All Chapters of Mengejar Cinta Puteri Bangsawan: Chapter 31 - Chapter 40

69 Chapters

Bab 31

Udara dingin menggigit tubuh saat senja turun. Padahal lagi kemarau panjang, dan bukan daerah pegunungan.Hutan ini seakan mempunyai siklus berbeda."Hutan ini seakan tiada berbatas," kata Arjuna. "Sejauh mata memandang hanyalah pepohonan yang terlihat.""Perkiraanku hutan ini adalah hutan lindung. Kau sepertinya orang pertama yang menebang pohon pisang."Pemandangan di sekitar danau menggambarkan, pohon itu mati dengan sendirinya dan buahnya habis dimakan binatang."Hutan ini kelihatannya belum terjamah manusia. Ayahku kemungkinan kecil pernah berkunjung ke mari.""Lalu kujang emas membawa kita ke mari untuk apa?"Arjuna bingung mencari jawabannya. Ia meminta untuk ditunjukkan tentang keberadaan ayahnya, dan mereka terdampar di daerah yang sangat asing ini. Barangkali hutan ini petunjuk awal untuk menemukan ayahnya, mereka mesti berusaha sendiri.Usaha pertama adalah keluar dari hutan liar ini."Kujang emas sudah bikin masalah sejak berada di tanganku, kita terdampar di hutan ini a
last updateLast Updated : 2024-09-01
Read more

Bab 32

Mereka bangun saat mendengar suara berisik di tepi danau.Tampak harimau dan buaya bertarung antara hidup dan mati.Harimau kabur setelah mendapat banyak luka."Hari sudah siang," kata Arjuna. "Kita tidur lelap sekali."Matahari sudah naik sepenggalahan, udara dingin menyengat tubuh, sehingga mereka enggan untuk bersentuhan dengan air.Areal yang ditinggali mereka merupakan daerah kekuasaan buaya, saat ada binatang lain mencari mangsa, maka buaya berusaha menghalau.Pertarungan itu memperebutkan seekor kijang yang kini menjadi santapan kawanan buaya."Kita turun setelah mereka pergi dari bawah pohon," kata Arjuna. "Mereka secara tidak langsung telah menjaga kita dari binatang buas lain.""Aku syok setiap waktu terjadi pembunuhan," sahut Chitrangada dengan wajah pucat. "Kita cari tempat yang aman.""Tidak ada tempat yang aman di hutan ini. Aku sangat mengandalkan kujang emas untuk keselamatan kita."Kujang emas adalah satu-satunya perlengkapan untuk bertahan hidup. Separuh nyawanya ter
last updateLast Updated : 2024-09-02
Read more

Bab 33

Mereka menempuh perjalanan sudah bermil-mil, namun belum menemukan perkampungan.Sejauh mata memandang pemandangan yang terlihat hanyalah pepohonan dan semak belukar.Mereka senang saat menjumpai parit kecil dengan air sangat jernih."Air ini dapat menyambung hidup kita," kata Arjuna. "Dingin sekali...!"Arjuna membasuh muka, kemudian mengisi dua bumbung yang nyaris kosong.Arjuna melempar pandang ke sekitar mencari tempat untuk bermalam.Mereka bisa tidur di dahan besar dan rimbun, cukup nyaman ketimbang di atas batu ceper, ada juga pohon buah."Kita istirahat di sini," ujar Arjuna. "Kita lanjutkan perjalanan besok."Seekor ayam hutan muncul dari rumpun semak. Arjuna berjalan mengendap-endap mendekat, lalu melemparkan kujang emas.Kujang pusaka itu menghunjam tepat di bagian leher sehingga ayah hutan mati seketika.Padahal Arjuna serampangan saja melempar, kemudian kujang emas berputar balik ke arahnya, ia menangkapnya."Kujang ini bisa menjadi senjata berburu," kata Arjuna kagum. "I
last updateLast Updated : 2024-09-06
Read more

Bab 34

Hujan turun sangat deras disertai badai angin. Arjuna dan Chitrangada terbangun ketika terkena tempias hujan. Mereka mencari tempat berlindung yang aman, cuaca dingin sangat mencucuk kulit. "Aku mencari daun dulu," kata Arjuna. "Kau berlindung di balik akar." Arjuna naik ke atas pohon, menebas beberapa ranting, lalu turun dan menutupi tubuh Chitrangada. "Lumayan cukup hangat," ujar Chitrangada. "Kau tidak menutupi tubuhmu dengan daun?" "Aku tidak kedinginan." Ada aliran hangat dari kujang emas menjalar ke seluruh tubuh melindungi dirinya dari cuaca buruk. Hujan belum ada tanda berhenti, badai angin semakin menggila. "Kita beruntung bermalam di areal ini," kata Arjuna. "Di bagian lain terjadi hujan badai." Pepohonan tampak meliuk-liuk, beberapa dahan patah, hujan bercampur angin terdengar bergemeruh. Mereka cukup terlindung di bawah pohon rimbun. Keselamatan mereka terancam jika ada petir. Arjuna lega tidak ada petir hingga hujan reda. "Alam seakan marah dengan kedatangan
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

Bab 35

"Ada orang datang...!" Arjuna berbisik kepada Chitrangada yang tengah menikmati kelinci bakar. Tampak seorang kakek berpakaian resi berjalan sambil menengok ke kanan dan ke kiri seperti mencari sesuatu. Kakek itu berjalan dengan berkelebat, sehingga dalam sekejap saja sudah berada di sekitar mereka. "Ia sepertinya mencari sesuatu," bisik Chitrangada. "Apakah mungkin ia mencari dirimu?" Mereka bersembunyi di balik akar dengan wajah tegang. Arjuna memandang heran ke arah kakek berjenggot putih itu. Kelihatannya ia seorang pandita. Kakek itu berpakaian putih tanpa jahitan, kain selempang menutupi sebagian badan kurusnya. "Maksudmu ia ayahku?" Arjuna balik bertanya. "Aku ragu jika melihat selera ibuku, ia seorang perfeksionis." "Apakah ibumu masih memikirkan seleranya saat ia dikuasai nafsu? Obat yang dibubuhkan temannya barangkali sangat kuat sehingga menyilapkan matanya." "Kakek itu pergi ke mana?" Arjuna mendelik melihat kakek berselempang putih itu lenyap secara tiba-tiba
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

Bab 36

Mereka berjalan menelusuri sungai kecil yang seakan tiada ujung. "Tidak semua tanaman berbuah," kata Arjuna. "Ada juga yang berumbi." Chitrangada mengakui ia kurang pengetahuan tentang tumbuhan di hutan. Ia semakin kagum kepada Arjuna. Di balik hatinya yang dingin, tersimpan pengetahuan yang luas. "Kau mengisi waktu senggangmu dengan baca buku ya?" tanya Chitrangada. "Jadi kau lebih suka membuka-buka buku ketimbang membuka-buka...?" "Membuka-buka apa?" "Membuka-buka ... masa lalu barangkali?" Chitrangada heran mereka dapat mempertahankan hubungan selama empat tahun tanpa kehangatan. Barangkali perjalanan cinta mereka diawali dengan hati yang luka, sehingga kebersamaan bukan sekedar kemesraan. "Sejujurnya bagaimana perasaanmu kepadaku?" Arjuna terkejut mendapat pertanyaan itu. Perempuan jika dalam kesulitan sering berpikir aneh-aneh. "Apakah aku sekedar pelarian dari cinta masa lalu?" Arjuna tersenyum kecut. "Bukankah pertanyaan itu tepatnya untuk diri sendiri?" "Aku suda
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

Bab 37

Kakek berselempang putih adalah seorang resi bernama Kamandalu, ia meninggalkan pertapaan karena mendapat wangsit untuk mencari anak muda yang tersesat di hutan roban. Resi Kamandalu sudah seharian menjelajah hutan itu. "Aku mencarimu, anak muda," kata Resi Kamandalu. "Apakah kau pemilik kujang emas?" Arjuna menoleh ke arah Chitrangada dengan sinar mata seolah membenarkan perkiraannya, bahwa kakek itu adalah ayah kandungnya. Namun Arjuna sangsi, ibunya seorang perfeksionis, ia pasti mencari pertolongan ke pria lain untuk membebaskan pengaruh obat itu. "Bagaimana kakek tahu aku pemilik kujang emas? Siapa kakek ini sebenarnya?" "Namaku Kamandalu, aku seorang resi. Aku mendapat wangsit untuk mencari pemuda yang memegang kujang emas." "Jadi kakek bukan ... ayahku?" Resi Kamandalu balik bertanya, "Bagaimana kau berpikiran demikian?" Arjuna merasa perlu berterus terang untuk kejelasan asal usul kujang emas. Wangsit itu pasti ada kaitannya dengan pemilik kujang itu. "Sepe
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

Bab 38

Arjuna agak kecewa saat mendengar jawaban Resi Kamandalu yang kurang memuaskan. "Kujang itu adalah benda pusaka kerajaan Pancala. Ia mendadak hilang sewaktu Widura akan dinobatkan menjadi raja. Kujang emas adalah simbol tahta. Widura butuh kujang itu supaya diakui rakyat sebagai raja Pancala." Kujang ini berarti dibawa raja sebelumnya, pikir Arjuna. Ia kabur ke masa depan. Kemudian kujang ini tertinggal di meja hotel, barangkali ia terburu-buru pergi karena hendak ditangkap prajurit kerajaan. "Widura mencurigai kakaknya membawa kabur kujang itu. Maka itu ia mengadakan sayembara dengan hadiah sangat besar untuk menangkap Panduwinata. Selama Widura belum memegang kujang emas, maka rakyat masih mengakui Panduwinata sebagai raja." Arjuna tidak mau tahu bagaimana sampai terjadi perselisihan antara kakak beradik itu hingga terjadi kudeta. Tahta sudah membutakan Widura, tapi itu bukan persoalan dirinya. "Aku berusaha mengerti kisah ini," kata Arjuna. "Panduwinata barangkali merasa teran
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

Bab 39

Chitrangada mencoba menghibur kegundahan Arjuna, "Aku kira Datuk Cakil tidak berani gegabah kepada ibumu, ini menyangkut hubungan dua negara." "Datuk Cakil bukan warga Melayu." "Tapi ia tinggal di Melayu dan beranak pinak selama seperempat abad. Aku kira ia banyak pertimbangan untuk membuat hubungan kedua negara memanas." Datuk Cakil juga mesti mempertimbangkan anak istrinya di Kuala Lumpur. Namun semua bisa dikorbankan demi kerajaan. "Kau sudah separuh jalan untuk mencari ayahmu," kata Chitrangada. "Janganlah berhenti, boleh jadi hal ini adalah kesempatan satu-satunya." Arjuna jadi bimbang. Ia tidak mau pencarian bertahun-tahun menjadi sia-sia karena sebuah kekhawatiran. Sekarang sudah ada titik terang, kujang emas milik raja Pancala, tinggal siapa yang membawa kujang itu ke hotel bintang lima, Panduwinata atau abdi setianya. Ia kira raja terguling menyuruh ksatria untuk membawa kabur kujang emas dan akhirnya tertinggal di meja kamar atau ... sengaja ditinggal? "Kau menjadi
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

Bab 40

Resi Kamandalu terkejut saat Arjuna menyerahkan kujang emas. "Anak muda, aku hanya diberi wangsit untuk membantu dirimu, bukan mengambil kujang emas." "Kakek tidak mengambil, aku yang memberikan." "Bukan juga seperti itu." "Lalu seperti apa?" "Seperti wangsit yang kuterima, aku harus membantumu meditasi untuk mendapatkan chi yang sesuai." "Kakek lebih berguna membantuku mencari siapa tamu hotel dua puluh lima tahun silam yang membawa kujang ini," kata Arjuna. "Kakek bukan saja mendapatkan dua ratus juta ringgit dariku, juga boleh memiliki kujang ini." "Kujang ini milik kerajaan, anak muda." "Maka itu bantu aku mengembalikan kujang itu, aku tidak tahu di mana keraton Pancala, aku bahkan tidak tahu di mana ayahku berada, hidupku sial sekali." Resi Kamandalu menyerahkan kembali kujang emas, Arjuna menolaknya. "Aku kira kujang itu lebih bermanfaat bagimu." "Kita butuh kujang itu, Jun," tegur Chitrangada lembut. "Bagaimana kau bertahan hidup di hutan tanpa kujang itu?" "Kau ma
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more
PREV
1234567
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status