Share

Bab 14

Author: Anne Joyce
last update Last Updated: 2024-11-16 18:47:01

(Jam berapa kau pulang? Aku akan menjemputmu.)

Pesan dari River membuatku terkejut sesaat. Secara tidak langsung, dia mengisyaratkan agar aku menginap lagi di tempatnya. Aku kemudian mengetikkan balasan.

(Malam ini aku akan menginap di tempat temanku. Malam para gadis!)

“Dia pria itu?” tanya Addy ketika kutunjukkan pesan River padanya. “Paman Evan?”

Aku mengangguk. “Sepertinya dia khawatir Evan akan datang ke rumahku lagi.”

Addy manggut-manggut. Dia masih beradaptasi dan mencerna kisah yang kuceritakan padanya. Melihat aku yang sedang menangis karena sangat terpukul beberapa hari yang lalu, jelas Addy sangat membenci Evan, bahkan mungkin kebenciannya lebih besar daripada p

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Balas Dendam Berbalut Sutra   Bab 15

    Jam digital di meja menampilkan angka 07.21. Aku mengamati penampilanku di cermin dari atas sampai bawah. Gaun pilihan River sangat pas membalut tubuhku. Tenunan sutra yang ramping membentuk gaun elegan ini dengan tali spaghetti yang dapat disesuaikan dan garis leher cowl. Rok maxi A-line dengan belahan depan setinggi paha menampilkan kaki yang kupakaikan ankle-strap high heel sandals berwarna silver. Rambut cokelat sebahuku kubuat sedikit bergelombang, dengan sisi samping yang dalam.Pintu kamar diketuk, dan aku mempersilakannya untuk masuk. Sosok River yang berdiri di depan pintu terpantul dalam cermin. Kami saling bertatapan selama beberapa detik. Dia memakai setelan jas berwarna abu-abu yang entah bagaimana membuatnya tampak begitu menawan dan berkelas. Dari dalam cermin, aku dapat melihat bahwa kami tampak serasi dengan pakaian yang kami kenakan.“Ka

  • Balas Dendam Berbalut Sutra   Prolog

    “Ini tidak gratis, kau tahu?”Sesuatu yang besar dari dalam mimpi menghantamku dengan keras, instan membuat mataku terbuka lebar. Aku terbangun di sebuah kamar tak dikenal, dengan kepala berdenyut-denyut dan dikelilingi oleh kebingungan. Setelah mati-matian beradaptasi dengan cahaya dan dapat membuka mata dengan ringan, ruangan ini perlahan-lahan mulai tampak jelas, menampakkan seorang pria asing yang bergelung di selimut di sampingku.Tunggu, APA?!Kepanikan melanda, mendorongku untuk mencoba merangkai kejadian-kejadian sebelumnya yang membawaku ke situasi gila ini. Semuanya tampak berkabut, gambar-gambar adegan yang buram melintas di benakku. Tak ada satu pun yang kupahami selain … oh, astaga, alkohol sialan! Mustahil untuk dapat mengingat kejadian semalam.Tak kunjung menemukan jawaban, aku akhirnya memutuskan untuk melakukan sesuatu yang lebih masuk akal. Dengan hati-hati, aku menyibak selimut putih kusut dan kemudian melepaskan diri. Ya Tuhan, aku sampai tak sadar telah menahan

  • Balas Dendam Berbalut Sutra   Bab 1

    Sehari sebelumnya“Aku melihat Evan masuk hotel bersama seorang perempuan,” kata Addy setengah jam yang lalu. Dan itulah yang membuatku datang ke Hotel Gallan. Sebenarnya aku tidak mempercayai kata-kata Addy, yang barangkali dia melihat sesuatu secara keliru. Atau mungkin dia salah mengenali orang lain sebagai Evan. Namun, sepuluh persen dari diriku tetap ingin memastikan bahwa dia salah.Saat aku berjalan memasuki Hotel Gallan, pikiranku terbagi antara perkataan Addy dan perasaan skeptisku sendiri. Lantai marmer putih membentang luas di lobi, lampu-lampu LED bersembunyi di bawahnya. Dinding-dinding utama terbuat dari kaca, menjulang ke atas dan bertemu dengan langit-langit tinggi berwarna putih, yang di tengahnya terdapat lampu gantung besar bergaya avant-garde. Rasa was-was menggerogoti ketika aku menuju meja resepsionis di mana seorang wanita ramah menyambutku dengan senyum hangat. “Selamat datang di Hotel Gallan. Ada yang bisa saya bantu?”Mengambil napas panjang, aku memutuskan

  • Balas Dendam Berbalut Sutra   Bab 2

    Sepeninggal mereka, aku berjalan gontai keluar dari hotel, refleksi dari rasa sakit hati yang terasa begitu jelas. Suasana di sekeliling terasa mengabur, sulit untuk digenggam. Pikiranku mengatakan orang-orang yang kulewati menatapku mencemooh. Atau sebenarnya tidak? Ya Tuhan, aku tidak bisa mengendalikan situasi ini!Pikiran kacauku menuntunku memasuki sebuah kelab malam, dan aku kemudian menuju bar, mengambil tempat duduk di sudut, agak menyingkir dari keramaian. Aku mencoba menenangkan diri, punggung tanganku menyeka air mata yang hampir jatuh. Jangan sampai orang lain melihatnya.Seorang bartender menghampiri. “Selamat datang! Ada yang bisa saya buat untuk Anda?”“Tequila martini, tolong. Kau punya?” Pria berwajah ramah itu mengangguk pelan. Barangkali dia tahu bahwa minuman yang kupesan ini memang akan kugunakan untuk melupakan sesuatu. “Yang kuat,” tambahku sebelum dia mulai mencampurkan bahan-bahan minuman.Setelah beberapa saat, bartender itu kembali lagi. “Ini dia, satu tequi

  • Balas Dendam Berbalut Sutra   Bab 3

    Langit pagi itu begitu biru ketika aku keluar dari kelab dengan langkah cepat. Wajahku mungkin mencerminkan kombinasi antara kegelisahan, rasa bersalah, dan kepanikan. Aku harus segera kembali ke unit dan bersiap ke kantor. Aku berdecak setelah menatap sekilas ke arlojiku. Pening dan mual kukesampingkan, walaupun tubuhku benar-benar menyuruhku untuk berhenti berjalan cepat dan istirahat. Astaga, tidak ada waktu!Ketika pintu gedung apartemen terbuka, aku menabrak seseorang yang sedang berada di lorong. “Astaga, Mia—hai!”Syukurlah, itu hanya Addy. “Hai, Addy. Aku sedang terburu-buru. Nanti saja, oke?”“Tidak, tidak.” Addy mencegatku, membuatku tak repot-repot menyembunyikan wajah keberatan. “Aku berutang maaf padamu dan Evan—”“Tidak,” selaku, langsung teringat kejadian semalam. “Kau benar, uh, dia berselingkuh. Tapi sungguh, kita bicarakan ini nanti saja, kumohon? Aku terlambat masuk kerja.”“Baiklah. Segala sesuatu akan membaik seiring waktu.” Addy menatapku dengan simpati, tapi sej

  • Balas Dendam Berbalut Sutra   Bab 4

    “Selamat siang, Mr. Lynch,” sapaku, dalam hati sedikit bertanya-tanya karena dia tak kunjung berbalik.Namun, ketika dia akhirnya berbalik, jantungku benar-benar berhenti berdetak selama beberapa saat. Aku mengenalinya. Demi ibu pertiwi, aku benar-benar berharap bisa pergi dari sini. Dia pria itu! Pria yang semalam tidur denganku!Aku sekonyong-konyong mengobrak-abrik isi tasku, mencari sesuatu.**Pria itu mencegatku di depan pintu kamar. Dia sudah mengenakan kemeja biru mudanya. Tangannya mengulurkan sebuah benda tipis berwarna hitam yang sangat biasa. Aku melihatnya sekilas dan hanya dapat menangkap tulisan kecil berwarna keemasan.Aku mendongak, menatapnya malas.“Tidak perlu,” jawabku singkat. Karena aku tahu ini hanya akan menjadi hubungan satu malam tak berarti. Atau setidaknya aku berniat begitu. Tidak menerima apa pun darinya adalah langkah utama untuk melupakannya. Aku bahkan tidak repot-repot menanyakan namanya, yang sudah kulupakan karena pengaruh alkohol semalam. Aku membe

  • Balas Dendam Berbalut Sutra   Bab 5

    Aku memasuki ruang redaksi dengan perasaan campur aduk yang menghantui pikiran. Pernyataan River tentang hubungannya dengan Evan masih terus membelenggu pikiranku, seakan tak bisa dipercaya. Setiap langkah yang kuambil terasa begitu berat, dan ketidakpastian merayap di dalam benaknya.Masih tak bisa dipercaya bahwa aku mengambil keputusan seperti tadi. Umpan yang dipasang River … aku telah memakannya mentah-mentah. Dia berhasil menipuku, melakukannya seolah-olah aku memutuskan semuanya sendiri. Ayolah, semuanya tampak mudah bagi pria itu!Emma, yang sibuk menata berkas di meja kerjanya, merupakan orang pertama yang menyadari kehadiranku. Ia mengangkat kepala ketika aku memasuki ruangan. Wajahnya langsung berubah penuh perhatian, barangkali karena melihat ekspresiku yang sangat muram. “Hai! Mia, bagaimana wawancara dengan River Lynch?”Hampir semua orang yang berada di ruangan itu langsung menoleh padaku, berharap-harap cemas.“Sangat baik,” jawabku, tak sepenuhnya jujur. Mereka terus

  • Balas Dendam Berbalut Sutra   Bab 6

    Apartemenku terasa hampa dan gelap. Aku terlalu malas untuk menyalakan lampu. Cahaya redup datang dari lampu-lampu perkotaan dan cahaya bulan yang menerobos melalui kaca jendela yang tirainya tak kututup sejak tadi. Aku duduk sendirian di sofa—aku dan Evan sering berhubungan seksual di sofa ini, sialan—botol minuman keras berjejer di meja, ada satu yang tergeletak. Pemandangan kota yang gemerlap dari jendela hanya membuatku merasa semakin terisolasi. Kekacauan yang telah menghantuiku sepanjang hari seolah menyeruak masuk ke dalam pikiranku, memenuhi setiap sudut ruangan dengan kebingungan dan keputusasaan.Aku lelah. Hari ini sangat melelahkan. Dan kacau. Bel pintu apartemen berbunyi sejak beberapa waktu yang lalu. Aku mengabaikannya.Pandanganku merana menatap koper dan kotak-kotak berisi barang-barang milik Evan. Setelah pulang dari kerja, aku mengeluarkan semua pakaian dan benda miliknya. Namun, tak butuh waktu lama bagiku untuk akhirnya meledak dalam tangis.Tanpa berpikir panjang

Latest chapter

  • Balas Dendam Berbalut Sutra   Bab 15

    Jam digital di meja menampilkan angka 07.21. Aku mengamati penampilanku di cermin dari atas sampai bawah. Gaun pilihan River sangat pas membalut tubuhku. Tenunan sutra yang ramping membentuk gaun elegan ini dengan tali spaghetti yang dapat disesuaikan dan garis leher cowl. Rok maxi A-line dengan belahan depan setinggi paha menampilkan kaki yang kupakaikan ankle-strap high heel sandals berwarna silver. Rambut cokelat sebahuku kubuat sedikit bergelombang, dengan sisi samping yang dalam.Pintu kamar diketuk, dan aku mempersilakannya untuk masuk. Sosok River yang berdiri di depan pintu terpantul dalam cermin. Kami saling bertatapan selama beberapa detik. Dia memakai setelan jas berwarna abu-abu yang entah bagaimana membuatnya tampak begitu menawan dan berkelas. Dari dalam cermin, aku dapat melihat bahwa kami tampak serasi dengan pakaian yang kami kenakan.“Ka

  • Balas Dendam Berbalut Sutra   Bab 14

    (Jam berapa kau pulang? Aku akan menjemputmu.)Pesan dari River membuatku terkejut sesaat. Secara tidak langsung, dia mengisyaratkan agar aku menginap lagi di tempatnya. Aku kemudian mengetikkan balasan.(Malam ini aku akan menginap di tempat temanku. Malam para gadis!)“Dia pria itu?” tanya Addy ketika kutunjukkan pesan River padanya. “Paman Evan?”Aku mengangguk. “Sepertinya dia khawatir Evan akan datang ke rumahku lagi.”Addy manggut-manggut. Dia masih beradaptasi dan mencerna kisah yang kuceritakan padanya. Melihat aku yang sedang menangis karena sangat terpukul beberapa hari yang lalu, jelas Addy sangat membenci Evan, bahkan mungkin kebenciannya lebih besar daripada p

  • Balas Dendam Berbalut Sutra   Bab 13

    Ide itu berakhir dengan mengenaskan … dan sangat memalukan! Aku menendang-nendang selimut di udara, kemudian membekap wajahku dengan bantal dan berteriak sekeras mungkin. Bodoh sekali! Sungguh bodoh!Kejadian beberapa menit yang lalu terlintas lagi di benakku. Setelah menenggak anggur dengan tamak, aku menarik kaus River di bagian dadanya, bermaksud agar wajahnya berdekatan denganku dan aku bisa menggodanya. Namun, karena kemarahanku yang menggebu, kekuatan tanganku terlalu kencang. River yang tidak siap dan sudah terpengaruh alkohol pun tak sigap dan malah menubrukku, membuatku jatuh terjengkang dari kursi tinggi dengan posisi punggung serta kepalaku menyentuh lantai dan kakiku masih tersangkut di kaki kursi. Beruntung bagi River karena dia masih sempat berpegangan pada meja yang menempel di dinding. Tangan satunya menggantung di udara, berusaha mencegahku jatuh, tapi tidak cukup gesit. Selama sepe

  • Balas Dendam Berbalut Sutra   Bab 12

    “Kau tidak punya teman atau kenalan di gedung ini?” tanya River setelah kami berada di dalam mobilnya.“Temanku yang tinggal di seberang unitku, masih dalam perjalanan dari Ashville dan baru akan sampai nanti, lewat tengah malam.” Aku menjelaskan. Setelah apa yang aku dan River lalui beberapa waktu terakhir, ini kali pertama kami berada dalam satu mobil. Dan dari apa yang dia kendarai, jelas aku yakin dia benar-benar seorang pria yang kaya raya.Fakta bahwa Evan merupakan ahli waris satu-satunya adalah hal terakhir yang bisa kupercaya. Tak ada tampang “kaya” dalam setiap gaya dan gerak-geriknya selama ini. Dan bagaimana dia berhasil menyembunyikan fakta itu selama ini dan menipuku habis-habisan memang patut diberikan penghargaan.Aku tersentak pelan ketika River tiba-tiba memukul

  • Balas Dendam Berbalut Sutra   Bab 11

    Setelah selesai bekerja, aku langsung meluncur ke bar tempat kami bertemu beberapa hari yang lalu. Aku masih mengenakan tweed jacket dan celana jeans tadi pagi, ingin sekali menunjukkan kesan bahwa aku hanya menyempatkan waktu untuknya setelah bekerja. Tak ada niat untukku mempersiapkan diri atau berdandan untuk pertemuan kami.Hal pertama yang kulihat setelah memasuki bar tersebut adalah tatapan mata Gracie yang langsung menangkapku. Senyuman dan anggukan halus darinya memberi kesan bahwa dia tahu aku akan datang lagi ke sini.“Jujur saja, aku senang mengobrol denganmu,” kata Gracie cepat ketika aku hendak duduk di kursi bar, “tapi Mr. Lynch melarangku menahanmu di sini lagi.”“Faktanya, tempo hari kau tidak menahanku,” jawabku tegas, tapi dengan suara halus. “Itu keinginan

  • Balas Dendam Berbalut Sutra   Bab 10

    “Apa yang telah kau lakukan pada River Lynch?” Rory langsung menghampiri mejaku ketika dia baru masuk ke ruang redaksi. Tatapannya serius, membuatku merasa tegang. Batinku bertanya-tanya apa yang terjadi. Pikiranku langsung melayang pada insiden-insiden terkait River yang terjadi baru-baru ini.“A-apa yang terjadi?” tanyaku tergagap, mencuri pandang ke arah Cody dan Emma yang sama-sama memberikan tatapan khawatir dan bingung.Namun, Rory melanjutkan dengan senyuman misterius, “Dia mengajukan proposal kepada Pamela meliput ulang tahun merk parfumnya.”Aku melotot, tapi tak dapat dipungkiri juga menghela napas lega. Orang-orang yang memperhatikan langsung ikut terkaget-kaget.“Wow, sungguh?” ucapku, berusaha keras menyembunyikan rasa khawatir. “Itu tentu kesempatan besar untuk majalah kita.”Lukas dengan langkah cepat menghampiri mejaku, menatap riang pada Rory. “Ya Tuhan, itu sungguhan?”Rory mengangguk, masih mengukir senyum cera

  • Balas Dendam Berbalut Sutra   Bab 9

    “River Lynch sudah datang?” tanya Rory, tanpa kusadari kedatangannya yang tiba-tiba di lokasi pemotretan. Hari pemotretan River dengan Pamela Magazine sudah tiba. Rory telah memberikan tanggung jawab ini kepadaku, sebagaimana seharusnya.“Sudah,” jawabku, diam-diam memberikan isyarat kepada Koordinator Produksi yang tadi sedang berdiskusi denganku, untuk kembali melanjutkan pekerjaannya. “Dia aman bersama para stylist dan Lukas di ruang ganti. Kau ingin melihatnya?”“Tidak perlu,” jawab Rory, sambil mengecek catatan di iPad yang dipegangnya. Matanya melirik sekeliling ruangan pemotretan, memastikan semuanya berjalan sesuai rencana. “Aku yakin semuanya berjalan lancar di sini. Namun, pastikan River tahu dengan jelas apa yang diinginkan oleh tim redaksi kita.”Aku mengangguk, mencatat saran dari Rory. “Tentu. Aku akan memastikan semuanya berjalan dengan baik. Kita ingin hasil pemotretan yang memenuhi ekspektasi Pamela.”Rory tersenyum dan melanjutka

  • Balas Dendam Berbalut Sutra   Bab 8

    “Mengapa kau ingin membalas dendam kepada Evan?” Aku bertanya, suaraku diwarnai dengan perpaduan antara kehati-hatian dan kebingungan. Itu adalah pertanyaan yang sarat makna, dan aku tidak yakin apa motivasi River. Gagasan untuk bekerja sama dengan seseorang yang baru saja kukenal, terutama untuk tujuan balas dendam, adalah sebuah keputusan yang membutuhkan pertimbangan matang.“Aku bukannya ingin membalas dendam, melainkan memberi pelajaran.” River sedikit mencondongkan tubuh, tatapannya tajam. “Hampir semua bisnis yang kujalankan … Evan adalah ahli waris satu-satunya.”Aku bengong beberapa detik. “Dia tidak tampak seperti ahli waris kaya raya,” komentarku, mengingat bagaimana sederhananya hidup Evan,  bagaimana dia bersikap, dan … pokoknya segala sesuatu tentangnya tak menunjukkan bahwa dia akan mewarisi bisnis yang kutaksir bernilai miliaran dolar. “Kau menipuku?”River berdecak halus. Kepalanya geleng-geleng sambil menghela napas lelah, seakan dia seda

  • Balas Dendam Berbalut Sutra   Bab 7

    “Gracie, rupanya kau menahan tamuku di sini.” Sebuah suara di belakangku membuatku dan bartender wanita itu menoleh. Aku tersedak ludahku sendiri. River berdiri menjulang dengan setelah abu-abunya.“Halo, Mr. Lynch,” sapa wanita itu, membuatku menahan napas. “Wanita cantik ini tamumu? Tunggu,” jedanya, menatap bingung padaku. “Jadi pria yang akan kau temui itu adalah Mr. Lynch?”“Kalian saling kenal?” tanyaku panik, teringat dengan perkataanku beberapa waktu lalu yang menyebutnya menyebalkan dan sebagainya.“Ya,” jawab Gracie, kemudian menatapku dan River bergantian. “Bar ini milik Mr. Lynch.”Pria itu kemudian menyeringai, dan tiba-tiba rasanya aku ingin menghilang ditelan bumi saja. “Sepertinya kau tersesat,” komentarnya, mencemoohku. Aku belum bisa menemukan suara. River beralih memandang Gracie. “Biar kuambil alih dari sini, Gracie.”“Ya-ya,” jawab Gracie yang masih kebingungan, “tentu, Mr. Lynch.”“Masukkan apa pun yang nona

DMCA.com Protection Status