Sore itu Anjas mengantarkan Evi sampai tempat kost Naina. Berulang kali mereka menolak, bermaksud naik taksi online saja tetapi Anjas tetap mengantar.“Jadi mulai besok kamu akan langsung bekerja?” tanya Anjas setelah meletakkan barang-barang mereka. Tidak banyak hanya tas yang berisi pakaian Evi dan sedikit makanan yang Anjas berikan untuk mereka. Evi menggangguk.“Apa pekerjaanmu?” Tanya Anjas, Evi memandangnya keberatan, untuk apa dia tahu. Bukankah sudah cukup di sini saja, dia tidak perlu ikut campur urusannya.“Maaf karena kondisimu belum memungkinkan untuk bekerja, kamu masih butuh istirahat setidaknya satu sampai dua hari, rahimmu masih lemah dan pendarahan yang kamu alami cukup banyak. Wajahmu juga masih pucat,” papar Anjas menelisik keberatan di wajah Evi.“Anjas benar, Vi kamu besok istirahat dulu, aku akan bilang dengan kepala dapur, kebetulan dia temanku,” sambung Naina menenangkan Evi.“Aku nggak mungkin izin pada hari pertama kerja, Nai,” tolak Evi“Kepala dapur? Apa pe
Read more