Share

Bab 57

Author: Enday Hidayat
last update Last Updated: 2025-03-20 01:01:04

Mereka bangun saat matahari memancarkan sinarnya.

Mereka kaget melihat mayat yang bergeletakan di tanah lenyap.

"Apakah mereka hidup kembali?" ujar Larasati. "Lalu pergi diam-diam."

Bajang menimpali, "Jangan-jangan benar utusan dari neraka."

"Untuk membawamu ke neraka maksudnya?" sindir Chitrangada.

"Coba periksa milik kalian ada yang hilang tidak, milik yang paling berharga."

"Semua yang ada pada diriku sangat berharga."

Arjuna muncul sambil membawa kantong berisi air nira.

Kemarin sore Arjuna menyadap nira, pagi-pagi diambil.

Tuak nira sangat manis dan nikmat.

"Kalian cari apa?" tanya Arjuna melihat mereka mondar-mandir di sekitar pohon.

"Mayat hilang," jawab Larasati. "Waktu kau bangun mayat itu ada tidak?"

"Ada."

"Nah, berarti benar mereka hidup lagi!"

"Mayat itu aku pindahkan ke punggung kuda, kemudian kuda membawa pergi."

Biasanya kuda akan membawa majikannya pulang.

Arjuna ingin mereka dikebumikan secara layak.

Mereka akan menjadi santapan bina
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 58

    Tiga komandan legiun berpakaian lengkap melompat turun dari dahan pohon. Puluhan prajurit keluar dari rumpun semak mengepung mereka. "Aku senang kalian menampakkan diri," kata Bajang tenang. "Aku kira kalian lagi main petak umpet." Padahal Bajang kaget melihat kemunculan mereka. Ia tidak tahu di balik rumpun semak ada prajurit mengintai. "Bagaimana kalau kau main pengantin-pengantinan?" ujar Arjuna. "Aku lihat ada perempuan bersembunyi bersama dua prajurit." Perempuan yang bersembunyi di rumpun ilalang bangkit berdiri. Chitrangada terkejut melihat perempuan itu. Ia diapit dua prajurit dengan tubuh dirantai. Wajah dan pakaiannya sangat lusuh. "Ulupi...!" pekik Chitrangada tertahan. "Kau kenal perempuan ini?" selidik prajurit. "Apakah ia temanmu?" "Pertanyaanmu aneh sekali," sindir Bajang. "Sudah jelas puteri keraton memanggil namanya, berarti ia kenal." Kepala legiun senior tercengang. "Puteri keraton...?" "Ya," sahut Arjuna. "Puteri Sultan Trenggono ... Ratu Kal

    Last Updated : 2025-03-20
  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 59

    Chitrangada terkejut. "Bagaimana kau bisa memikirkan pria lain padahal sebentar lagi menikah?" Sebelum menempuh perjalanan waktu ke masa lampau, Ulupi beberapa hari lagi menikah dengan Tun Ghazar. Semestinya ia memikirkan persiapan pesta, bukan memikirkan Arjuna. "Pertemuanku dengannya membuka kembali catatan masa lalu yang belum tertutup sepenuhnya." Celaka. Kalau semua mantan Arjuna cintanya bersemi kembali, berapa banyak perempuan yang ikut pergi bersamanya ke era ini! Chitrangada akan sibuk meredam kebisingan hatinya, ketimbang membantu Arjuna mencari ayahnya. Mereka belum menemukan titik terang. Sulit mendapatkan petunjuk tentang keberadaan Senopati Aryaseta. "Bagaimana ceritanya kau sampai tertangkap prajurit istana?" "Aku sedang mencari kingkong sahabatku, aku terjerat perangkap binatang yang mereka pasang. Mereka rupanya lagi berburu." "Pantas tubuhmu sangat dekil." "Aku belum pernah mandi sejak kedatanganku ke hutan ini. Aku belum mampu menaklukkan anaconda

    Last Updated : 2025-03-22
  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 60

    Ulupi muncul bersama kingkong di saat matahari sudah tenggelam. "Kau pergi lama sekali," kata Chitrangada. "Aku kuatir terjadi apa-apa." "Aku berusaha membujuk sahabatku untuk ikut," sahut Ulupi. "Ia takut kalian keberatan mengembara bersamanya." "Tentu saja tidak," jawab Larasati. "Aku senang banyak teman." Sahabat Ulupi ini adalah spesies gorila timur, tinggi sekitar dua meter, berat dua kuintal lebih, memiliki otot sangat kuat, dapat memukul dan mematahkan anggota tubuh lawan, bisa mengangkut beban sepuluh kali lipat dari berat badannya. Kingkong adalah binatang mandiri. Jadi tidak akan menyusahkan dalam perjalanan. "Namanya siapa?" tanya Chitrangada. "Panggil saja Kong," jawab Ulupi. "Aku biasa memanggil begitu." "Kelihatannya Kong kurang suka sama aku," ujar Bajang. "Ia tidak mencium pipiku seperti pada kalian." "Aku saja enek," gerutu Larasati. "Bisa-bisanya Sang Hyang Tunggal menciptakan manusia sejelek itu." Bajang mengangkat ayam bakar dari tungku api, sea

    Last Updated : 2025-03-23
  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 61

    Beberapa jam lalu Arjuna menelusuri tepian sungai mencari Ulupi, tiba-tiba anaconda muncul dari permukaan air dan menyambar dirinya. Arjuna menghindar dengan berjumpalitan di udara, anaconda memburu, merasa terdesak ia mengeluarkan kujang pusaka. Anaconda terdiam kaku dengan mata tak berkedip memperhatikan kujang yang dipegangnya. Kemudian wujudnya berubah menjadi sosok ratu cantik jelita. "Jadi kau pemuda yang bernama Arjuna?" tanya sang ratu. "Aku mendapat wangsit untuk menunggumu di sungai ular." Arjuna mengusap-usap kepala. Ia jadi penasaran siapa sebenarnya yang memberi wangsit itu. "Leluhur Jawa Dwipa memberi wangsit padaku," kata sang ratu. "Resi Kamandalu juga menerima wangsit dari sosok yang sama." "Kau juga ingin menurunkan ilmu padaku?" Arjuna tampak lesu. Sebenarnya ia tidak butuh ilmu kanuragan, ia butuh informasi tentang ayahnya. "Aku sudah menunggumu selama ratusan tahun. Aku diminta untuk menyerahkan beberapa kitab kuno dan pedang Mustika Manik kepadamu sebaga

    Last Updated : 2025-03-23
  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 62

    Kitab itu berusia ribuan tahun, dan tertulis pesan supaya dihancurkan setelah dipelajari. Inti dari ajaran itu adalah meditasi, menyatukan ruh dan jasad dengan semesta alam untuk mengendalikan energi tubuh dalam mencapai tujuan tertentu. Meditasi yang diajarkan Resi Kamandalu berguna sekali, menjadi dasar untuk menguasai ilmu dalam kitab kuno itu. "Ajian Saifi Angin adalah ilmu meringankan tubuh dan berpindah tempat." Arjuna membaca aksara kuno pada lembaran mukadimah. "Ilmu ginkang tertinggi di Jawa Dwipa, satu tingkat di atas Kidang Kuning dan Asma Gunting." Ajian Saifi Angin adalah ilmu para wali di pantai utara, ilmu ini sering digunakan untuk pertemuan di lokasi yang jauh dengan padepokan mereka. Arjuna heran bagaimana ilmu itu tercatat di kitab ribuan tahun lalu, kemudian dimiliki para wali. Apakah ada kitab lain? Padahal kitab ini adalah kitab satu-satunya. Barangkali hasil tirakat dengan menggabungkan ruh dan jasad dalam kegaiban alam semesta. "Eyang resi saja

    Last Updated : 2025-03-24
  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 63

    Arjuna keluar dari goa. Ia cukup lama menunggu, tapi ratu ular tidak muncul. Arjuna melihat mereka menunggunya di pinggir sungai. Mereka tampak ceria, kekhawatiran mendapat serangan anaconda hanyalah kesalahpahaman belaka. "Kau cepat sekali muncul," kata Chitrangada. "Aku kira purnama depan baru selesai." Arjuna dapat menguasai kitab kuno dengan cepat berkat bantuan energi kujang emas. Arjuna demikian mudah mempelajari gerakan- gerakan di dalam kitab, termasuk jurus pedang. Kujang emas adalah separuh jiwanya. "Aku tidak melihat ratu ular," kata Arjuna. "Apakah kalian membunuhnya?" "Ratu ular pergi ke hilir sungai," sahut Chitrangada. "Ia ingin bersenang-senang karena sudah bebas menjalankan tugas." "Ia tampak kecewa," bisik Bajang. "Ia sudah menunggu ratusan tahun tapi tidak mendapatkan upah." Arjuna tersenyum kecut. "Aku menunggunya di dalam goa." Arjuna tahu apa yang diinginkan ratu ular, tapi ia malah pergi tanpa pamit. Arjuna hanya dingin kepada calon istrinya, Chitra

    Last Updated : 2025-03-24
  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 64

    Arjuna menghentikan kudanya. Lima pendekar dengan rambut panjang dipilin menghalangi jalan kudanya. "Jadi kabar yang tersiar benar," kata pendekar berkumis panjang. Kuku tangannya juga panjang. Wajah saja yang menjadikan dirinya pantas disebut lelaki. "Resi Kamandalu sudah menyerahkan ketua rimba persilatan kepada muridnya." "Resi Kamandalu terlalu merendahkan kita," ujar pendekar berjenggot panjang bak rambut jagung. "Padahal seharusnya diadakan kompetisi untuk menentukan siapa yang paling pantas." "Arjuna!" seru pendekar berhidung buntet persis burung kakatua. "Kau serahkan pataka ketua secara baik-baik, atau kami paksa!" Arjuna heran mereka mengenal dirinya. Ia baru bertarung dengan Sepuluh Utusan Neraka dan semua tewas, kemudian berjumpa dengan legiun prajurit. Mereka berhasil dilumpuhkan dengan racun kodok emas dan lupa dengan kejadian itu, seakan mereka tak pernah berjumpa. Lalu lima pendekar itu mendapat kabar dari mana? Barangkali ada pendekar yang luput dari perhatian

    Last Updated : 2025-03-25
  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 65

    Perjalanan jadi kurang menyenangkan, keributan terjadi hampir di sepanjang jalan. Bajang memilih diam, Kong juga. Ketiga perempuan itu tidak puas dengan keputusan Arjuna menyerahkan pataka dan kujang emas. Padahal Arjuna seharusnya menjaga baik-baik, melaksanakan amanat gurunya dengan penuh tanggung jawab. "Kelihatannya kalian begitu ingin aku menjadi ketua persilatan," kata Arjuna. "Padahal aku sendiri ingin pulang secepatnya." "Kau sudah jauh melangkah," sahut Chitrangada. "Sekarang kau ingin pulang tanpa ayahmu." "Apakah aku bilang begitu tadi? Jangan berasumsi." "Bagaimana kau pulang secepatnya dengan membawa ayahmu?" Mereka melewati dataran rumput hijau yang dikelilingi pepohonan. Arjuna turun dan melepas kuda untuk makan sekenyang-kenyangnya. Kemudian ia mencari air untuk minumnya. Bajang dan kingkong turut pergi mencari air. "Aku dapat membaca siasatmu, maka itu aku diam," kata Bajang. "Kau ingin menghemat energi dengan membiarkan mereka bertarung memperebutkan patak

    Last Updated : 2025-03-25

Latest chapter

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 69

    Sebuah kereta dengan enam penumpang berwajah sangar melaju cukup kencang di atas jalan berkerikil. Di belakang kereta itu terdapat tali yang menarik beberapa pendekar dengan tubuh terikat rantai. Dua orang tampak terseret karena tidak kuat lagi berlari. Pakaian robek-robek. Tapi tidak ada sepotong keluhan pun meluncur dari mulut mereka. Mereka adalah pengikut setia Senopati Aryaseta yang terbongkar penyamarannya. "Aku kira Senopati Aryaseta sudah keluar kalau ada di hutan roban," kata Ki Jagatnata. "Ia pasti marah orang-orangnya diperlakukan seperti binatang." "Hutan roban sangat luas, kita belum separuhnya menempuh perjalanan," ujar Ki Trenggalek. "Bagaimana jika persembunyian mereka berada di perbatasan dengan Laut Selatan? Usaha kita sia-sia." "Aku kira senopati takut melihat kita," tukas Ki Amarta. "Lima Peminum Teh adalah penguasa kegelapan." Mereka sedang memancing Senopati Aryaseta untuk keluar dari sarangnya. Tersiar kabar bahwa senopati itu berada di hutan roban.

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 68

    Kong berhasil mengalahkan si Surai Singa dan membiarkan kabur dengan menunggang kuda. Pendekar berkumis panjang itu takkan bertahan lama dengan luka dalam di dadanya, ia akan tewas sebelum sampai perkampungan.Kong menyodorkan kacamata hitam dan jubah kepada Arjuna. "Buat kau saja," kata Arjuna. "Kau cocok pakai jubah dan kacamata." Kong tampak senang sekali. Ia segera memakai jubah dan kacamata. Dengan pataka itu Kong secara otomatis menjadi ketua rimba persilatan. Ia akan banyak musuh dan paling diburu para pendekar. "Kau akan membuat gempar dunia persilatan," komentar Bajang. "Manusia dipimpin binatang." "Asal jangan pemimpin binatang," kata Ulupi. "Kong binatang berhati manusia." "Maksudmu apa memberikan pataka pada Kong?" tanya Larasati separuh protes. "Kau ingin merendahkan dunia persilatan?" "Aku mempersilakan siapa saja mengambil pataka dari Kong jika merasa direndahkan." Larasati terlalu kaku dengan peradaban sehingga sulit berpikir objektif. Siapapun berhak menja

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 67

    Mereka berhenti di antara pepohonan besar. Mata mereka melayang ke dataran rumput di lereng hutan. Si Surai Singa tampak tertawa terbahak-bahak menyaksikan empat kawannya yang terkapar mati. "Ha ha ha! Sekarang kalian mengakui bahwa akulah yang pantas menjadi ketua rimba persilatan!" Larasati memandang sinis. "Demi pataka ketua, mereka sampai saling bunuh sesama kawan, naif sekali." "Arjuna sudah tahu hal ini akan terjadi," ujar Bajang. "Makanya ia menyerahkan pataka itu untuk mengurangi kekuatan musuh. Menghemat tenaga." Larasati mengakui Arjuna berotak cerdik. Ia malu sendiri teringat perkataannya yang kurang pantas beberapa waktu lalu. Resi Kamandalu pernah memberi tahu para pendekar berilmu tinggi yang malang-melintang di rimba persilatan, di antaranya si Surai Singa dan komplotannya. Mereka pemberontak yang melarikan diri dari Jepara, buronan Ratu Kalinyamat. "Sayang sekali kujang emas terbang entah ke mana! Pataka ketua sudah cukup bagiku! Aku akan kaya raya den

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 66

    Mereka meneruskan perjalanan setelah memberi makanan cukup pada kuda. Chitrangada belum selesai dengan persoalan pataka dan kujang emas. "Kau belum menjawab pertanyaanku," kata Chitrangada. "Pertanyaan apa?" "Bagaimana kau pulang secepatnya dengan membawa ayahmu?" Arjuna tahu jawaban dari pertanyaan itu sangat menentukan masa depan mereka. Chitrangada kelihatannya butuh kepastian. Padahal Arjuna sudah menghindari pertanyaan itu. Chitrangada seharusnya tahu bahwa Arjuna menyerahkan keputusan kepadanya. "Aku menunggu takdir," jawab Arjuna. "Aku sudah cukup berusaha untuk menemukan ayahku." "Kau kelihatannya menyerah." Arjuna sudah banyak menjumpai kekecewaan dalam pencarian ini, bahkan ia menjadi sosok yang tak diharapkannya. Arjuna mendapat warisan ilmu kuno untuk menguasai dunia, menjadi pejuang kebenaran di masa lampau dan masa depan. Padahal kebenaran adalah relatif. Tergantung di mana bumi dipijak. "Menyerah dan menyadari perbuatan bodoh adalah dua hal yan

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 65

    Perjalanan jadi kurang menyenangkan, keributan terjadi hampir di sepanjang jalan. Bajang memilih diam, Kong juga. Ketiga perempuan itu tidak puas dengan keputusan Arjuna menyerahkan pataka dan kujang emas. Padahal Arjuna seharusnya menjaga baik-baik, melaksanakan amanat gurunya dengan penuh tanggung jawab. "Kelihatannya kalian begitu ingin aku menjadi ketua persilatan," kata Arjuna. "Padahal aku sendiri ingin pulang secepatnya." "Kau sudah jauh melangkah," sahut Chitrangada. "Sekarang kau ingin pulang tanpa ayahmu." "Apakah aku bilang begitu tadi? Jangan berasumsi." "Bagaimana kau pulang secepatnya dengan membawa ayahmu?" Mereka melewati dataran rumput hijau yang dikelilingi pepohonan. Arjuna turun dan melepas kuda untuk makan sekenyang-kenyangnya. Kemudian ia mencari air untuk minumnya. Bajang dan kingkong turut pergi mencari air. "Aku dapat membaca siasatmu, maka itu aku diam," kata Bajang. "Kau ingin menghemat energi dengan membiarkan mereka bertarung memperebutkan patak

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 64

    Arjuna menghentikan kudanya. Lima pendekar dengan rambut panjang dipilin menghalangi jalan kudanya. "Jadi kabar yang tersiar benar," kata pendekar berkumis panjang. Kuku tangannya juga panjang. Wajah saja yang menjadikan dirinya pantas disebut lelaki. "Resi Kamandalu sudah menyerahkan ketua rimba persilatan kepada muridnya." "Resi Kamandalu terlalu merendahkan kita," ujar pendekar berjenggot panjang bak rambut jagung. "Padahal seharusnya diadakan kompetisi untuk menentukan siapa yang paling pantas." "Arjuna!" seru pendekar berhidung buntet persis burung kakatua. "Kau serahkan pataka ketua secara baik-baik, atau kami paksa!" Arjuna heran mereka mengenal dirinya. Ia baru bertarung dengan Sepuluh Utusan Neraka dan semua tewas, kemudian berjumpa dengan legiun prajurit. Mereka berhasil dilumpuhkan dengan racun kodok emas dan lupa dengan kejadian itu, seakan mereka tak pernah berjumpa. Lalu lima pendekar itu mendapat kabar dari mana? Barangkali ada pendekar yang luput dari perhatian

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 63

    Arjuna keluar dari goa. Ia cukup lama menunggu, tapi ratu ular tidak muncul. Arjuna melihat mereka menunggunya di pinggir sungai. Mereka tampak ceria, kekhawatiran mendapat serangan anaconda hanyalah kesalahpahaman belaka. "Kau cepat sekali muncul," kata Chitrangada. "Aku kira purnama depan baru selesai." Arjuna dapat menguasai kitab kuno dengan cepat berkat bantuan energi kujang emas. Arjuna demikian mudah mempelajari gerakan- gerakan di dalam kitab, termasuk jurus pedang. Kujang emas adalah separuh jiwanya. "Aku tidak melihat ratu ular," kata Arjuna. "Apakah kalian membunuhnya?" "Ratu ular pergi ke hilir sungai," sahut Chitrangada. "Ia ingin bersenang-senang karena sudah bebas menjalankan tugas." "Ia tampak kecewa," bisik Bajang. "Ia sudah menunggu ratusan tahun tapi tidak mendapatkan upah." Arjuna tersenyum kecut. "Aku menunggunya di dalam goa." Arjuna tahu apa yang diinginkan ratu ular, tapi ia malah pergi tanpa pamit. Arjuna hanya dingin kepada calon istrinya, Chitra

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 62

    Kitab itu berusia ribuan tahun, dan tertulis pesan supaya dihancurkan setelah dipelajari. Inti dari ajaran itu adalah meditasi, menyatukan ruh dan jasad dengan semesta alam untuk mengendalikan energi tubuh dalam mencapai tujuan tertentu. Meditasi yang diajarkan Resi Kamandalu berguna sekali, menjadi dasar untuk menguasai ilmu dalam kitab kuno itu. "Ajian Saifi Angin adalah ilmu meringankan tubuh dan berpindah tempat." Arjuna membaca aksara kuno pada lembaran mukadimah. "Ilmu ginkang tertinggi di Jawa Dwipa, satu tingkat di atas Kidang Kuning dan Asma Gunting." Ajian Saifi Angin adalah ilmu para wali di pantai utara, ilmu ini sering digunakan untuk pertemuan di lokasi yang jauh dengan padepokan mereka. Arjuna heran bagaimana ilmu itu tercatat di kitab ribuan tahun lalu, kemudian dimiliki para wali. Apakah ada kitab lain? Padahal kitab ini adalah kitab satu-satunya. Barangkali hasil tirakat dengan menggabungkan ruh dan jasad dalam kegaiban alam semesta. "Eyang resi saja

  • Mengejar Cinta Puteri Bangsawan   Bab 61

    Beberapa jam lalu Arjuna menelusuri tepian sungai mencari Ulupi, tiba-tiba anaconda muncul dari permukaan air dan menyambar dirinya. Arjuna menghindar dengan berjumpalitan di udara, anaconda memburu, merasa terdesak ia mengeluarkan kujang pusaka. Anaconda terdiam kaku dengan mata tak berkedip memperhatikan kujang yang dipegangnya. Kemudian wujudnya berubah menjadi sosok ratu cantik jelita. "Jadi kau pemuda yang bernama Arjuna?" tanya sang ratu. "Aku mendapat wangsit untuk menunggumu di sungai ular." Arjuna mengusap-usap kepala. Ia jadi penasaran siapa sebenarnya yang memberi wangsit itu. "Leluhur Jawa Dwipa memberi wangsit padaku," kata sang ratu. "Resi Kamandalu juga menerima wangsit dari sosok yang sama." "Kau juga ingin menurunkan ilmu padaku?" Arjuna tampak lesu. Sebenarnya ia tidak butuh ilmu kanuragan, ia butuh informasi tentang ayahnya. "Aku sudah menunggumu selama ratusan tahun. Aku diminta untuk menyerahkan beberapa kitab kuno dan pedang Mustika Manik kepadamu sebaga

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status