All Chapters of Aku Tak Ingin Menjadi Yang Kedua.: Chapter 151 - Chapter 160

183 Chapters

Bab 152

"Tadi bukannya udah mas jelasin, kok masih marah." Damar membawa tubuh ramping Nisa ke dalam dan menaruh di atas pembaringan. Nisa tak menanggapi lagi. Dia menarik selimut menutupi tubuh hingga kepala. Tidur membelakangi Damar. Lelaki ini pun membaringkan tubuh di sebelah Nisa, menarik tubuh Nisa agar mendekat padanya. "Kamu besok ikut ke kantor aja, mau nggak? Nggak apa-apa kalo mau ngawal mas ke mana aja." Nisa seolah tak mendengar bisikan Damar, dia memejamkan mata, berusaha melupakan vidio kiriman Ivana tadi, hati tak terima Damar membopong Ivana, seharusnya Damar meminta tolong saja orang lain untuk menolong Ivana. 'pikir Nisa. Damar membuang nafas kasar, dia menelentangkan tubuh menghadap langit-langit kamar. Huru hara dalam rumah tangganya dengan Nisa belum seberapa, perjalanan kehidupan dengan Nisa masih di fase awal. Selama ini Damar berusaha menjaga mata dan hati. Dia berharap Nisalah wanita satu-satunya yang bertahta kini, tetapi gangguan selalu ada saja yang data
last updateLast Updated : 2024-10-15
Read more

Bab 153

Kegiatan pagi ini di dalam gedung Hadiyata begitu sibuk, hari ini ada rapat besar dengan semua kepala divisi. Dan hari ini hari pertama Nisa mendampingi Damar sebagai seorang sekretaris. "Bu Nisa ini file-file yang harus di bawa ke ruang rapat, bagaimana? apakah Bu Nisa sudah siap?" tanya Roni pada wanita yang dia hormati. Nisa mengangguk yakin."Nanti saat Bu Nisa di ruang rapat ponsel saya akan stand by, jadi kalau ada yang kurang paham bisa tanyakan ke saya," ujar Roni, lagi. "Sudah siap," Damar datang dari dalam ruangannya. Tanpa mengeluarkan suara Nisa hanya mengangguk. Baru kali ini dia ikut serta dalam menjalankan bisnis. Yang dia tau selama ini adalah menghabiskan uang. Nisa berjalan bersisian dengan Damar, lelaki berperawakan tinggi ini berjalan penuh percaya diri menuju ruang rapat. wanita cantik ini melirik pada suaminya, merasa di perhatikan Damar menengok pada Nisa. "Kenapa? Gerogi?" tanya Damar. Nisa menggangguk. "Nggak usah gerogi, percaya diri, gesture berpengar
last updateLast Updated : 2024-10-17
Read more

Bab 154

Sengaja Nisa mengganti pakaian siang ini, dia ingin menunjukkan pada Ivana jika dia habis enak-enak bareng Damar setelah makan siang tadi, padahal sebenarnya di dalam kantor suaminya Nisa terlelap, rasanya dia lelah sekali, baru kali ini dia benar-benar bekerja. Menguras tenaga dan otak. Setelah menggoda Damar dan makan, lalu melakukan ibadah, mata Nisa mendadak mengantuk, dia pun terlelap di pelukan Damar, lelakinya membangunkan ketika hendak memulai lagi rapat siang ini.Ivana menatap Nisa jengah, begitupun Nisa menatap Ivana dengan pandangan tak mau kalah. Damar memperhatikan gelagat Nisa, hatinya bersorak, Nisa adik kecilnya dari dulu memang selalu overprotektif terhadap dirinya. "Baik, sesuai kesepakatan kita, penambahan bahan baku akan di lakukan awal bulan depan, untuk kerjasama pertama kita di bidang ini, maka akan kami beri pengurangan harga 10%. Silahkan Pak Damar Anda bisa tanda tangan si sini." Ivana menunjuk kertas yang dia sodorkan di hadapan Damar. "Semakin cepat Anda
last updateLast Updated : 2024-10-17
Read more

Bab 155

"Udah nggak usah gugup begitu!! selama ini gue fine aja, asal elo nggak banyak ngoceh, sekarang gue kasih elo pilihan, elo mau lebih pro ke gue apa pro ke sana? Kalo elo lebih pro ke sana, gue melebarkan tangan dengan senang hati. Setidaknya hilang satu mata-mata kekek tua itu." "Tapi, Mbak ak--""Elo cuma harus bersikap seperti biasa aja, anggap aja gue nggak tau, kasih aja laporan setiap hari seperti biasa," ucap Ivana santai. "Terus kalo sampai waktunya Mbak nggak dapet jodoh yang pas bagaimana?" tanya Mila pelan. "Itu urusan gue, elo nggak usah repot, pokoknya pas waktunya, gue pasti dapet apa yang gue rencanain," jawab Ivana percaya diri. Mila menaikkan kaca mata yang merosot dari hidung kecilnya, gelisah. ***"Mas, kalo di senggol-senggol Ivana jangan diem aja dong," ujar Nisa, saat ini mereka sudah masuk ke dalam bed cover. "Kapan Ivana senggol-senggol?" tanya Damar, lelaki ini membaringkan tubuh di sebelah Nisa, lalu kembali meraih ponsel karna ada pesan masuk. "Emang t
last updateLast Updated : 2024-10-18
Read more

Bab 156

l"Pah, mamih mau bicara!" ujar Fina, setelah menyelesaikan makan, karna Chandra sudah mengangkat tubuh, hendak meninggalkan meja makan. "Mau bicara tentang apa, Mih?" tanya Chnadra, menghentikan langkah.Fina melirik pada Fatta yang masih menyelesaikan makan di suapi Kila. "Ayo ke ruang kerja." Chandra mengerti arti tatapan mata Fina, lelaki ini berjalan menuju ruang kerja di ikuti Fina. "Kila, nanti buat bekal, Fata, mau di bawakan puding, ada di kulkas, ya," perintah Fina sebelum meninggalkan meja makan. Kila mengangguk, "Iya, Nya."Fina mengekor di belakang Chandra perutnya sudah semakin terlihat bulat, tubuhnya pun sedikit berisi. Wanita yang dulu begitu merawat penampilannya ini kini seolah tak lagi memperhatikan tubuhnya, tetapi sepertinya dia nyaman dengan apa yang dia lakukan sekarang. Wanita dengan pakaian longgar ini menutup pintu perlahan. Membalikkan tubuh berjalan menuju Chandra berada. "Duduk, Mih," suruh Chandra saat Fina hanya berdiri mematung di hadapannya. Fi
last updateLast Updated : 2024-10-19
Read more

Bab 157

Nisa juga Damar asik berkumpul di ruang keluarga. Biarpun lelah Nisa tetap menemani Damar bermain dengan dua putra putrinya. "Ayah aku kangen, Ayah kemana aja tiga hari nggak temenin aku main? " tanya Fatta. "Mama Nisa juga udah nggak pernah di rumah, Fatta cuma main sama Mbak Kila, sama Dedek. Dedek nakal aku suka di pukul." Fatta merajuk manja pada Damar. "Kamunya jangan jail sama dedek, itu dedeknya anteng," ujar Damar, menunjuk Attala yang sedang duduk di pangkuan Nisa, memainkan mobilan. "Aku cuma mau pinjam mobilan, nggak boleh, boneka aku mau pergi jalan-jalan, pake mobil, sama adek nggak boleh, jadi aku rebut," ujar Fatta lagi. "Ya nggak boleh rebut-rebut dong," ucap Damar sambil tersenyum lembut lalu menjawil dagu putrinya"Damar, Papa mau bicara." Dari arah belakang Chandra datang memanggil Damar. Nisa yang sedang fokus pada benda segi empat di depannya tak mendengar Chandra memanggil, tangannya mengelu-elus kepala Attala yang ada di pangkuannya."Mas, besok aku mau m
last updateLast Updated : 2024-10-20
Read more

Bab 158

"Mih, sini duduk dekat papah." suara Chandra membuyarkan lamunan Fina. Fina berjalan perlahan, tangannya sambil mengelus perut yang sudah terlihat membesar. Dia duduk di dekat Chandra tetapi masih berjarak. "Sini, Mih. papah mau pegang perut Mamih." Fina diam tak mendekat. "Pah, bukannya kita sudah bukan suami istri?" tanya Fina lagi. Chandra tersenyum lembut, dia menggeser bokong mendekati Fina karna Fina tak mendekatinya. Lelaki ini menggenggam tangan Fina lalu mengecup lembut, mendapat sentuhan Chandra ada gelenyar merambat ke seluruh tubuh Fina.Sekuat tenaga Fina menahan gelenyar yang merambat, apa lagi dengan lembut Chandra mengelus tangan lalu mengelus perut Fina. "Mamih, mau kan jadi istri papah lagi?" Fina mendongak menatap Chandra, netranya bertemu dengan netra lelaki tua ini. "Pah. Mamih ...." Fina menarik jemari dari tangan Chandra."Kenapa?" "Pah." Fina gugup, tangannya menyentuh perutnya. "Anak ini. mamih masih--" "Papah terima apapun itu, Mih. Kita rawat bareng
last updateLast Updated : 2024-10-21
Read more

Bab 159

Sepanjang jalan Nisa melamun, dia memikirkan Emran juga Ivana. Emran melajang karna beberapa kali patah hati, dan Ivana si petualang cinta, mungkin saja mereka cocok, Emran yang kalem dan Ivana yang sok kepedean. Sejak tadi Nisa memandang ke arah luar, tangannya menyangga dagu. Bahkan Fatta merengek saja, sepertinya Nisa tak mendengar. Dia masih memutar otak bagaimana cara mempertemukan Ivana dan Emran. Tapi kalo Ivana petualang lelaki berarti dia udah di celup-celup, kasian amat Bang Emran dapet bekasan," mimik muka Nisa berubah kecewa. "Ah ... Tapi siapa tau Bang Emran nggak masalahin masalah itu, jodohin aja deh siapa tau jodoh, apapun rintangannya kalo jodoh nggak akan kemana," ujar nisa sumringah masih berbincang sendiri."Mah." Damar menyentuh lengan Nisa."Iihhh ... Bikin kaget, apaan sih, Mas!!" ujar Nisa tubuhnya terjengkit."Lagi ngayalin apa? mukanya sampe begitu? ntar senyum ntar cemberut! Fatta rewel ini, mau di pangku mamah katanya." telisik Damar. "Nggak ngayalin
last updateLast Updated : 2024-10-22
Read more

Bab 160

Angin berhembus semilir mengoyang dedaunan, sang bagaskara menyorot hangat membuat kelopak bunga bermekaran, perlahan embun menghilang, memberikan nuansa pagi ceria.Pagi ini seisi rumah terlihat bahagia. Dua anak kecil bercanda riang, sepasang paruh baya bercengkrama hangat, juga sepasang kekasih yang seperti enggan keluar dari peraduannya. "Katanya mereka hari ini mau ke luar kota kenapa belum turun?" gumam Chandra. "Lagi getol bikin anak, Pah," jawab Fina sekenanya. "Ini, Pah minum ini." Fina memberikan secangkir minuman."Apa ini Mih?" "Madu, khusus buat Papah. Aman buat jantung." Fina mengerling pada Chandra. Tanpa bertanya lagi lelaki ini langsung meminum racikan yang di berikan Fina, lelaki ini sadar wanitanya masih menginginkan, mungkin karna lama tak tersentuh, kini dia menginginkan dan menginginkan lagi. Kini kondisi Chandra pun semakin membaik, melihat putrinya bahagia, hari-hari ditemani dua anak Damar, juga melihat perubahan Fina membuta hati Chandra tenang dan tentr
last updateLast Updated : 2024-10-24
Read more

Bab 161

"Biarpun apa, Pak?" "Biarpun sering di beri hadiah." Bola mata Nisa terbelalak. "Maksudnya?" "Begini, Non!" Roni menjelaskan apa itu hadiah dari para kolega pemenang tender. Bola mata Nisa makin terbelalak lebar mendapati kenyataan kehidupan para pengusaha muda ini. "Nisa selama ini nggak tau, Pak. Tapi bener Mas Damar nggak pernah mau terima?" tanya Nisa penasaran. "Pak Damar memiliki iman yang kuat, Non. Kata Pak Damar, Non Nisa di rumah udah cukup." Rona kemerahan terlihat di wajah Nisa, dia merasa tersanjung. Tetapi godaan itu pasti akan terus ada. Sekarang Nisa masih muda seksi dan cantik. Katanya wanita setelah melahirkan itu badan, hormon dan segalanya bisa berubah. Saat itu apakah Damar masih merasa cukup hanya dengan Nisa seorang. 'pikir Nisa. "Pak, Nisa mau belajar keluar masuknya keuangan, boleh?" tanya Nisa. "Boleh, Non. Selama saya masih di sini, Non boleh minta ajarin apapun sama saya, Tuan Chandra berperan banyak untuk saya dan keluarga saya, saya a
last updateLast Updated : 2024-10-25
Read more
PREV
1
...
141516171819
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status