjang dengan bos sangat santer terdengar, kupingnya memanas.“Bagus, dong.” Zack menyahut santai. “Mereka tidak perlu tau kalau Amber-lah yang bersamaku semalam.”Seketika Aurora terdiam. Ia pikir, Amber yang ia telepon kemarin adalah salah satu klien perusahaan. Ternyata adalah salah satu wanita yang menghangatkan malam sang kakak.‘Benar-benar keterlaluan!’ umpat Aurora dalam hati. “Hari ini dan selanjutnya aku pulang sendiri saja.” Aurora berkata dengan nada ketus.“Mauku juga begitu. Tetapi, tidak bisa!” Zack langsung menolak keinginan adik angkatnya. “Mami bilan
“Tolong rahasiakan ini dari Zack.”Ketika sadar, pelayan telah siaga dengan seorang dokter pribadi. Dari diagnosanya, diketahui bahwa magh Aurora kambuh. Tingkat stress yang tinggi, hingga melewatkan jam makan menjadi penyebabnya.Aurora berpikir, jika Zack tahu … lelaki itu pasti akan menggunakan kesempatan itu untuk menendangnya pergi. Lelaki itu juga pasti akan melapor pada Mami, dan bisa jadi membuat maminya kepikiran.Dua minggu berlalu, Aurora tersenyum pada cermin di depannya.“Kamu hebat, Aurora!” ujarnya sembari menepuk-nepuk dadanya sendiri. “Siapa bilang kalau aku akan merengek minta pulang dalam waktu kurang dari satu minggu?” bibir wanita itu tertarik ke atas, otaknya langsung terpikirkan wajah Zack.Ia merasa puas, sebab ia telah membuktikan pada Zack, bahwa ia bukanlah wanita yang lemah.“Teruslah bertahan, sampai tugasmu selesai!” katanya lagi sebelum akhirnya bergegas ke kantor.Sementara Aurora sudah pergi satu jam yang lalu, Zack justru baru bersiap. Lelaki itu meng
Tepat pukul lima sore, satu pesan masuk melalui telepon genggamnya.Zack: Jangan telat pulang! Dan jangan lupa, pesankan makananku, juga bawakan aku champagne.Satu jam kemudian, Aurora telah siap dengan permintaan Zack. Namun, ia berdecak kala menyadari jika satu-satunya gaun yang ia miliki adalah gaun terbuka yang memamerkan bagian atasnya.Karena tidak ada waktu lagi untuk membeli gaun baru, Aurora pun memakai gaun tersebut. Tentu, ia menambahkan sebuah scarf di leher untuk membantu menutupi tulang selangkanya—meski kenyataannya, scarf itu justru membuat penampilannya tidak lebih baik.Kemudian, karena masih ada satu tugas yang harus ia emban—yakni mengambil champagne kesukaan Zack, ia pun segera bergegas. Malang, sesampainya di sana … stok terakhir minuman itu telah terjual ke orang lain.“Bukankah aku sudah memesan lebih dulu?” Aurora memastikan lagi pada pelayan di sana.Suara berat kemudian terdengar dari arah samping Aurora. “Anda juga memesan minuman ini, Nona?”Wanita itu me