All Chapters of Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.: Chapter 161 - Chapter 170

183 Chapters

Bab 162

Malam kian larut, Nisa sudah masuk ke dalam bedcover, dia tak bisa memejamkan mata, sejak tadi ponsel Damar pun tak bisa di hubungi.Nisa mengetikkan sesuatu, saat terkirim, lansung terbaca oleh Damar. Lelaki ini melakukan panggilan. Nisa menekan tombol hijau, di dalam ponselnya penampakan lelakinya sedang Membuka kemeja."Mas. Baru pulang?" tanya Nisa. Sepertinya ponsel Damar di taruh di atas nakas, lelaki ini mondar mandir menaruh pakaian yang tadi dia buka di keranjang pakaian kotor. "Mas, mandi dulu, kamu udah mau tidur?" tanya Damar. "Iya, tapi Nisa nggak bisa tidur," keluh wanita cantik ini. "Mas mandi dulu, nanti kita deeptalk," ujar Damar. Nisa mengangguk. Damar pun masuk kamar mandi, membersihkan diri dari penatnya masalah yang sedang menimpa perusahaannya.Walaupun sebenarnya ringan tapi jika tak ditangani dengan cepat dan cermat bisa bergulir menjadi masalah besar. Setelah menunggu, Damar keluar hanya meli
last updateLast Updated : 2024-10-26
Read more

Bab 163

Lelaki tampan dengan setelan jas mahal membuat wajah tampannya terlihat semakin sempurna. Damar meyesap kopi di atas meja perlahan, padahal asap masih mengepul dari dalam cangkir. "Enak yang panas-panas ya, Pak?" tanya seorang wanita cantik berpakaian elegant khas wanita karier. Damar mendongak, menatap Ivana yang sedang tersenyum manis, semanis kopi yang sedang Damar nikmati. "Boleh saya temani?" tanya Ivana sopan meminta izin pada lelaki tampan yang hanya menatap sejak tadi. "Silahkan, Bu. Tapi saya sedang mengerjakan laporan, tak apa?" tanya Damar sopan. "Iya, Pak, nggak apa-apa, saya hanya mau menikmati sarapan saya. Bapak nggak sarapan? Mau saya pesankan?" "Nggak, Bu. Saya sudah makan roti tadi di kamar," jawab Damar terus fokus pada layar laptop, jemari kokohnya lincah mengetik pada keyboard. Ivana menikmati sarapan pagi, makanan di hadapannya terasa lezat berkali lipat, pasalnya hatinya berbunga-bunga makan pagi bersama lelaki tampan. Ponsel di tangannya mengabadikan ket
last updateLast Updated : 2024-10-26
Read more

Bab 164

Sore menyapa, senja menghiasi langit sore, lalu lalang wajah lelah menghiasi kota metropolitan. Sedari pagi berjibaku melakukan segala upaya demi sesuap nasi, jika beruntung bisa mendapat sebongkah berlian. Nisa menyandarkan bahu di sandaran kursi, sore ini dia minta di antar oleh Sopir kantor. Ternyata selelah ini lelakinya selama ini mengelola usaha hingga berkambang pesat seperti sekarang ini. Dua hari ini Nisa hanya memantau dan belajar, bagaimana kekasih hatinya yang harus mengatur strategi bertahan dan terus melebarkan sayap. Pantaslah Nabi Muhammad pernah berkata, jika manusia boleh di sembah maka aku suruh seorang istri bersujud di kaki suaminya. Setinggi itu derajat suami, karna pengorbanan suami begitu besar. Lelahnya mencari uang untuk mencukupi finansial istri. Semua dosa istri di pertanggung jawabkan oleh suami terlebih dahulu. "Mas, maafin Nisa ya, selama ini sering merepotkan," gumam Nisa, mengingat suaminya yang kini juga sedang berjuang di kota lain, sana. Mobil m
last updateLast Updated : 2024-10-27
Read more

Bab 165

"Mas hari ini Nisa berangkat ke semarang tapi kayanya nyampenya sore," ujar Nisa, berbincang dengan Damar lewat sambungan ponsel. Wanita energik ini sibuk dengan tas yang akan di bawa. "Hati-hati," jawab Damar memperhatikan Nisa yang sibuk. "Kamu sibuk banget? Lagi ngapain?" "Ini masukin makeup, ya udah ya Mas, Nisa matiin, Nisa mau berangkat," ujar Nisa menatap layar ponsel, terlihat Damar sedang mengancing baju kemeja berwarna putih bersih ini. Netra Nisa mengerjap, menatap Damar intens. "Kenapa liatin begitu?" tanya Damar. "Katanya udah mau berangkat?" tanya Damar."I-iya, Mas, udah ya." Nisa segera menekan tombol merah."Duh, makin ganteng aja kamu, Mas," gumam Nisa sambil melenggang keluar kamar. Jemarinya masih fokus pada layar ponsel mengetikkan sesuatu yang dia kirim ke Emran. Tak lama ponselnya berdering, senyum tersungging di bibir Nisa. "Assalamualaikum, Bang," sapa Nisa riang. "Iya, Nisa tunggu. Jangan sampe nggak dateng," ujar nisa, " ya udah, Bang, Nisa matiin po
last updateLast Updated : 2024-10-28
Read more

Bab 166

Ivana memijit kening, dia merasa ada yang salah dengan dirinya. Perlahan dia menghampiri Damar, meminta lelaki ini mengantar ke kamar Hotel. Melihat Ivana seperti mabuk Damar menuntun Ivana, sebelumnya dia berpamitan pada rekan kerjanya. "Bu, Anda kenapa?" tanya Damar karna melihat gelagat aneh Ivana, mereka menunggu secure parking mengambil mobil. "Nggak tau, Pak. Kepala saya pening, padahal saya nggak minum banyak," ucap Ivana. "Itu mobil saya datang, pakai mobil saya saja, Pak," ujar Ivana. Damar mengangguk, tetapi ketika ingin masuk ke dalam mobil Ivana, lagi-lagi Bayu memanggil. "Sebentar, Bu. Asisten saya memanggil!" seru Damar. Ivana yang sudah duduk hanya menyandarkan kepala di jok mobil. Dia menengok ke keberadaan Damar, lelaki itu tak ada di tempat dia berdiri, netra Ivana yang sudah mulai meremang mencari di mana keberadaan Damar, tapi tak tampak di pandangannya. Tubuhnya semakin menggila, dia tak tahan ingin segera masuk ke dalam kamar mandi, setidaknya air bis
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 167

"Tunggu." Emran mencegah Daniel pergi. Tetapi Ivana menarik tangan Emran lalu berbisik. "Dasar perempuan gila, kamu yang masuk ke dalam kamarku, dan memaksaku melayanimu, lalu aku juga di paksa menikahi kamu?!" Emran terlihat marah. "Kamu menjebakku?" Murka Emran dengan bola mata hampir keluar. "Tapi aku nggak bisa berbuat apa-apa, kakek mengancam, sebelum dia masuk ke sini dia sudah mencari tau siapa kamu, dan nama baikmu di pertaruhkan. Tolong aku, Pak. Dan kalau sampai kita nggak menikah aku bakalan di coret dari ahli waris keluarga." Ivana duduk lesu di pinggir ranjang. Dalam beberapa saat ada keheningan di antara mereka. Emran menyugar rambut frustasi. Tau bakal jadi begini tak akan dia melakukan hal nista ini. "Ya Allah." Emran menyebut nama Tuhannya, yang entah kapan terakhir dia menjalankan kewajibannya. Tau bakal runyam seperti ini dia akan mengusir Ivana, bukannya terbuai oleh cumbuan wanita seksi di hadapannya. Emran menarik nafas dalam, "Ya Tuhan, apakah benar wanita b
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

Bab 168

"Mas, Ivana kemana? nggak kelihatan? Tanya Nisa. Damar baru menyadari saat Nisa mencari Ivana. "Oh iya, nggak ada ya? "Mas, juga nggak tau," ucap Damar.Beberapa hari mereka mengahabiskan waktu mengurus semua kepentingan bisnis di Semarang. Nisa menikmati hari-harinya menjadi sekretaris plus-plus buat suaminya. Di benak Nisa ini adalah puncak kebahagiaannya. Saat ini dia benar-benar pada masa kebahagiaan. Damar yang setia atas tiap godaan wanita elegan di sekelilinnya. Damar begitu menjaga pandangan saat bercengkrama atau melakukan pertemuan dengan lawan jenis. Bahkan beberapa kolega dari luar yang tak tau Nisa adalah istri blak-blakan menawari Damar wanita di hadapan Nisa. "Mr, silahkan pilih wanita kita nikamati semua keberhasailan tender ini," tawar seorang pria bertubuh tambun, berperut buncit berkulit pucat. "Tengkyu, Mr. Saya sudah ada yang menemani." Damar memeluk Nisa erat. "Oh, Mr Damar, Anda tak mau rugi rupanya, membawa serta sekretaris untuk di nikmati di mana pun
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

Bab 169

Byuurrr .... Kali ini ombak semakin besar, tubuh Damar dan Nisa terseret beberapa meter Damar masih erat memeluk Nisa. Merasa ombak menggulung semakin besar, lelaki ini memanggul Nisa, berlari ke arah bibir pantai. Mencoba menghindar dari terjangan ombak yang menggulung.Byurrr ....Lagi tubuh terkena deburan ombak, tetapi tak membuat tubuh Damar terhempas dengan kokoh lelaki ini memasang kuda-kuda bertahan dari seretan air laut. Mereka sampai di tempat kering lalu Damar menurunkan Nisa. Dada lelaki ini turun naik, mereka masih tertawa lalu merebahkan tubuh di pasir."Seru banget, Mas, Nisa nggak bakalan lupain ini. Nisa takut banget tadi." Cerocos Nisa. "Masih takut nggak?" tanya Damar, nafasnya sudah teratur. "Kan ada kamu," ucap Nisa mengelus dada bidang lelaki di sebelahnya. Pandangan menatap langit yang di penuhi bintang. "Di sini bintangnya keliatan banget ya, Mas?" ujar Nisa. Damar tak menjawab, dia memiringkan tubuh meraih dagu Nisa mencium lembut, lalu berubah menjadi l
last updateLast Updated : 2024-11-02
Read more

Bab 167

"Anak ayah belum tidur?" tanya Damar. Fatta menggeleng. "Kenapa kok mukanya cemberut begitu?""Mau Mama Nisa. Mama Nisa kenapa pergi nggak pulang-pulang!" rajuk Fatta, ada kerinduan terpancar di wajah imut gadis kecil ini. "Mamah ikut ayah, tuh mamah udah tidur." Damar mengarahkan ponsel ke tempat Nisa berada. "Fatta nggak di ajak," rengek gadis kecil ini manja. "Nanti ayah buatkan jadwal, kita jalan-jalan bareng semua ya." Fatta mengangguk, netranya seketika berbinar. "Sudah lekas tidur, sudah malam, Mbak Kila udah ngantuk, tuh." Kila menundukkan wajah, malu terlihat oleh majikan mudanya.Fatta mengangguk, hubungan pun terputus. Damar menyandarkan bahu di sandaran kursi. Menatap Nisa, berharap istrinya cepat mengandung, setelah itu ia ingin mengambil cuti kerja dan berlibur dengan seluruh keluarga. Nisa menggeliat, memanggil Damar. "Mas, udah malam tidur," suara serak Nisa memanggil. Lelaki ini mematikan laptop bangun dari kursi, menghampiri Nisa. Melingkarkan tangan mengendus
last updateLast Updated : 2024-11-03
Read more

Bab 168

Tiga wanita ini menatap Nisa horor, tak menyangka gadis yang menurut mereka masih imut ini bisa berubah garang. Tiga wanita ini mundur terartur. "Peace, Dek." Tiga wanita ini kompak menunjukkan jari telunjuk dan tengah ke atas, lalu terbirit pergi meninggalkan Nisa. Nisa membalikkan badan menatap Damar kesal, "Seneng ya di godain perempuan-perempuan seksi." Suara Nisa di tekan, bola matanya membola mentap Damar. Lelaki atletis ini menggeleng patah-patah, horor juga kalau sampai Nisa melempar barbel yang dia pegang ke arahnya. Nisa membuang nafas kasar, lalu duduk di kursi istirahat. "Kamu mau pake alat yang mana Nis?" tanya Damar. Nisa menggeleng. "Nisa ngeliatin kamu aja, Mas." Damar melanjutkan olahraga, Nisa asik tiduran di kursi sambil terus mengawasi Damar. "Ya Allah begini amat punya suami, nggak punya suami galau, punya suami kok begini amat," keluh Nisa tak bersyukur. Nisa menggeliat, dia merenggangkan badan, tangan meraba-raba kasur. Netranya mengerjab, "Mas," panggil N
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more
PREV
1
...
141516171819
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status