Semua Bab Dikira Pelakor, Ternyata Dinodai Majikan: Bab 21 - Bab 30

47 Bab

Bukan Teman Biasa

““Vi, tunggu, Vi, aku ingin bicara,” kejar Rehan saat Evi kembali menghindarinya. Evi baru saja tiba. Baru menaruh barang di loker tetapi Rehan seperti menunggunya. Dia sudah ada saat Evi keluar dari ruang itu.“Aku mau kerja, aku di sini mau kerja, tentang masa lalu kita sudah lama selesai tidak ada yang perlu dibicarakan lagi,” tegas Evi tanpa berbalik.“Aku mau minta maaf Vi, aku menyesal meninggalkanmu, aku tidak baik-baik ….”Evi mendengkus, meneruskan langkah tanpa menunggu Rehan selesai bicara.“Vi …”Evi segera bergabung dengan teman-temannya di dapur. “Kenapa dia Vi?” tanya salah satu rekannya, Evi hanya mengangkat bahu, segera menuju ke bak cuci piring untuk menyiapkan sabun dan lainnya.“Hati-hati, Vi. Istrinya galak gampang salah paham,” bisik yang lain.Evi tersenyum kecut mendengarnya.“Ya jangan dekat-dekat, aku aja pernah dilabrak cuma gara-gara nganter pesanan bareng dia,” sambung yang lain lagi.Evi sedikit mengernyit, baru mendengar tentang itu. Dia memang tidak pe
Baca selengkapnya

Satu Hari Bersama nya

“Ke sini dulu, Chesa.” Evi menarik perlahan tangan Chesa di gandengannya menuju kandang monyet, Chesa tampak antusias sekali melihatnya.“Itu monyet, Ante? Monyet suka pisang,” serunya. Evi mengangguk mengambil pisang dari keranjang yang mereka bawa. Monyet-monyet itu tampak melompat dari dahan ke dahan sambil berseru gaduh.“Kita kasih makan ya,,” kata Evi memotong pisang menjadi beberapa bagian, memberikan 1 potong nya pada Chesa. Chesa melemparkan potongan itu melalui celah yang tersedia. Dia berseru senang saat ada yang berhasil menangkap lemparannya.Dari kandang monyet mereka berpindah lagi ke kandang yang lain. Chesa tampak senang sekali. Anjas yang mengikuti mereka dari belakang jadi menyesal sangat jarang mengajak Chesa jalan-jalan.“Istirahat dulu,” ajak Evi sambil menuju bangku di dekat mereka. Dia mengelap keringat Chesa yang mengalir di dahi. dan Merapihkan ikatan rambutnya.“Minum dulu ya sama makan kue, nanti kita lihat macan, gimana suara macam?” tanya Evi sambil memba
Baca selengkapnya

Rencana Bima

Naina tertegun menatap langkah Evi yang menghilang ke dalam kamar mandi. Hatinya ikut teriris mendengar kalimat Evi. Rasa bersalah mendera.Sejak dari rumah dia memang sudah tidak bisa menahan emosi, cemburu dan merasa tersaingi. Padahal tidak seharusnya dia cemburu dirinya tidak ada hubungan apa-apa dengan Anjas.Mengapa saat dirinya jatuh cinta lagi harus ada Evi di sisinya. Evi sungguh bukan levelnya untuk bersaing, dirinya lebih segalanya. Dirinya lebih berpenghasilan dan mandiri. Berasal dari keluarga baik-baik. Namun mengapa Anjas seperti lebih menyukai Evi dibanding dirinya. Naina menghentak kaki dengan kesal, masuk kamar dan menghempaskan diri ke kasur.Pagi itu Naina terbangun oleh aroma masakan yang menusuk hidung. Dia memang sedang libur sholat jadi saat azan tadi dia tidur lagi. Pasti Evi yang sudah memasak, dia memang rajin sekali selama tinggal di sini, sering memasak, tempat kos nya juga jadi selalu bersih dan rapi.Naina memaksa diri bangun, segera mengambil handuk dan
Baca selengkapnya

Melepaskan

Vida menangis di kamarnya, tidak tahu harus mengadu ke mana. Semakin hari Bima semakin berubah, semakin jauh dari nya. Ingin mengadu pada orang tua atau mertuanya percuma saja, mereka sudah tua hanya menambah pikiran mereka saja.Bela dan Caca belum mengerti apa-apa, mereka terbiasa hidup penuh kemudahan dari kecil. Mudah memperoleh apa yang diinginkan. Tinggal mengadu saat ada masalah, maka Bima akan turun tangan membereskan.Dua puluh lima tahun mereka bersama haruskah berakhir begitu saja? Bagaimana caranya menyadarkan Bima agar tidak memikirkan pelakor kecil itu lagi? Bagaimana caranya mengajaknya untuk kembali pada mereka? Vida tidak ingin kehilangan, tidak ingin semuanya menjadi berantakan.Dia sudah berusaha memaafkan, kembali berniat memulai semua dari awal tetapi tampaknya hati suaminya telah berpaling.Vida mengambil ponselnya. Men-scroll mencari nama seseorang lalu mendialnya.“Bagaimana?” tanya Vida “Baru saya tanya Bu, kata Mas Aris, nggak ada janji sama dia, Bu. Malah s
Baca selengkapnya

Pilihan Chesa

Naina terlihat sudah siap saat mobil Anjas memasuki halaman kos nya. Dia sengaja tidak pulang ke rumah orang tuanya untuk kesempatan ini. Hatinya gempita sekali saat Anjas menghubunginya kemaren. Tidak percuma dia meminta Evi untuk mundur dan menghindar dari sisi Anjas. Pada akhirnya Anjas menghubunginya.Dia sudah berdandan cantik dan memakai blouse ungu yang tampak elegan dipadukan dengan celana putih. Serasi dan pas, Naina berulang mematut diri di cermin, dia ingin sempurna di mata Anjas. Dia harus bisa membuat Anjas berpaling dari Evi. Bukankah dirinya tidak kalah cantik?Naina menyambut Anjas yang turun dari sisi kemudi dengan senyum semringah, lalu terlihat Anjas menuju pintu sebelahnya menurunkan gadis kecil dari dalamnya. Naina mendekat ingin menyambutnya tetapi gadis kecil itu melewatinya begitu saja. Dia berlari masuk ke dalam kos sambil berteriak.“Ante … Ante, ayo ante kita pergi,” katanya sambil memeriksa setiap sudut kos. Naina mencelos mendengarnya, kebahagiaannya tadi
Baca selengkapnya

Membongkar Rencana Bima

“Kalau begitu kita batalkan rencana kita, Ma. Mama bisa bilang kalau cuti Arif dicancel jadi liburan kita gagal,” saran Arif melalui sambungan telepon. Sejak tadi malam Vida memang mengirim pesan WA menanyakan apakah Arif tidak sedang sibuk, karena Vida ingin bicara. Dia sudah tidak bisa kompromi lagi dengan semua kebohongan Bima padanya.Vida menggeleng mendengar saran Arif, berpikir itu bukan ide yang baik. Bagaimana pun liburan ini telah mereka rencanakan. Bela dan Caca akan kecewa, lagi pula Bima akan leluasa menjalankan rencananya bila liburan mereka gagal.“Mama nggak setuju, Rif. Kok malah liburan kita yang digagalkan, adik-adikmu bisa kecewa nanti?” protes Vida.“Ma, dengar Arif dulu, ini kesempatan kita untuk tahu apa rencana Papa di weekend panjang itu. Kebetulan Arif kan sudah ambil cuti. Nah waktu Arif itu bisa digunakan untuk mengikuti Papa diam-diam. Pokoknya tugas Mama hanya bilang rencana kita batal, selanjutnya Mama pantau gerak-gerik Papa. Bela sama Caca bisa Mama aj
Baca selengkapnya

Kejutan

Bima mengistirahatkan tubuhnya di ruang ViP. Sopir yang bersamanya telah tertidur pulas sejak tadi. Mata Bima nyalang melihat orang-orang yang berada di sekitarnya. Entahlah sejak tadi perasaan nya tidak tenang seperti ada yang mengikuti. Ditelitinya sekali lagi wajah orang-orang di sekelilingnya kalau-kalau ada yang mencurigakan.Bima menghembuskan napas panjang, mungkin hanya perasaan saja karena dia takut ketahuan. Dirinya juga sudah menghubungi Prapto, menanyakan kondisi apakah aman. Apa ada pesan masuk penting yang masuk ke HP nya? Sejauh ini Prapto mengatakan aman. Hanya ada pesan Vida yang menanyakan apakah sudah sampai dan sudah dijawab.Bima memang mengizinkan Prapto menjawab pesan di handpone-nya. Namun untuk telepon Bima menyuruh Prapto untuk tidak menjawab lalu menjelaskan sedang di jalan atau sedang sibuk melalui pesan.Ponselnya yang diketahui Vida memang dibawa Prapto bersama mobil. Semua memang sudah direncankannya dengan matang agar Vida dan anak-anak tidak akan perna
Baca selengkapnya

Ibu Memaksa Bersamanya

Rehan masih terpaku pikirannya seakan kosong seketika. Kejutan ini sungguh luar biasa menghantam dirinya. Membuatnya seperti terhempas berkali-kali oleh gulungan ombak. Sementara Evi masih menatap Naina dengan gusar. “Uf, sori. aku lupa kalau Rehan belum tahu, sori Vi, sori,” kata Naina tanpa rasa bersalah. Melipir pergi meninggalkan mereka. Ada sorak dalam hatinya juga senyum tipis nyaris tidak terlihat.Evi menatap kepergian Naina dengan kesal. Dia seperti sengaja membeberkan soal ini pada Rehan, Entah untuk tujuan apa.Naina yang sekarang tampaknya berbeda dengan Naina dikenalnya dulu. Dia sudah berubah banyak bersama waktu atau mungkin Evi yang tidak benar-benar mengenalnya dulu.“Apa maksudnya ini, Vi? Anak? Kita punya anak? Kamu hamil saat kita berpisah? Kenapa tidak memberitahuku Vi? Kenapa menyembunyikan semua?” tanya Rehan bertubi. Dia berang sekali. Sekian tahun menunggu, Sekian tahun seperti tidak memiliki harapan tiba-tiba saja dikejutkan oleh kenyataan ini,“Di mana anak
Baca selengkapnya

Jangan Memaksa

“Bapak mengenal saya?” tanya pemuda itu menyadarkan Bima. Mungkin dia bingung karena Bima menatapnya sangat intens Bima mengerjap, merasa lega dia bukan Arif. Posturnya memang mirip. Lagipula untuk apa Arif di sini. Bima menggeleng merasa dirinya terlalu paranoid.“Oh nggak maaf, saya sangka tadi teman anak saya, ternyata bukan,” kilah Bima sedikit gugup. Pemuda itu mengangguk lalu kembali bicara pada resepsionis. Bima segera berlalu setelah mendapatkan kunci, mengajak serta supir yang menemaninya. Dia ingin segera merebahkan diri. Besok dia harus bugar untuk bertemu Evi.Sementara itu Vida baru saja merebahkan diri di tempat tidur. Bela dan Caca telah berada di kamarnya. Lelah sekali mereka hari ini, berkeliling kuliner dan berakhir dengan Spa. Walaupun kecewa tidak jadi liburan, kegiatan hari ini cukup menghibur.Vida mengambil ponselnya teringat Arif belum menghubunginya sama sekali, kemana dia? Apakah benar Bima pergi bukan pulang seperti apa yang dia katakan? Berhasilkah dia mengi
Baca selengkapnya

Jangan Memaksa 2

Naina bangkit dari kursi menghampiri Evi yang masih berdiri tidak jauh dari mereka. Dari mobil itu tampak Anjas turun lalu membantu Chesa turun juga.“Tahu diri, Vi. Kamu nggak pantas sama Anjas,” bisiknya sambil lalu, tetapi terasa telak menghujam hati. Naina melanjutkan langkah menghampiri Anjas dan Chesa. Bima masih memandang mereka yang datang penuh tanya. Hatinya sedikit terusik dengan kehadiran mereka.Siapa mereka? Ada hubungan apa mereka dengan Evi?“Hai, Mas,” sapa Naina sambil bermaksud meraih Chesa tetapi Chesa justru berlari menuju Evi.“Hai Ante,” sapa Chesa, seperti biasa Evi berjongkok menyambut Chesa lalu memeluknya. Bima terlihat makin gusar melihat itu. Merasa seperti mendapat saingan.“Kalian jadi mau pergi?” tanya Naina sambil mengikuti langkah Anjas. “Tapi sepertinya nggak bisa, Evi lagi ada tamu,” lanjutnya lagi. Langkah Anjas terhenti. Sejak tadi hatinya memang sudah dipenuhi pertanyaan melihat lelaki yang duduk teras kos Evi.“Kenalin Mas, dia calon suami Evi.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status