All Chapters of Aku Juga Keturunan Jenderal: Chapter 11 - Chapter 20
100 Chapters
Bab 11
Walau sedih, Linda menjawab, "Aku bukan orang yang suka iri atau cemburu. Selain itu, demi kebaikanmu sendiri, kamu juga bisa punya sokongan di hari tua kalau punya anak sendiri. Setelah kamu hamil, dia pergi ke tempatmu atau tidak bukan urusanku."Linda jelas marah saat mengatakan kalimat terakhir.Rudi bergegas berjanji, "Jangan khawatir, aku tidak akan menyentuhnya lagi kalau dia sudah hamil.""Kamu tidak perlu berjanji, aku bukan orang kikir." Linda memalingkan tatapan, matanya penuh dengan kekesalan.Intan merasa dua orang di depannya sungguh konyol. Dia beranjak dari kursinya, lalu menatap Linda dan berseru dengan tegas, "Kehidupan perempuan sudah cukup sulit, kenapa kamu masih menghina kaum perempuan? Kamu sendiri juga perempuan, jangan merendahkan perempuan hanya karena kamu bisa maju ke medan perang. Memangnya di mata kalian, aku hanya bisa hidup mengandalkan keturunan Keluarga Wijaya? Memangnya aku tidak punya kesibukan sendiri atau kehidupan yang kuinginkan? Memangnya aku ha
Read more
Bab 12
Mutiara merasa sakit hati melihat Intan dianiaya. Ada perkataan yang tidak enak hati diucapkan oleh Intan yang terdidik, tetapi Mutiara yang hanyalah pelayan tidak takut. Matanya merah saat dia berkata, "Aku yang jadi pelayan pun tahu malu. Sebagai jenderal, kamu malah menggoda suami orang di medan perang. Sekarang, kamu bahkan menggunakan jasamu untuk menindas Nona kami ....""Plak!"Mutiara ditampar dengan keras.Rudi menampar Mutiara dengan gusar, lalu melemparkan tatapan dingin pada Intan. "Ini pelayan yang kamu ajarkan? Tidak tahu aturan!"Intan bergegas berlari ke depan untuk membantu Mutiara bangun. Wajahnya bengkak parah, dapat dilihat seberapa kuat tamparan Rudi.Intan menoleh ke belakang dengan ekspresi galak dan menampar Rudi. "Kamu tidak berhak sembarangan menampar pelayanku!"Rudi tidak menyangka Intan akan menamparnya demi seorang pelayan. Bagaimana bisa dia ditampar oleh seorang wanita, apalagi di depan Linda?Namun, Rudi tidak bisa membalasnya. Dia memelototi Intan, lal
Read more
Bab 13
Melihat semua orang dilema, Rudi mengambil daftar itu dan membacanya. Lalu, dia bertanya pada Brina, "Apa masalahnya? Mahar sepuluh ribu tahil, dua set gelang emas, dua set gelang giok, dua set konde emas, lima puluh gulung brokat. Hanya ini saja, printilannya tidak banyak.""Tidak banyak?" Brina menyeringai sinis. "Sayangnya, sekarang kas kita bahkan tidak ada seribu tahil."Rudi terkejut. "Kok bisa? Siapa yang mengurus keuangan? Apa ada kerugian?""Aku yang urus!" sahut Intan."Kamu yang urus? Mana uangnya?" tanya Rudi."Ya, mana uangnya?" Brina mencibir. "Kamu pikir Keluarga Wijaya adalah keluarga bangsawan? Kediaman Jenderal ini dianugerahkan oleh Mantan Kaisar kepada kakekmu yang menjadi jenderal. Honorarium dan beras subsidi yang ayah dan pamanmu peroleh setiap tahun bahkan tidak lebih dari dua ribu tahil. Kamu adalah jenderal bintang 4, tidak mungkin lebih banyak dari ayahmu.""Kalau begitu, aset peninggalan Kakek setidaknya masih bisa menghasilkan profit, 'kan?" tanya Rudi lagi
Read more
Bab 14
Diana terperanjat. Pinjam?Tadi Diana juga mengatakan pinjam dan akan dikembalikan pada Intan setelah sudah ada uang. Jadi, dia tidak membantah ucapan Intan.Akan tetapi, dalam hati, Diana menyalahkan Intan yang begitu perhitungan dengan suaminya sendiri. Keluarga Intan sudah meninggal semua, buat apa uangnya jika tidak diberikan pada Keluarga Wijaya?Rudi menggelengkan kepala. "Aku akan cari cara sendiri, tidak perlu pinjam uangmu."Setelah itu, Rudi berbalik badan dan berjalan ke luar.Semua orang di ruangan menatap Intan. Intan pun memberi salam. "Kalau tidak ada urusan lain, aku kembali ke kediamanku dulu.""Intan, berhenti!" Wajah Diana menjadi masam. Di bawah pengaruh marah, dia tidak lagi batuk atau lemas. Bagaimanapun, dia telah mengonsumsi sebutir pil dari Tabib Riel.Intan menatap lurus pada Diana. "Ada apa, Ibu?"Diana menasihatinya, "Aku tahu kamu sudah masuk ke istana dan mohon Yang Mulia, tapi kamu bodoh. Kalau Linda menikah dengan keluarga kita dan memiliki jasa lagi ke
Read more
Bab 15
Diana tidak percaya Riel tidak mau datang karena Riel baru saja memberinya obat dan imbauan kemarin. Seketika, Diana mengutus pelayan ke Toko Obat Pinsi untuk mengundang Riel. Alhasil, Riel sama sekali tidak keluar, hanya menyampaikan pesan melalui tabib jaga.Pengurus menyampaikan pesan itu secara lengkap kepada Diana yang kemudian membuatnya marah besar.Tabib jaga itu menyampaikan pesan dari Riel, "Ke depannya, kalian tidak perlu datang lagi untuk mengundangku. Perbuatan Keluarga Wijaya sangat tidak bermoral. Mengobati orang tidak bermoral akan membuat umur hidupku jadi pendek. Aku tidak mau mati lebih awal."Diana membentak dengan marah, "Pasti Intan yang suruh Tabib Riel berhenti mengobatiku. Tak disangka, kejam sekali dia! Saat dia baru dinikahi waktu itu, aku pikir dia lembut dan soleh. Sepanjang tahun ini, juga tidak kelihatan dia ternyata begitu kejam. Dia ingin aku mati! Aku akan mati tanpa obat dari Tabib Riel!"Javier berdiri di samping tanpa berkomentar, tetapi dalam hatin
Read more
Bab 16
Rudi sibuk di luar sana untuk meminjam uang dengan teman dekat.Akan tetapi, Rudi baru mengumpulkan seribu tahil, masih jauh dari belasan ribu tahil yang dibutuhkan untuk membiayai maskawin, mahar dan resepsi.Tentu saja, jika Rudi bersedia merendahkan diri dan meminjam uang dengan keluarga bangsawan, meminjam dua atau puluh ribu tahil pun tidak jadi masalah. Rudi yang pulang membawa jasa sedang menjadi orang populer di pemerintahan sehingga banyak orang yang ingin menjilatnya.Namun, Rudi merasa malu.Meminjam uang adalah hal yang sensitif dan memalukan. Bagaimana mungkin Rudi mau kehilangan muka?Setelah dipikir-pikir, Rudi lebih memilih untuk meminjam uang Intan. Kehilangan muka di depan Intan jauh lebih baik daripada kehilangan muka di depan orang lain.Dalam perjalanan pulang, Rudi berpapasan dengan adiknya yang menunggang kuda. Sebelum dia sempat bertanya, Beni langsung berseru, "Kak Rudi, cepat pulang. Ibu nyaris mati karena Kak Intan."Mendengar karena Intan lagi, Rudi bertanya
Read more
Bab 17
Rudi menarik napas dalam-dalam dan menatap Intan dengan ekspresi mata tidak percaya.Intan benar-benar menginginkannya atau hanya mengancam? Namun, Rudi tidak akan menceraikan Intan. Jika tidak, orang-orang akan mencemooh dia dan Linda.Selain itu, para tentara akan jijik pada mereka karena Marko adalah jenderal pahlawan di mata para tentara. Rudi tidak boleh kehilangan kepercayaan para tentara."Intan, aku tidak akan menceraikanmu." Rudi merasa jengkel dan galau. "Aku juga tidak akan menindasmu. Aku hanya berharap kamu jangan buat masalah lagi, terutama kali ini kamu mengancamku dengan kondisi penyakit Ibu. Kamu tidak merasa dirimu kejam? Kalau ada permintaan, ada keluhan, kamu bisa lampiaskan semuanya padaku. Jangan sakiti Ibu. Kalau orang-orang tahu kamu durhaka, reputasimu bisa hancur."Ekspresi Intan menjadi dingin. "Kamu tidak akan menceraikanku atau tidak berani? Menceraikanku hanya berdampak buruk bagimu. Kamu takut dikatai pria bajingan, tapi lebih takut kehilangan dukungan ba
Read more
Bab 18
"Cih!" cibir Mutiara. "Mahar sebesar sepuluh ribu tahil? Mereka pikir Keluarga Wijaya itu keluarga bangsawan? Saat Nona nikah waktu itu, Nyonya hanya terima mahar ribuan tahil. Rugi sekali!"Intan merasa sedih. "Ya, aku dijual dengan harga murah."Mutiara pun tertawa, tetapi tiba-tiba menangis setelah itu. Nona telah banyak dirugikan setelah menikah. Nyonya percaya Rudi akan menepati janji untuk tidak memiliki selir. Alhasil, itu hanyalah kebohongan yang membuat kehidupan Nona menjadi kelam.Mutiara menyeka air matanya, lalu pergi mengambil sup biji teratai dan sup sarang burung walet. Dia juga mengajak pelayan yang lain untuk makan bersama.Dekret cerai dari Yang Mulia masih dirahasiakan sampai saat ini. Tentu saja, semua pelayan yang dibawa dari Keluarga Belima setia dan dapat diandalkan. Tidak masalah jika mereka tahu. Bagaimanapun, mereka harus membuat persiapan lebih dulu.Satu-satunya kekhawatiran Intan adalah Yang Mulia tidak menurunkan dekret yang menyetujui mereka cerai. Dicer
Read more
Bab 19
Setelah menyerahkan kekuasaan, Intan tidak lagi meninggalkan Kediaman Wanar.Selain orang yang dibawa dari Kediaman Bangsawan Belima, Intan tidak mau menemui siapa pun. Makanannya bahkan dibuat di dapur Kediaman Wanar. Dayang Ita dan Dayang Irna sendiri yang pergi membeli sayur, lalu memasaknya.Sejak Intan menarik semua pelayannya, Kediaman Jenderal menjadi kacau.Selen terpaksa meminta pengurus untuk mengangkat orang-orang yang kompeten dan menggantikan posisi yang kosong, lalu melakukan tugas seperti biasanya.Akan tetapi, pasti kekurangan orang untuk menyiapkan acara pernikahan sekarang. Pelayan yang dibeli setelah Intan menikah telah dilepaskan oleh Dayang Irna dan Dayang Ita. Jadi, pelayan di masing-masing kediaman pun tidak cukup.Ketika Selen melaporkan hal ini, Diana memijat kening saking marahnya. "Benar-benar tidak menyangka dia begitu kurang ajar. Ibu benar-benar buta, masih baik padanya sebelumnya dan tidak pernah mengekangnya dengan aturan."Mendengarnya, Selen tidak mera
Read more
Bab 20
Dikarenakan penyakit Diana kambuh, Kediaman Jenderal menjadi kacau. Pada akhirnya, kondisi Diana kembali stabil setelah mengundang tabib keKaisaran.Tabib keKaisaran memberi tahu Rudi, "Sebelumnya, aku sudah pernah mendiagnosis Nyonya Diana, tetapi aku tidak cukup terampil. Di ibu kota, tabib yang terbaik dalam mengobati penyakit jantung adalah Tabib Riel. Pil Obat Erta buatannya adalah pil penyelamat Nyonya Diana. Sekarang, aku hanya bisa menstabilkan kondisi Nyonya Diana. Nyonya Diana sudah mengonsumi Pil Obat Erta sepanjang tahun sehingga cukup sehat sekarang. Kalau sering kambuh nanti, aku tidak bisa berbuat apa-apa."Setelah itu, tabib keKaisaran pergi.Mata Rudi memerah saking marah. Dia secara pribadi mengundang Tabib Riel pada malam ini, tetapi Tabib Riel menolak untuk menemuinya.Rudi tahu Intan ingin menggunakan hal ini untuk memaksanya jangan menikahi Linda. Keji sekali taktik Intan, sampai mengancam dengan keselamatan Ibu. Benar-benar keji!Rudi langsung mendatangi Kediaman
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status