Home / Romansa / Balas Dendam Berbalut Sutra / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Balas Dendam Berbalut Sutra: Chapter 11 - Chapter 20

33 Chapters

Bab 10

“Apa yang telah kau lakukan pada River Lynch?” Rory langsung menghampiri mejaku ketika dia baru masuk ke ruang redaksi. Tatapannya serius, membuatku merasa tegang. Batinku bertanya-tanya apa yang terjadi. Pikiranku langsung melayang pada insiden-insiden terkait River yang terjadi baru-baru ini.“A-apa yang terjadi?” tanyaku tergagap, mencuri pandang ke arah Cody dan Emma yang sama-sama memberikan tatapan khawatir dan bingung.Namun, Rory melanjutkan dengan senyuman misterius, “Dia mengajukan proposal kepada Pamela meliput ulang tahun merk parfumnya.”Aku melotot, tapi tak dapat dipungkiri juga menghela napas lega. Orang-orang yang memperhatikan langsung ikut terkaget-kaget.“Wow, sungguh?” ucapku, berusaha keras menyembunyikan rasa khawatir. “Itu tentu kesempatan besar untuk majalah kita.”Lukas dengan langkah cepat menghampiri mejaku, menatap riang pada Rory. “Ya Tuhan, itu sungguhan?”Rory mengangguk, masih mengukir senyum cera
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more

Bab 11

Setelah selesai bekerja, aku langsung meluncur ke bar tempat kami bertemu beberapa hari yang lalu. Aku masih mengenakan tweed jacket dan celana jeans tadi pagi, ingin sekali menunjukkan kesan bahwa aku hanya menyempatkan waktu untuknya setelah bekerja. Tak ada niat untukku mempersiapkan diri atau berdandan untuk pertemuan kami.Hal pertama yang kulihat setelah memasuki bar tersebut adalah tatapan mata Gracie yang langsung menangkapku. Senyuman dan anggukan halus darinya memberi kesan bahwa dia tahu aku akan datang lagi ke sini.“Jujur saja, aku senang mengobrol denganmu,” kata Gracie cepat ketika aku hendak duduk di kursi bar, “tapi Mr. Lynch melarangku menahanmu di sini lagi.”“Faktanya, tempo hari kau tidak menahanku,” jawabku tegas, tapi dengan suara halus. “Itu keinginan
last updateLast Updated : 2024-11-14
Read more

Bab 12

“Kau tidak punya teman atau kenalan di gedung ini?” tanya River setelah kami berada di dalam mobilnya.“Temanku yang tinggal di seberang unitku, masih dalam perjalanan dari Ashville dan baru akan sampai nanti, lewat tengah malam.” Aku menjelaskan. Setelah apa yang aku dan River lalui beberapa waktu terakhir, ini kali pertama kami berada dalam satu mobil. Dan dari apa yang dia kendarai, jelas aku yakin dia benar-benar seorang pria yang kaya raya.Fakta bahwa Evan merupakan ahli waris satu-satunya adalah hal terakhir yang bisa kupercaya. Tak ada tampang “kaya” dalam setiap gaya dan gerak-geriknya selama ini. Dan bagaimana dia berhasil menyembunyikan fakta itu selama ini dan menipuku habis-habisan memang patut diberikan penghargaan.Aku tersentak pelan ketika River tiba-tiba memukul
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Bab 13

Ide itu berakhir dengan mengenaskan … dan sangat memalukan! Aku menendang-nendang selimut di udara, kemudian membekap wajahku dengan bantal dan berteriak sekeras mungkin. Bodoh sekali! Sungguh bodoh!Kejadian beberapa menit yang lalu terlintas lagi di benakku. Setelah menenggak anggur dengan tamak, aku menarik kaus River di bagian dadanya, bermaksud agar wajahnya berdekatan denganku dan aku bisa menggodanya. Namun, karena kemarahanku yang menggebu, kekuatan tanganku terlalu kencang. River yang tidak siap dan sudah terpengaruh alkohol pun tak sigap dan malah menubrukku, membuatku jatuh terjengkang dari kursi tinggi dengan posisi punggung serta kepalaku menyentuh lantai dan kakiku masih tersangkut di kaki kursi. Beruntung bagi River karena dia masih sempat berpegangan pada meja yang menempel di dinding. Tangan satunya menggantung di udara, berusaha mencegahku jatuh, tapi tidak cukup gesit. Selama sepe
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

Bab 14

(Jam berapa kau pulang? Aku akan menjemputmu.)Pesan dari River membuatku terkejut sesaat. Secara tidak langsung, dia mengisyaratkan agar aku menginap lagi di tempatnya. Aku kemudian mengetikkan balasan.(Malam ini aku akan menginap di tempat temanku. Malam para gadis!)“Dia pria itu?” tanya Addy ketika kutunjukkan pesan River padanya. “Paman Evan?”Aku mengangguk. “Sepertinya dia khawatir Evan akan datang ke rumahku lagi.”Addy manggut-manggut. Dia masih beradaptasi dan mencerna kisah yang kuceritakan padanya. Melihat aku yang sedang menangis karena sangat terpukul beberapa hari yang lalu, jelas Addy sangat membenci Evan, bahkan mungkin kebenciannya lebih besar daripada p
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

Bab 15

Jam digital di meja menampilkan angka 07.21. Aku mengamati penampilanku di cermin dari atas sampai bawah. Gaun pilihan River sangat pas membalut tubuhku. Tenunan sutra yang ramping membentuk gaun elegan ini dengan tali spaghetti yang dapat disesuaikan dan garis leher cowl. Rok maxi A-line dengan belahan depan setinggi paha menampilkan kaki yang kupakaikan ankle-strap high heel sandals berwarna silver. Rambut cokelat sebahuku kubuat sedikit bergelombang, dengan sisi samping yang dalam.Pintu kamar diketuk, dan aku mempersilakannya untuk masuk. Sosok River yang berdiri di depan pintu terpantul dalam cermin. Kami saling bertatapan selama beberapa detik. Dia memakai setelan jas berwarna abu-abu yang entah bagaimana membuatnya tampak begitu menawan dan berkelas. Dari dalam cermin, aku dapat melihat bahwa kami tampak serasi dengan pakaian yang kami kenakan.“Ka
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

Bab 16

“Dasar bajingan,” ucapku sambil pura-pura terkikik. Tanganku memukul lengannya dengan keras, kemudian menyamarkannya dengan usapan. Kupikir dia tidak akan mengungkit insiden memalukan itu, sialan! Ha! Memangnya apa yang bisa kuharapkan dari seorang River Lynch yang menyebalkan?River tertawa renyah walaupun aku tahu dari ekspresinya dia sedikit kesakitan. “Kau memukul terlalu keras, Mia.” Dia masih mencoba menyamarkan rasa sakitnya dengan tawa.“Peduli setan,” ucapku semanis mungkin.River tiba-tiba tampak siaga. Bola matanya melirik dengan cepat. “Kita harus berciuman.”“Maaf?” tanyaku belum bisa mencerna ucapannya.River maju selangkah, membuatku refleks mengambil
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

Bab 17

Seminggu kemudian ….“Akhirnya pekerjaanku selesai.” Aku menghela napas panjang, meregangkan tubuh di kursi sambil menengok ke meja Emma. Dia masih berkutat dengan komputernya, tampak sangat fokus dan tidak bisa diganggu.“Memangnya kau mau ke mana sih?” Cody memutar kursinya menghadapku.Pagi tadi, saat selesai rapat, aku meminta izin kepada Rory untuk bisa pulang terlebih dahulu, dengan gantinya aku harus menyelesaikan pekerjaanku dengan cepat. Dan akhirnya aku berhasil. Dua jam sebelum waktu pulang. Lumayan.“Aku ada janji untuk mengunjungi seseorang,” jawabku sambil merapikan barang-barangku.“Keluargamu?” tanya Lukas tiba-tiba menyahut.
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

Bab 18

Aku tak sadar kapan benar-benar tertidur hingga River menepuk lenganku dengan pelan. “Hei, bangun. Kita sudah sampai.”Mataku mengerjap-ngerjap sejenak. Suara pintu mobil yang ditutup membuatku tersadar sepenuhnya. Aku melihat ke depan. Benjamin sudah tidak lagi berada di belakang kemudi. Mataku melihat ke sekeliling, mobil berhenti di depan pekarangan rumah yang megah dengan desain klasik. Cahaya lembut dari lampu-lampu taman menyinari pekarangan, memberikan nuansa elegan pada rumah tersebut. Pohon-pohon rindang di sekitarnya memberikan kesan asri dan menambah keindahan lingkungan. Bangunan rumah terlihat tidak terlalu besar, tetapi kesan megahnya terpancar dari detail arsitektur yang dipilih dengan cermat.“Kupikir aku hanya memejamkan mata dua menit,” racauku sambil menguap, kemudian meregangkan tubuh.
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

Bab 19

Keesokan harinya, ketika aku terbangun, River sudah tidak berada di tempat tidur. Aku mendudukkan diri lalu meregangkan tubuh sambil menguap begitu lebar. Sekitar semenit aku memandang kosong ke jendela kamar yang tirainya terbuka separuh, memutar secara cepat kejadian-kejadian kemarin dari pagi hingga malam.Pintu kamar mandi terbuka, membuatku menoleh ke sumber suara. River keluar dari sana hanya dengan handuk yang dililitkan pada pinggangnya. Rambutnya yang terbiasa disisir rapi ke belakang, kali ini tampak berantakan dan basah. Dan seksi. Oh, astaga!“Hai,” sapaku konyol.Ia menggosok-gosokkan kakinya di keset sambil menatapku acuh tak acuh. “Mandilah, lalu kita akan turun bersama. Evan sudah datang.”Aku turun dari tempat tidur ketika dia sud
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more
PREV
1234
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status