All Chapters of Mengejar Cinta Puteri Bangsawan: Chapter 51 - Chapter 60

69 Chapters

Bab 51

Arjuna memperkirakan ada sepuluh orang bersembunyi di balik pohon mengepung mereka. "Biarkan saja," kata Bajang. "Mereka kelihatannya mencium aroma ayam bakar. Kita kasih tulangnya nanti." "Api unggun memancing mereka untuk datang," ujar Chitrangada. "Aku kira mereka bukan orang baik-baik." "Mereka sedang mengawasi diriku," ucap Arjuna. "Mereka ingin memastikan kalau aku adalah orang yang dicari. Mereka para pemburu hadiah." "Kacamata hitam sulit untuk menyembunyikan wajahmu," tukas Larasati. "Tapi cukup untuk memperdaya mereka." Arjuna mengenakan kacamata hitam bundar bertangkai tulang ikan paus, dan jubah besar model blazer selutut. Kacamata itu membantu Arjuna dapat melihat secara jelas di kegelapan. Jubah menutupi pakaian sporty yang dikenakannya. "Mereka heran aku memakai jubah ketua," kata Arjuna. "Eyang resi sangat gegabah memberikannya kepadaku. Mereka bukan hanya mengincar kujang emas, juga jubahku." "Kau pantas menggantikan kedudukan eyang guru," ujar Bajang. "Kau
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

Bab 52

Sepuluh kakek bercaping terkejut melihat jurus yang dimainkan mereka. "Jadi kalian murid Resi Kamandalu?" ujar ketua. "Aku tidak pernah dengar ia mengambil murid." "Kupingmu berarti tertutup kotoran," ejek Bajang. Ketua tidak terpancing, ia memandang Arjuna dengan sinis. "Gurumu gegabah sekali menyerahkan jubah dan kacamata kepadamu. Ia sudah merendahkan rimba persilatan." "Dunia persilatan demikian terhormat sebelum kedatangan manusia bejat seperti kalian," sindir Chitrangada. Mereka sudah berusia di atas satu abad, seharusnya sudah memicingkan mata dari kehidupan duniawi. Bukan melajur nafsu seolah takkan pernah mati. Barangkali nafsu ini yang menyebabkan Panduwinata mendirikan kerajaan baru ketimbang bergabung dengan Demak. "Aku sulit berbaik hati dengan kelancangan mulutmu," geram Subekti. "Kau pikir aku ragu untuk berbuat kasar?" Ketua menegur, "Jangan sampai lecet, Subekti...!" Chitrangada hampir muntah mendengar omongan cabul itu. Bagaimana masa mudanya jika di usia
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

Bab 53

Arjuna belajar tai chi sesuai keinginan, ia menolak untuk belajar jurus Gadis Menenun dan Menolak Monyet. Arjuna merasa cukup mempelajari jurus Menangkap Ekor Merak, Bangau Putih Melebarkan Sayap, Kuda Liar Membelah Surai, Ular Merayap Turun, Menepuk Punggung Kuda, dan Mengambil Jarum Dalam Lautan. Jadi satu-satunya manusia di kerajaan Pancala yang menguasai delapan jurus legendaris tai chi adalah Resi Kamandalu. "Gantilah dengan jurus Bangau Putih Melebarkan Sayap atau Mengambil Jarum Dalam Lautan," perintah Arjuna. "Atau sekalian kau kubikin belo." "Goyanganku sangat erotis ya?" "Goyanganmu sungguh menyebalkan." Sebetulnya Arjuna suka jika perempuan yang memperagakan. Chitrangada mula-mula sangat kaku, kemudian goyangannya menjadi sangat erotis ketimbang Larasati. Mereka berimprovisasi. Dua murid salah kaprah. Arjuna heran mereka hendak menjadi srikandi atau kupu-kupu malam. Goyangan itu mengingatkan Arjuna kepada Kirana dan Ulupi di suatu masa dalam catatan masa lalu yang
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

Bab 54

"Pulanglah kalian ke alam abadi!"Arjuna menggunakan jurus Memukul Punggung Kuda untuk mengirim mereka ke neraka. Tiga tokoh sesat yang tersisa mulai gentar melihat kawan mereka dibuat kelojotan dalam sekejap. Yang Luchan muncul di Jawa Dwipa, berarti rimba persilatan dalam bahaya, terjajah oleh kekuatan asing. Sementara Chitrangada meledek musuhnya, "Kau sangat payah! Kepandaianmu belum cukup untuk menjadikan diriku selimut tidurmu!" "Aku kira Resi Kamandalu telah keliru mengangkat murid!" balas ketua. "Kalian manusia yang sangat kejam!" Ia dan Subekti menggunakan caping untuk meladeni permainan pedang Chitrangada dan Larasati. Kekuatan pedang kembar sungguh luar biasa. Tangan mereka seperti tersengat listrik setiap kali terjadi bentrokan, padahal chi mereka setingkat lebih tinggi. Sekali waktu caping terlepas dari tangan ketua, ia tak ada kesempatan untuk mengambil caping yang tergeletak di tanah, liukan pedang mengincar leher dengan gencar. "Ada lagi senjatamu untuk mengha
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

Bab 55

Arjuna dan Bajang tercengang mendengar pengakuan Subekti. Sepuluh Utusan dari Neraka rupanya kakek kaya raya. "Kami tahu perempuan seperti dirimu jijik menjadi selimut tua bangka," kata Subekti. "Uang menjadikan mereka bersedia tidur bersama kami." "Jangan samakan aku dengan mereka!" bentak Larasati. "Tidak semua perempuan bisa dibeli dengan uang!" Kakek berjanggut putih menertawakan wakilnya. "Kau bodoh sekali, Subekti! Kau pikir kejujuranmu dapat melumpuhkan hatinya? Ia dayang puteri keraton! Sudah barang tentu tidak kekurangan uang!" Larasati jengkel disebut dayang, ia menyesal berpakaian kontras dengan Chitrangada. Seharusnya ia berpakaian bangsawan, sebab ia keturunan pembesar istana. Tapi ia khawatir dikenali musuh ayahnya. Kebiasaan mereka adalah menilai dari penampilan. Jadi ia harus menerima disebut dayang. "Aku ingin memeriksa kuda mereka," kata Bajang. "Mereka berdusta atau jujur." Bajang pergi ke deretan pepohonan besar di mana sepuluh kuda tertambat. Ia membawa
last updateLast Updated : 2025-03-18
Read more

Bab 56

Arjuna berkata dengan bijak, "Mereka tokoh golongan hitam, bukan berarti segala yang dilakukan serba hitam. Bisa saja mereka berselisih paham dengan golongan putih, lalu bergabung dengan golongan hitam." "Golongan hitam adalah kumpulan penjahat, pembuat onar, dan tokoh sesat lainnya," sahut Larasati. "Tidak ada kebaikan dalam diri mereka." "Lalu kenapa Widura tidak dicap golongan hitam?" balik Arjuna. "Padahal ia sudah melakukan kudeta dan menindas rakyat." Sederhana saja, jika makanan dan uang itu hasil rampokan, tinggal dikembalikan kepada pemiliknya, dan makanan diganti dengan uang. Memperumit masalah sederhana adalah tindakan bodoh, menyulitkan diri sendiri. "Sewaktu aku memeriksa pelana kuda mereka, aku melihat ada beberapa orang berkelebat kabur," kata Bajang. "Aku ingin mengejar, tapi kuatir tersesat." "Berarti daerah ini tidak aman," ujar Chitrangada. "Kita mesti berangkat sekarang juga." "Jangan menyusahkan diri sendiri," tukas Arjuna. "Melakukan perjalanan di malam h
last updateLast Updated : 2025-03-18
Read more

Bab 57

Mereka bangun saat matahari memancarkan sinarnya. Mereka kaget melihat mayat yang bergeletakan di tanah lenyap. "Apakah mereka hidup kembali?" ujar Larasati. "Lalu pergi diam-diam." Bajang menimpali, "Jangan-jangan benar utusan dari neraka." "Untuk membawamu ke neraka maksudnya?" sindir Chitrangada. "Coba periksa milik kalian ada yang hilang tidak, milik yang paling berharga." "Semua yang ada pada diriku sangat berharga." Arjuna muncul sambil membawa kantong berisi air nira. Kemarin sore Arjuna menyadap nira, pagi-pagi diambil. Tuak nira sangat manis dan nikmat. "Kalian cari apa?" tanya Arjuna melihat mereka mondar-mandir di sekitar pohon. "Mayat hilang," jawab Larasati. "Waktu kau bangun mayat itu ada tidak?" "Ada." "Nah, berarti benar mereka hidup lagi!" "Mayat itu aku pindahkan ke punggung kuda, kemudian kuda membawa pergi." Biasanya kuda akan membawa majikannya pulang. Arjuna ingin mereka dikebumikan secara layak. Mereka akan menjadi santapan bina
last updateLast Updated : 2025-03-20
Read more

Bab 58

Tiga komandan legiun berpakaian lengkap melompat turun dari dahan pohon. Puluhan prajurit keluar dari rumpun semak mengepung mereka. "Aku senang kalian menampakkan diri," kata Bajang tenang. "Aku kira kalian lagi main petak umpet." Padahal Bajang kaget melihat kemunculan mereka. Ia tidak tahu di balik rumpun semak ada prajurit mengintai. "Bagaimana kalau kau main pengantin-pengantinan?" ujar Arjuna. "Aku lihat ada perempuan bersembunyi bersama dua prajurit." Perempuan yang bersembunyi di rumpun ilalang bangkit berdiri. Chitrangada terkejut melihat perempuan itu. Ia diapit dua prajurit dengan tubuh dirantai. Wajah dan pakaiannya sangat lusuh. "Ulupi...!" pekik Chitrangada tertahan. "Kau kenal perempuan ini?" selidik prajurit. "Apakah ia temanmu?" "Pertanyaanmu aneh sekali," sindir Bajang. "Sudah jelas puteri keraton memanggil namanya, berarti ia kenal." Kepala legiun senior tercengang. "Puteri keraton...?" "Ya," sahut Arjuna. "Puteri Sultan Trenggono ... Ratu Kal
last updateLast Updated : 2025-03-20
Read more

Bab 59

Chitrangada terkejut. "Bagaimana kau bisa memikirkan pria lain padahal sebentar lagi menikah?" Sebelum menempuh perjalanan waktu ke masa lampau, Ulupi beberapa hari lagi menikah dengan Tun Ghazar. Semestinya ia memikirkan persiapan pesta, bukan memikirkan Arjuna. "Pertemuanku dengannya membuka kembali catatan masa lalu yang belum tertutup sepenuhnya." Celaka. Kalau semua mantan Arjuna cintanya bersemi kembali, berapa banyak perempuan yang ikut pergi bersamanya ke era ini! Chitrangada akan sibuk meredam kebisingan hatinya, ketimbang membantu Arjuna mencari ayahnya. Mereka belum menemukan titik terang. Sulit mendapatkan petunjuk tentang keberadaan Senopati Aryaseta. "Bagaimana ceritanya kau sampai tertangkap prajurit istana?" "Aku sedang mencari kingkong sahabatku, aku terjerat perangkap binatang yang mereka pasang. Mereka rupanya lagi berburu." "Pantas tubuhmu sangat dekil." "Aku belum pernah mandi sejak kedatanganku ke hutan ini. Aku belum mampu menaklukkan anaconda
last updateLast Updated : 2025-03-22
Read more

Bab 60

Ulupi muncul bersama kingkong di saat matahari sudah tenggelam. "Kau pergi lama sekali," kata Chitrangada. "Aku kuatir terjadi apa-apa." "Aku berusaha membujuk sahabatku untuk ikut," sahut Ulupi. "Ia takut kalian keberatan mengembara bersamanya." "Tentu saja tidak," jawab Larasati. "Aku senang banyak teman." Sahabat Ulupi ini adalah spesies gorila timur, tinggi sekitar dua meter, berat dua kuintal lebih, memiliki otot sangat kuat, dapat memukul dan mematahkan anggota tubuh lawan, bisa mengangkut beban sepuluh kali lipat dari berat badannya. Kingkong adalah binatang mandiri. Jadi tidak akan menyusahkan dalam perjalanan. "Namanya siapa?" tanya Chitrangada. "Panggil saja Kong," jawab Ulupi. "Aku biasa memanggil begitu." "Kelihatannya Kong kurang suka sama aku," ujar Bajang. "Ia tidak mencium pipiku seperti pada kalian." "Aku saja enek," gerutu Larasati. "Bisa-bisanya Sang Hyang Tunggal menciptakan manusia sejelek itu." Bajang mengangkat ayam bakar dari tungku api, sea
last updateLast Updated : 2025-03-23
Read more
PREV
1234567
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status