Semua Bab Kelakuan Aneh Mertua dan Suamiku Saat Aku Pulang Kampung : Bab 21 - Bab 30
33 Bab
Ancaman Ibu pada Bi Ikah
"Entahlah, Bi. Aku sebenarnya sangat benci dibohongi. Ia sudah tak jujur padaku selama ini. Aku sempat berpikir untuk menggugat cerai. Tapi kalau aku gugat sekarang, mungkin aku tak dapat apa-apa. Sekarang, aku ikuti saja takdir yang sudah diberikan padaku, kita lihat saja pernikahan Kang Ikbal dengan Susi seperti apa, karena aku sudah menemukan celahnya Susi, Bi," ujarku.Bi Ikah mengerutkan keningnya."Maksudmu? Susi punya sebuah rahasia?"Aku mengangguk. Bi Ikah penasaran dengan rahasia Susi."Nanti saja, aku tak akan membuka sekarang. Aku harus mencari banyak bukti. Kang Ikbal akan tau nanti siapa Susi sebenarnya," ucapku yakin. Aku sudah seyakin itu. Bi Ikah mengerti dan tidak bertanya lagi."Diminum dong, Ma. Biar kamu cepat sehat," katanya."Makasih ya, Bi.""Sama-sama."***Malam-malam, setelah selesai makan, Bi Ikah menerima telepon. Wajahnya nampak serius saat menerima telepon. Bi Ikah membesarkan suara lawan bicaranya agar kami bisa sama-sama mendengarkan. Memang benar, it
Baca selengkapnya
Kedatangan Kang Ikbal
Ternyata Kang Ikbal dan Susi serta anaknya baru saja tiba. Mereka pulang sangat larut. Habis dari mana mereka? Tapi, ada yang turun lagi dari pintu belakang yaitu Ibu. Ya, Ibu ikut ke rumah mereka.Mungkin Ibu kesepian sendiri di rumah. Ia dengarkan juga usulku untuk tinggal dengan Susi yang merupakan menantunya juga.Mereka memasuki rumah, ibu berjalan paling belakang. Tak lama Kang Ikbal datang lagi setelah ia memposisikan motor sportnya. Ia akan memarkirkan mobil di garasinya.Kupandang laki-laki yang telah menikahiku selama dua belas tahun ini. Rasanya tak percaya kalau ia mengkhianati pernikahan kami. Padahal dulu Kang Ikbal adalah laki-laki yang manis dan romantis.Saat aku di Arab Saudi pun ia selalu meneleponku. Memberikan kata-kata motivasi padaku. Ia tak pernah lupa untuk mendukungku.Makanya aku sangat senang saat bisa pulang. Salah satunya karena aku merindukan Kang Ikbal. Ia selalu kurindukan, kata-katanya pun sangat aku harapkan bisa kan tetap ia katakan saat aku di Indo
Baca selengkapnya
Bentakan Ibu
Kang Rahman datang, ia ngobrol bareng Pak RT juga. Mereka sudah saling kenal."Nah, kalau yang ini bos juga, bos makanan ringan. Kalau mau pesan banyak bisa di Kang Rahman, pasti di kasih diskon," kata Pak RT mempromosikan Kang Rahman.Di sebelahnya, Kang Ikbal mencebik. Ia tak suka dengan Kang Rahman. Ia pun mungkin tak suka dengan keberadaanku di rumah ini.Kang Rahman mengajakku ke dalam, ada yang mau disampaikannya. Aku meminta izin ke dalam. Kang Ikbal menghela napas dan melebarkan matanya padaku."Permisi ya!" Aku sepertinya harus memanas-manasi Kang Ikbal. Ia harus tau bahwa aku bisa hidup tanpanya. Aku pun bisa sukses ke depan.Saat aku melangkah meninggalkan mereka, Kang Ikbal berdiri dan memanggilku."Bu Alma, saya permisi dulu. Semoga usahanya sukses. Nanti kapan-kapan akan saya borong dagangannya. Terima kasih juga atas jamuannya," kata Kang Ikbal.Aku tersenyum dan mengangguk. "Sama-sama, Pak. Rumah kita berdekatan. Semoga bisa bersinergi ya nantinya," jawabku."Wah, Bu
Baca selengkapnya
Hanif Tak Mau Bertemu Kang Ikbal
"Tapi ... eh, semua bukan buat Ibu. Suamimu yang pakai uang itu untuk bisnis dan nambahin beli rumah baru yang Susi tempatin, Ma," ucap Ibu.Kali ini Ibu membuka suara kalau rumah yang digunakan oleh Susi merupakan rumah yang dibeli oleh Kang Ikbal. Tapi aku tak yakin, karena Bi Ikah pernah mengatakan kalau harta ayahnya Susi habis oleh anaknya.Itu berarti Kang Ikbal-lah tersangka utama dalam penggelapan uang Pak Haji Sanusi."Tak usah menutupi, Bu. Aku juga tau perlakuan Ibu pada anak-anak. Mereka sudah menceritakan semuanya padaku. Ibu menimbun uang yang kuberikan untuk anak-anak. Ibu sulap jadi perhiasan dan logam mulia. Ya kan, Bu?" Aku kembali mendesak Ibu untuk mengakui kesalahannya."Tidak, Alma. Kalau tak ada aku, siapa yang mengantar mereka ke sekolah?" tanyanya."Bu, Ibu mengantar mereka ke sekolah saat aku ada. Sebelum-sebelumnya, Ibu tak pernah mengantarkan mereka. Mereka berangkat sendiri dengan dibekali uang tiga ribu rupiah. Padahal aku kasih jatah masing-masing sepulu
Baca selengkapnya
Kang Ikbal Cemburu
Aku ke luar kamar bersama Hanif. "Cium tangan sama Bapakmu, Hanif!" titahku. Hanif bingung, ia menatap wajahku seakan tak percaya dengan apa yang kukatakan. Aku memberikan kode padanya untuk menuruti perintahku."Iya!" Hanif mencium tangan bapaknya tapi dengan mengerucutkan bibirnya."Kamu kenapa? Sakit gigi?" Hanif menggeleng. Lalu ia berlari ke dalam."Hey, Hanif! Bapak pulang loh, masa kamu pergi?" Kang Ikbal sok baik sama anaknya.Aku mendelik padanya, rasanya tak mungkin ia bersikap seperti itu sebelumnya."Neng, atur yang bener anaknya! Sama bapak sendiri nggak sopan gitu. Sama orang lain akrab banget. Kamu jangan deket-deket lagi sama dia! Inget loh, Neng. Kamu masih istriku," katanya dengan penuh percaya diri.Aku hanya berdehem mendengarkan Kang Ikbal mengoceh. Kang Ikbal sepertinya memang kepanasan sama Kang Rahman. Sebentar lagi Kang Rahman datang untuk membawa mereka ke toko buku. Wah, waktu yang pas banget buat memanas-manasi Kang Ikbal."Sebentar, aku ke dalam dulu. M
Baca selengkapnya
Kedatangan Pak RT
Ternyata yang datang adalah Pak RT. Pak RT datang mau menawarkan kerjasama. "Silahkan duduk, Pak. Mau menawarkan kerjasama seperti apa, Pak?" tanyaku."Nasi uduk Bu Alma kan enak banget. Rasanya itu khas, berbeda dengan nasi uduk biasanya. Saya mau menawarkan kerjasama membuka cabang baru. Nanti saya yang kelola, gimana?" tanya Pak RT.Aku, Kang Rahman dan Kang Ikbal menyimak apa yang dikatakan oleh Pak RT."Oh gitu. Sistemnya bagaimana, Pak?""Gini aja, Bu Alma buat sistem frenchise. Jadi Bu Alma buat paket untuk penjual pemula, nanti disana dijelaskan paket penjualannya seperti apa, yang didapat apa saja, serta keuntungan nanti setelah bisnis dijalankan," katanya."Ah, ini aja belum tentu bagus hasilnya. Kalau kayak gitu, Alma harus membuktikan kalau bisnis dia berhasil. Perhitungan nggak bakal ada kalau belum pernah dicoba," timpal Kang Ikbal.Aku melirik pada Kang Ikbal. Bisa-bisanya ia bicara, sementara Pak RT sebenarnya tak tau kalau kami suami istri. Pak RT hanya tau kalau Kan
Baca selengkapnya
Diajak Jalan-jalan oleh Kang Rahman
Kemudian ada Susi di luar rumahnya. Ia membulatkan matanya saat melihat Kang Ikbal keluar dari gerbang. Sepertinya Susi memang mencari suaminya, karena memang mobilnya sudah terparkir sedari tadi, tapi orangnya tak datang-datang. Akhirnya ia menemukan suaminya keluar dari rumahku.Kali ini aku merasa menang dari Susi. Lumayan juga rasanya begitu memuaskan hati."Kang Ikbal, aku berangkat dulu. Nggak usah baper. Kamu harus berjuang dari awal, Kang!" teriakku agar Susi mendengar kata-kataku.Kang Ikbal tak menjawab, ia menyebrang ke rumahnya dan cuek terhadap Susi sehingga Kang Ikbal masuk lebih dulu. Sedangkan Susi masih menahan marahnya.Di perjalanan aku senyum-senyum sendiri, itu membuat Kang Rahman agak cemberut."Teh, sedang mikirin Kang Ikbal ya?" tanyanya.Aku melirik padanya, lalu melirik ke anak-anak, mereka tertidur. Mudah-mudahan memang tidur beneran."Iya. Aku jadi puas. Sudah membuat sahabat sekaligus musuh dalam selimutku cemburu. Akang lihat sendiri bagaimana Kang Ikbal
Baca selengkapnya
Bertemu dengan Seseorang
"Kang Rahman!" Seseorang memanggil Kang Rahman."Eh, iya, Dilla.""Iya, Kang. Akang udah nikah lagi? Kok nggak bilang-bilang sama keluarga Teh Hani? Kemarin padahal kita masih wa-an loh Kang," katanya.Hani adalah nama istri Kang Rahman yang sudah meninggal. Jadi Dilla ini siapa?"Belum kok. Akang nggak nikah lagi. Ini cuma temen dan anak-anaknya," kata Kang Rahman.Lalu, Dilla ini menengok ke arahku. Ia memperhatikan dari atas sampai bawah. Aku risih banget kalau diperhatikan seperti itu. Orang itu seperti sedang menghakimi kita."Boleh kenalan sama Teteh cantik ini?" Dilla memberikan tangannya padaku."Em, boleh." Aku memberikan tanganku. Sambil berjabat tangan ia mengatakan, "Dilla, aku adik almarhumah Teh Hani." Dilla terus memandangiku."Saya Alma, dulu tetangga Kang Rahman di kampung," ucapku."Oh, jadi Teh Alma janda ya?" Tiba-tiba saja Dilla menduga kalau aku seorang janda. Apa maksud dari pertanyaannya?"Dil, ngapai kamu pake ngomong gitu segala? Akang nggak suka kamu meneba
Baca selengkapnya
Mobil di Rumah Susi
Aku makin kesal dengan kesombongan dan keangkuhan Dilla. Ia pikir hanya dirinya yang berpendidikan. Walau seorang TKW, aku murid berprestasi sejak Sekolah Dasar sampai SMA. Dilla benar-benar mengejekku."Iya, memang apa yang salah dengan TKW?""Nggak ada sih, salahnya cuma jadi pembantu kok," ia terkekeh.Astaghfirullah ia mengejekku. Karena tak tahan diejek, aku mengajak anak-anak untuk langsung pulang tanpa memberitahukan Kang Rahman."Anak-anak, ayo kita pulang saja!" Mereka sedang bermain di area berbeda dengan Kang Rahman.Kulihat ia sedang serius membaca diary itu. Lebih baik kutinggal saja, nanti tinggal aku kirimkan pesan.Saat aku beranjak, kulihat ke belakang, Dilla sedang memegangi ponsel Kang Rahman. Ya, tadi ponselnya ia simpan begitu saja di meja. Perempuan itu memang tak punya adab. Mudah-mudahan aku tak bertemu lagi dengannya.***Hari ini, warungku kembali ramai. Kami menyediakan seratus porsi dan semuanya habis. "Alhamdulillah ya sudah habis semua, Bi," ucapku pada
Baca selengkapnya
Kejutan dari Pak Ujang
"Boleh boleh. Nanti saya kasih nomor ponselnya ya! Memangnya buat apa nomor saya Neng Alma?" tanyanya."Kali aja nanti saya butuh uang. Bisa langsung calling sama Pak Ujang," jawabku."Oh gitu. Sekarang pun saya mau bicarakan tentang rumah dan mobilmu."Apa? Maksudnya apa? Aku dan Ibu sama-sama mendekati Pak Ujang."Kita masuk saja ke dalam," katanya. Ia meminta kami masuk ke rumah Susi.Susi memandangiku, aku tak peduli. Yang penting aku masuk dan tau kabar tentang rumahku.Kami duduk sama-sama di ruang tamu. Pak Ujang akan mengatakan sesuatu."Bu Odah dan Neng Alma, rumah dan mobilnya sudah ada yang bantu menebusnya. Ia yang membayar lunas semuanya," ucap Pak Ujang.Aku dan Ibu masih sama-sama terkejut dengan pernyataan Pak Ujang. Siapa yang melakukannya? "Siapa Pak?" tanya seseorang yang ada di dekatku yaitu Ibu."Dan itu berarti rumah dan mobil kalian sudah ada yang punya. Jadi tolong bersihkan isinya karena ada yang akan mengontrak di sana."Ibu semakin penasaran karena Pak Ujan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status