All Chapters of Kelakuan Aneh Mertua dan Suamiku Saat Aku Pulang Kampung : Chapter 31 - Chapter 40

51 Chapters

Apa Ibu Berpura-pura?

Kalau aku, jika dihubungi, aku kan balas. Jika tidak, ya tidak usah memulai untuk menghubungi.Kemudian, ada notifikasi pesan di aplikasi hijau. Saat kubuka, ternyata dari nomor baru. Di situ ada video saat Kang Rahman berbicara dengan beberapa orang. Ada Dilla dan dua orang lagi.Kudengarkan percakapan di video itu. Mereka membahas surat dari almarhumah istri Kang Rahman. Isinya ternyata menyuruh Kang Rahman untuk menikahi Dilla.Kang Rahman mencoba menolak melakukan itu, namun kedua orangtua almarhumah Hani memaksa Kang Rahman menerima Dilla jadi istrinya.Kang Rahman tetap nggak mau. Akhirnya Kang Rahman setuju jika kedua anaknya setuju juga. Aku tak tau maksud si pengirim dalam mengirimkan video ini padaku. Aku bukan apa-apanya Kang Rahman. Tapi aku malah diberi video ini. Kubuka info si pengirim, ternyata foto Dilla dengan nama Dill. Itu berarti benar, si empunya nomor WhatsApp ini adalah Dilla. Aku tak mau membalasnya. Buat apa dibalas juga? Aku tak ada sangkut pautnya dengan
last updateLast Updated : 2024-06-24
Read more

Ibu Kemana?

Apa ini hanya strategi ibu saja? Iya begitu menginginkan untuk menginap di sini. Sebaiknya ku telepon Susi untuk membawa pulang Ibu dari sini. Mungkin Susi sendiri akan merasa malu jika mertuanya malah menginap di rumahku."Sebentar ya Bu, aku mau ke dalam dulu!" Kutinggalkan ibu sendiri di ruang tamu.Kemudian di dalam kamar, aku menelepon Susi."Halo Susi, jemputlah ibu mertuamu ini. Sedari siang, Ibu sudah di sini dan tak mau pulang sampai sekarang," ungkapku pada Susi di telepon."Apa Ibu ada di rumahmu? Kata ibu tadi akan melihat rumah di kampung.""Maksudmu apa? Apa Ibu mau melihat rumah lama kami?" tanyaku."Ya, rumah lama itu sudah kembali ke tangan ibu," jawab Susi."Kok bisa? bukannya sudah ada yang menebus?" tanyaku."Kamu terlalu polos, Alma. Oh ya, kamu polos apa bod*h ya?" Susi mulai menjengkelkan."Tapi sejak siang ibu ada di rumahku. Justru kamu yang dibod*hi," jawabku."Terserah kamu saja, yang penting aku tahu rahasia itu. Itulah yang membuatmu terlihat b*doh!" ucapn
last updateLast Updated : 2024-06-24
Read more

Mencari Ibu

"Baiklah, Sus. Aku pergi dulu ya!"Kemudian aku menyusuri jalan pelan-pelan. Mencarinya di kanan dan kiri, mungkin Ibu belum jauh berjalan. Kuingat-ingat pakaian Ibu hari ini.Semua terekam dalam ingatanku, lalu aku mencarinya terus. Namun masih belum menemukannya juga.Saat putus asa, aku berhenti dulu di sebuah taman kota. Kuparkirkan mobil tak jauh dari kursi taman. Aku duduk di sana sembari memandangi langit yang hitam pekat. Tentunya sambil berdoa agar Ibu baik-baik saja dan segera bisa kutemukan. Terdengar suara ponsel, Kang Ikbal menelepon."Alma, kamu gimana sih, kok bisa Ibu menghilang di rumahmu?" tanya Kang Ikbal. "Maaf Kang. Aku juga nggak tau Ibu bakal pergi. Karena aku hanya menelepon Susi dari kamar, Ibu kutinggal di ruang tamu," sahutku"Makanya jadi orang harus ikhlas. Ada orang tua datang dan mau menginap, kamu nggak mau menampung Ibu sehingga menelepon Susi. Kamu nggak tau pengorbanan Ibu merawat anak-anak," katanya.Aku diam, walau Ibu jahat tapi ia tetap merawat
last updateLast Updated : 2024-06-24
Read more

Kerecokan Pak RT

"Iya, Pak RT. Silahkan masuk dulu!" Biar aku mengobrol di ruang tamu saja karena di luar ada Kang Ikbal dan Kang Rahman."Iya Bu." Terdengar Pak RT memanggil kedua laki-laki yang ada di depan. "Ayo masuk sini Pak Ikbal dan Pak Rahman!" panggilnya.Mereka menghampiri Pak RT karena suaranya sudah di ruang tamu semua. Aku bergerak cepat mencari berkas yang sudah dikumpulkan agar segera sampai di tangan Pak RT, sehingga bisa segera ditangani.Alhamdulillah ketemu juga, aku masuk kembali ke ruang tamu."Pak RT, ini berkasnya. Tolong dicek berkasnya, Pak. Kali aja ada yang kurang," ucapku.Pak RT mengambilnya dari tanganku, lalu ia membaca satu per satu berkas yang kuberika. Ia memandangi buku nikah yang dipegangnya."Ini kok, Pak Ikbal?" tanya Pak RT membuatku bingung mau menjawab apa. Apa yang dipikirkannya sekarang ya?"Iya, istri sahnya Kang Ikbal itu saya, Pak."Pak RT tersenyum sembari mengangguk."Wah, kejutan sekali ini. Lalu Bu Susi itu siapa? Oooh, berarti Bu Susi istri siri Pak I
last updateLast Updated : 2024-07-31
Read more

Anak-anak sayang Kang Rahman

[Bukan soal itu. Aku tak peduli perawan atau janda, aku hanya ingin seorang istri yang sreg dengan hatiku.][Kang, coba Akang salat istikharah. Mantapkan hati Akang. Semoga nanti dapat petunjuk.]Itu saja yang bisa kuberikan untuk Kang Rahman. Semoga ia bisa berjodoh dengan Dilla.[Baiklah jika itu saranmu.]Aku berikan saran pada Kang Rahman, tapi kok terasa nyesek hati ini. Apa aku menyukainya?***Sore ini Kang Rahman main memenuhi janji pada anak-anak. Karena ia memang tujuannya bertemu anak-anak, aku tak mau menemuinya. Biarlah mereka saja yang mengobrol bareng.Aku hanya meminta pada Bi Ikah agar melayani Kang Rahman dengan baik. Anak-anak ingin makan pizza bareng Kang Rahman, aku wujudkan dengan memesankannya.Di kamar, aku juga menyusun anggaran jika harus membuka frenchise. Ternyata perlu modal besar. Namun jika ada satu gerai yang buka dan itu berhasil, semua akan mengikuti.Di kemasan frenchise nanti, aku akan mengemas nasi uduk kemasan hemat seharga lima ribu rupiah, porsi
last updateLast Updated : 2024-07-31
Read more

Bukti untuk Kang Ikbal

"Ya sudah Paman pulang dulu ya, anak-anak! Teh Alma, saya permisi! Kang Ikbal, mangga," katanya."Hei, Rahman! Kamu nggak usah balik-balik lagi ke sini. Mau pergi ya pergi aja. Mereka anak-anakku kok. Kenapa kamu yang repot anter jalan-jalan segala. Awas ya jangan memperlihatkan wajahmu di sini lagi, bisa aku tuntut kamu nanti," cecar Kang Ikbal.Kang Ikbal sungguh mengesalkan, datang-datang malah marah-marah nggak jelas. Buatku ia sekarang bukan apa-apa setelah berkali-kali menyakiti hati dan mentalku."Anak-anak, kalian mending masuk dulu ya?" pintaku. Aku giring mereka masuk ke kamarnya. Mereka menurut saja padaku."Iya, Hanif kesel sama Bapak. Apa coba ngomong gitu sama Paman!""Sama, aku pun kesal. Bu, kasih tau Bapak. Apa yang udah Bapak kasih sama kita selama Ibu nggak ada? Pasti Bapak nggak bisa jawab," ucap Hanifa.Kasihan anak-anak, mereka trauma karena perlakuan bapaknya. Aku tak mau kondisi dulu tetap berlanjut ke depan. Makanya aku memilih menggugatnya untuk bercerai.Aku
last updateLast Updated : 2024-07-31
Read more

Sidang Pertama

"Bu Alma, nanti saya dampingi di sidang. Mau bareng berangkatnya, Bu?" tanya Pak RT."Nggak usah saya berangkat sendiri saja."Kami bertemu di pengadilan. Kang Ikbal sudah ada di tempat. Agenda pertama adalah mediasi. Kami diminta melakukan mediasi yang didampingi oleh mediator. Waktu untuk mediasi selama 22 - 40 hari.Kami akan melakukan mediasi di dalam pengadilan saja. Karena kalau di luar sepertinya tidak mungkin.Seusai sidang, aku dan Pak RT meninjau gerai frenchise nasi uduk milik Pak RT yang akan segera dibuka. Lokasinya lumayan jauh dari komplek perumahan."Wah, sudah hampir selesai ya, Pak!""Iya. Nanti Bu Alma yang buka, ya!""Wah, harus saya kah?" "Iya, dong. Harus ownernya dong. Biar ketauan siapa yang punya bisnis ini sebenarnya.""Pak RT bisa aja. Oke saya pulang ya! Insya Allah nanti saya datang ke pembukaan gerai milik Bapak. Sukses ya, Pak."Bu Alma nggak apa-apa pulang sendiri?" tanya Pak RT."Nggak apa-apa kok, Pak. Saya dah biasa sendiri. Oke saya permisi, ya!"A
last updateLast Updated : 2024-07-31
Read more

Kang Ikbal Terkejut

Aku hanya mendengar dari dalam rumahku saja, tidak berani untuk keluar dan ikut campur dalam urusan mereka. Kulihat Kang Ikbal mengacak rambutnya dengan kencang, ia terlihat sangat terpukul.Kang Ikbal memperhatikan rumahku, ia mendekat dan akan membuka pintu gerbang, akan tetapi kesulitan untuk membukanya.Tak lama, Kang Ikbal berteriak memanggil namaku di depan gerbang."Alma, buka pintunya!" Aku sengaja tidak menemuinya ke depan. Bi Ikah bersiap untuk membuka gerbang, tapi aku larang ia untuk membuka pintu."Sudah Bi, jangan dibuka! Biarkan saja Kang Ikbal di depan. Tadi kulihat ia berantem dengan istrinya. Takutnya nanti Kang Ikbal malah baper ingin kembali kepadaku.""Ya Allah. Memangnya Neng Susi kenapa, Neng?" Tanya Bi Ikah."Susi ternyata berselingkuh dengan Pak Ujang," jawabku.Bi Ikah membulatkan matanya. Kemudian ia duduk karena syok dengan kabar yang kusampaikan."Maksud Neng Alma, Pak Ujang rentenir itu ya? Benarkah itu, Neng?" tanyanya lagi."Benar, Bi. Aku sudah beberap
last updateLast Updated : 2024-09-11
Read more

Ada apa dengan Hatiku?

"Bu Alma, saya terkesan dengan Ibu yang masih bisa mengelola bisnis walau masalah tetap ada," ucap Pak RT saat kami membicarakan tentang pembukaan gerai keduanya."Alhamdulillah, Pak. Saya belajar dari majikan saya saat di Arab Saudi. Beliau seorang Dokter, yang pastinya masalah selalu ada. Tapi, bisnis beliau besar di bidang kuliner. Makanya saya belajar di situ. Belajar membantunya untuk mengelola bisnis," terangku pada Pak RT."Pantas saja Bu Alma sangat lihai. Saya jadi terkesan pada Ibu. Saya pun belajar dari Bu Alma," katanya."Asal jangan jatuh cinta sama saya ya, Pak. Saya cuma seorang ibu yang memiliki dua buntut," sahutku. Pak RT terbahak saat aku mengatakannya. Mungkin menurutnya lucu, tapi aku memang serius kali ini."Tapi, pesona Bu Alma itu loh. Ah, laki-laki pasti akan susah melupakan Ibu," katanya."Maksud Pak RT apa? Saya udah menutup aurat seperti ini masih dibilang punya pesona, apa saya harus pakai cadar seperti di Arab Saudi?" Kucandai Pak RT yang bicaranya agak
last updateLast Updated : 2024-09-11
Read more

Ibu Ditemukan

Kang Ikbal datang dengan berurai air mata. Aku kasihan melihatnya yang seperti itu. Kuminta pada Bi Ikah agar segera memberikannya minum."Kenapa, Kang?" tanyaku saat aku duduk dihadapannya."Maaf mengganggumu malam-malam, Neng. Aku cuma mau mengabarkan kalau Ibu sekarang sedang dirawat di rumah sakit. Mereka tak memberi makan ibuku, ia hanya minum air saja dan itupun dibatas," katanya."Lalu, sekarang di rumah sakit apa?" tanyaku."Di rumah sakit Bahagia.""Gimana dengan Susi dan Pak Ujang? Apa mereka dijerat oleh kasus ini?" tanyaku lagi."Iya, sekarang mereka sudah ditahan. Aku minta kamu bersedia menjadi saksi nanti. Mereka baru ditangkap sore tadi karena polisi perlu mengumpulkan banyak bukti untuk menangkap mereka," sahut Kang Ikbal."Lalu anakmu sama siapa?""Tinggal di rumah abahnya, Haji Sanusi," jawab Kang Ikbal."Alhamdulillah, kalau gitu.""Gimana, Neng? Kamu bisa jadi saksi?" tanyanya lagi."Belum tau, Kang. Semoga bisa, ya!" jawabku."Nanti kamu ke kantor polisi setelah
last updateLast Updated : 2024-09-11
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status