Home / CEO / Istri Kedua CEO Ternyata Cantik Jelita / Chapter 201 - Chapter 210

All Chapters of Istri Kedua CEO Ternyata Cantik Jelita: Chapter 201 - Chapter 210

220 Chapters

Secercah Harapan

Wajah Tuan Barata semakin pucat, terpekur dalam keterkejutan yang tak bisa ia sembunyikan. Kaisar melanjutkan, “Itulah sebabnya Tuan Marco menyelamatkan Meera dari kecelakaan tabrak lari. Dia ingin menebus kesalahannya, yang tidak bisa hadir di sisi Meera sebagai seorang ayah.”Suara Kaisar merendah, mengenang kejadian itu. “Golongan darah mereka juga sama, Opa. Menurut Meera, hubungan antara Marco Biantara dan ibunya dulu tidak direstui, karena perbedaan status sosial.”Tuan Barata menatap Kaisar dengan sendu, seolah belum bisa mencerna kenyataan ini. Napasnya tercekat, dan untuk sesaat, ia hanya bisa menatap kosong ke depan. Lambat laun, pemahaman mulai merayap masuk ke dalam benak lelaki tua itu, bersamaan dengan perasaan bersalah yang kembali melingkupinya.“Jadi, takdir mempertemukan aku dan Almeera karena sebuah alasan …,” bisik Tuan Barata, matanya berkaca-kaca. “Ternyata, gadis yang aku jodohkan denganmu adalah cucu dari musuhku sendiri. Mungkin ini adalah cara dari Yang Mah
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more

Kehancuran Karenina

Dengan gemetar, Karenina mencoba bangkit dari tempat tidur, seluruh tubuhnya terasa sakit saat bergerak. Baru beberapa langkah, suara ponselnya memecah keheningan. Ia mendesah, melirik layar yang menampilkan nama pengacaranya - Tuan Mario. Karenina meraih ponsel itu dengan tangan gemetar, lalu menjawab panggilan.“Pagi, Nina,” suara pengacaranya terdengar tegang di seberang. Tanpa basa-basi, ia langsung menyampaikan kabar buruk, “Sidang hari ini berjalan sangat buruk. Pengacara Kaisar berhasil menghadirkan bukti rekaman dan video yang cukup memberatkanmu.”Karenina terdiam, jantungnya berdetak cepat. “Rekaman apa? Video apa, Om?” tanya Karenina, suaranya serak, hampir berbisik.“Kita sudah membicarakan ini sebelumnya, Nina. Aku memintamu berhati-hati dalam bertindak, tapi kenapa bukti-bukti itu berhasil masuk ke dalam ruang sidang?” Tuan Mario terdengar cukup kesal, karena Karenina sudah bertindak ceroboh dan tidak menghiraukan perkataannya. “Rekaman yang dihadirkan pengacara Kaisar
last updateLast Updated : 2024-11-07
Read more

Beri Kami Waktu Dua Bulan

Almeera tercekat. Pertanyaan itu seakan menghantamnya seperti angin kencang. Almeera berusaha menghindari tatapan ayahnya sejenak, menandakan ada pertempuran batin yang tengah ia hadapi. Setelah hening yang terasa begitu panjang, Almeera mengangkat wajahnya, memberanikan diri untuk menatap Tuan Marco, meski hatinya masih goyah.“Maafkan aku, Pa. Aku tidak bisa berpisah dari Kaisar,” tutur Almeera lirih. “Aku tidak bisa meninggalkan Kaisar. Kami saling mencintai. Apalagi… bayi dalam kandunganku nanti pasti akan membutuhkan kedua orang tua yang lengkap.”Mendengar itu, ekspresi Tuan Marco mengeras. Namun, Almeera tetap melanjutkan dengan suara yang semakin mantap.“Kaisar tidak menahu mengenai apa yang dilakukan Tuan Barata di masa lalu. Dia sendiri terluka saat mengetahui ibunya telah menjadi korban.” Almeera berharap kata-katanya ini bisa meluluhkan sedikit dari amarah yang mengendap di hati Tuan Marco.Sejenak, ruangan itu terasa begitu hening. Tuan Marco hanya menatap Almeera tanpa
last updateLast Updated : 2024-11-08
Read more

Kesempatan yang Terbuka

Almeera berusaha menyembunyikan tangisnya, menghapus air mata yang jatuh dengan selembar tisu yang ia ambil dari dalam tas. Hatinya terasa perih, tetapi ia tak ingin terlihat lemah di depan sang ayah. Ia berusaha menguatkan diri, biarpun saat ini ia merasa sendirian.Di tengah kepedihan yang ia rasakan, Almeera dikejutkan oleh sentuhan lembut di tangannya. Almeera tersentak, dan mendapati Tuan Marco sudah membuka mata, memandangnya dengan tatapan yang penuh perhatian. Tuan Marco menggenggam tangan putrinya itu dengan erat. Sorot matanya melembut saat melihat mata Almeera yang berkaca-kaca.“Maafkan Papa, Meera,” bisiknya lembut. “Papa melihat kamu menangis. Kamu tak perlu sembunyikan perasaanmu di hadapan Papa.”Almeera menunduk, menghindari tatapan ayahnya. Ia merasa malu karena ketahuan menangis. Namun di saat yang sama, ada rasa lega yang merambat perlahan ke dalam hatinya. “Kalau memang itu yang kamu inginkan, Papa … akan mengizinkan Kaisar kemari,” kata Tuan Marco, suaranya pel
last updateLast Updated : 2024-11-08
Read more

Pertemuan yang Mengejutkan

Tuan Barata menelan ludah, merasa kesulitan mencerna apa yang baru saja ia dengar. Sementara itu, Kaisar yang melihat perubahan ekspresi kakeknya segera tahu ada sesuatu yang tak beres.“Ada apa, Opa?” tanya Kaisar penuh kekhawatiran.Tuan Barata menatap Kaisar, dan dengan suara berat, ia menjelaskan apa yang baru saja terjadi.“Sopir pribadi Nina menelepon… katanya Nina pingsan di lobi hotel, tubuhnya penuh luka memar. Nina sedang dirawat intensif di IGD Rumah Sakit Mulia, dan dokter mengharapkan kita bisa melihat kondisinya.”Kaisar terdiam sesaat, mencoba memahami situasi. Meski hatinya diliputi kebencian atas perbuatan-perbuatan licik Karenina sebelumnya, tetap saja mendengar kabar itu membuatnya merasa getir.“Apakah pria di bar itu yang membuatnya terluka? Kita perlu mengurus Nina. Kita harus pastikan dia mendapat perawatan yang layak,” ujar Kaisar akhirnya, meskipun suaranya terdengar berat.Tuan Barata mengangguk setuju, kendati matanya masih dipenuhi kebingungan. “Benar, Kais
last updateLast Updated : 2024-11-09
Read more

Saling Memaafkan

Dengan cepat, Tuan Marco mengalihkan pandangan kepada Almeera dengan tatapan menyalahkan. “Meera, kenapa kamu membiarkan orang ini masuk? Bukankah yang kuizinkan menjenguk hanyalah Kaisar?”Almeera tergagap, ingin menjelaskan, tetapi suara Tuan Barata mendahuluinya. “Marco, jangan salahkan Almeera. Aku yang memaksa datang, karena aku... ingin minta maaf padamu.”Suara pria tua itu terdengar lirih, menandakan ada rasa bersalah yang nyata di dalamnya. “Sudah saatnya kita menghapuskan dendam yang masih tersisa.”Ucapan Tuan Barata membuat amarah dari ayah kandung Almeera itu semakin membara. Ia langsung membentak, tubuhnya sedikit bergetar di atas brankar.“Keluar! Aku tak sudi melihatmu di sini, apalagi mendengar permintaan maafmu yang terlambat. Kau, Barata, sudah menghancurkan papaku dan sahabatku, dan kau pikir permintaan maaf bisa menghapus semua itu?”Kaisar dan Almeera be
last updateLast Updated : 2024-11-10
Read more

Siap Membuktikan

Tuan Barata hanya mengangguk, menerima syarat itu dengan lapang dada. "Terima kasih, Marco," balasnya dengan suara serak. “Yang terpenting bagiku adalah melihat pernikahan Kaisar dan Almeera tidak terkena imbas dari kesalahan yang aku perbuat dulu. Aku hanya ingin melihat cucuku bahagia, dan aku tahu, kamu pun menginginkan hal yang sama untuk putrimu.”Tuan Marco tidak membalas kata-kata itu. Sebagai gantinya, ia menganggukkan kepala sekilas, tanda bahwa pembicaraan ini sudah selesai.Tuan Barata menghela napas panjang, lalu berdiri dari kursi di samping brankar. Wajahnya tampak lelah, tetapi ada sedikit ketenangan di sana. Ia menoleh kepada Kaisar, memberikan isyarat untuk mengantarkannya ke pintu. Kaisar segera berdiri, mengikuti kakeknya keluar ruangan dengan hati-hati. Di belakang mereka, Almeera hanya tertunduk dengan wajah muram, berat hati untuk melihat kepergian Tuan Barata yang telah berjuang agar dirinya dan Kaisar mendapatkan kesempatan. Sejenak, ia hanya bisa menatap lan
last updateLast Updated : 2024-11-10
Read more

Perayaan Cinta

Usai melewati situasi yang cukup menegangkan di rumah sakit, Kaisar mengajak Almeera makan malam berdua. Ia menggenggam tangan Almeera dengan lembut, saat mereka melangkah ke dalam restoran taman yang telah ia pilih. Di sekeliling mereka, lampu-lampu kecil tergantung di pepohonan, berkelip lembut seperti bintang-bintang. Cahaya temaram itu menerangi jalan mereka menuju ke sebuah gazebo yang dihiasi dengan tanaman hijau.Di tengah gazebo, ada meja kayu dengan taplak putih dan lilin merah yang berpendar, menciptakan suasana romantis yang penuh kehangatan. Alunan musik lembut dari live band di sudut taman menambah kesan magis, mengisi udara malam dengan melodi yang menenangkan.Kaisar menggiring Almeera untuk duduk di kursi dan memastikan sang istri dalam posisi nyaman. Angin malam yang sejuk membelai lembut rambut Almeera, membuatnya tampak semakin mempesona di bawah sinar remang lilin. Almeera tersenyum penuh bahagia, matanya berbinar saat memandang Kaisar
last updateLast Updated : 2024-11-11
Read more

Pergilah, Temui Dia

Kaisar dan Almeera kembali ke apartemen setelah menyelesaikan makan malam romantis di restoran taman. Keduanya masih terlarut dalam kebahagiaan yang mendalam, berbagi tawa, dan sesekali saling menggenggam tangan sepanjang perjalanan pulang.Setibanya di apartemen, mereka langsung membersihkan diri, menikmati waktu intim dalam kebersamaan yang tenang. Usai mandi, mereka melangkah ke tempat tidur dengan hati yang hangat. Bersiap untuk pillow talk, yang selalu menjadi momen bagi mereka berbagi pikiran dan perasaan terdalam.Almeera berbaring menyamping menghadap Kaisar, matanya berbinar terang kala ia mulai bercerita. “Tadi pagi, adikku, Rifki, menelepon,” katanya dengan suara lembut. "Dia menangis, katanya kangen sekali padaku."Kaisar mengangkat tangan, menyisir lembut rambut Almeera. “Lalu, apa kamu bicara lama dengannya?” tanyanya dengan nada penuh perhatian.“Iya, Rifki terdengar sangat sedih karena aku tidak jadi menjenguk dia ke asrama,” jawab Almeera. “Sebagai gantinya, aku kiri
last updateLast Updated : 2024-11-11
Read more

Kebesaran Hati

Pagi itu, Kaisar yang masih dalam masa cuti, bersiap-siap untuk berangkat ke Bogor demi menjenguk Karenina di rumah sakit. Almeera yang bangun lebih dulu, sudah menyiapkan koper kecil untuk sang suami. Dengan senyum penuh perhatian, ia menyusun perlengkapan Kaisar, memastikan tidak ada yang tertinggal.Kaisar menatapnya dari pintu kamar, mengamati gerak-gerik istrinya yang penuh kelembutan. Hanya Almeera, satu-satunya wanita yang bisa membuatnya merasakan jatuh cinta setiap hari. “Kamu tidak mau ikut aku ke Bogor sekalian jalan-jalan, Sayang?” tanyanya sambil menyandarkan diri di kusen pintu, nada suaranya penuh harap.Almeera mengangkat wajah, tersenyum lembut, lalu menggeleng pelan.“Aku masih lelah jika harus ke luar kota, Hubby. Nanti siang, rencananya aku juga akan ke rumah sakit untuk menjenguk Papa,” jawabnya dengan nada tenang. "Aku sudah janji mau menemani Papa hari ini."Kaisar mengangguk memahami. Ia mengham
last updateLast Updated : 2024-11-12
Read more
PREV
1
...
171819202122
DMCA.com Protection Status