All Chapters of Dikira Pelakor, Ternyata Dinodai Majikan: Chapter 31 - Chapter 40

47 Chapters

Dia Pergi

“Kalau Papa maksa Arif akan bongkar pemerkosaan Papa terhadap Evi!” bisik Arif. Bima tertegun, wajahnya pias seketika. Tanpa kata dia melepaskan cekalan terhadap Evi dan mengikuti Arif masuk ke mobil.“Mana Hardi?” Bima menanyakan supir yang dibawanya sambil melihat pada kursi belakang.“Dia bawa motor Arif pulang,” jawab Arif singkat. Bima terdiam, jadi Arif memang telah mengikutinya. Padahal dia sudah begitu waspada, sudah bergerak dengan rencana yang matang. Tanpa mobil, tanpa handpone mengapa masih bisa terlacak.Bima bergerak resah, apa yang akan terjadi setelah ini? Apa yang akan dilakukan Vida padanya?Evi memandang nanar kepergian mereka dengan rasa sesak di dada. Pedih sekali menerima perlakuan mereka terhadapnya. Karena dirinya hanya asisten rumah tangga tidak pantaskah untuk bersuara.Evi mengalihkan pandang pada mereka di sekitarnya yang masih terdiam mencerna kejadian tadi. Ibu kos nya yang nampak bingung juga Naina yang sepertinya kecewa, Evi tidak jadi pergi. Bahkan mer
Read more

Rindu menyapa

Evi merebahkan diri yang terasa lelah di tempat tidur. Kedatangan Bima dan perlawanannya cukup menguras energi, dia ingin sejenak mengosongkan pikiran, melupakan semuanya.Suara dering telepon memaksa Evi untuk bangun memeriksanya. Dari ibunya, ada gejolak rasa yang membuat Evi merasa enggan menerima telepon itu. Evi kecewa ibunya terus memaksa dirinya bersama Bima sampai memberikan alamatnya sehingga Bima datang dan kejadian ini terjadi.Namun dering yang tidak berhenti membuat Evi tidak tega mengabaikannya, Evi tidak ingin ibunya cemas.“Mengapa lama sekali, Vi,” tegur ibunya setelah salam. Evi menatap penuh rindu pada Ardan yang ada di pangkuan ibunya.“Bu,..Bu,” celoteh nya tangannya meraih handpone ingin menggapai dirinya. Evi menghapus matanya yang berkaca.“Pak Bima belum sampai Vi?” tanya Tati mengalihkan perhatian Evi. Tati berpikir saat dirinya menelepon Evi telah berada di perjalanan bersama Bima. Namun kenyataannya Evi masih di rumah.“Evi tidak mau menikah dengan Pak Bima
Read more

Antara Rindu dan Benci

Evi menatap nanar motor Naina yang melewatinya begitu saja tanpa menyapa. Mereka seperti dua orang asing yang tidak saling kenal. Evi sungguh menyesali itu. Hanya Naina teman yang dimiliki nya sejak SMP. Bahkan dia masih mau berteman saat dirinya tidak melanjutkan sekolah.Dia juga sering meminjamkan buku peajarannya dan mengajarinya. Sedikit banyak dia paham beberapa materi SMA yang diajarkan Naina. Tanpa Naina, Evi benar-benar sendirian. Naina memusuhi nya karena Anjas? Evi menggeleng, ada sakit yang menusuk hatinya. Bukankah Anjas kini telah menjauhinya? Menghilang dan tidak pernah muncul lagi?Entah kemana dia? Evi tersenyum getir, seharusnya dia tidak perlu menghilang. Dirinya juga cukup tahu diri untuk tidak mendekat. Sudah berapa hari ini juga setiap pulang dari kerja tempat Anjas, Evi pergi ke restoran lain untuk melamar kerja. Dirinya akan pindah jika sudah mendapat pekerjaan. Sayangnya tidak semudah itu mendapat pekerjaan.Pagi-pagi sambil berangkat kerja, Evi sengaja mampir
Read more

Calon Suami?

Sampai di rumah, ingin sekali Anjas langsung menemui Rehan menanyakan bagaimana hubungan nya dengan Evi sebenarnya. Masih sebagai mantan atau ada rencana akan berlanjut. Hatinya sungguh kacau sekali.Bagaimana kabar Evi sekarang? Adakah dia merasakan kerinduan sama seperti yang dirinya rasakan? Atau dirinya memang tidak perduli? Yakinkah dia meneruskan niatnya untuk bersama Evi? Bagaimana jika hubungan Evi dan lelaki tua yang datang itu benar? Hai Anjas rasanya terkoyak mengingat itu. Pedih sekali.“Kacau banget, Bro? Ngapa inget Reina lagi?” tegur Aldi sahabatnya. Mereka sedang minum kopi bareng di kafe milik Aldi. Bersama Aldi dan dua temannya yang lain inilah njas mengelola restoran hingga berhasil seperti sekarang.Mereka yang membantunya bangkit dari penghinaan orang tua Reina, ibunya Chesa. Mereka memberinya semangat dan bahu membahu menanam modal hingga sukses seperti sekarang. Jadi memang sudah terbiasa saat ada masalah mereka akan bersama mencari solusi.Anjas memperlihatkan
Read more

Kedatangan nya

“Kamu harus menghadap HRD dulu kalau mau berhenti, Vi. Soalnya kamu itu rekomendasi Pak Anjas langsung jadi kami tidak bisa sembarangan mengizinkan kamu berhenti,” tolak Aila, Ibu muda yang baru memiliki satu balita itumenggeleng, menyodorkan kemabli surat resign yang diberikan Evi.Evi mengernyit, bukankah dirinya hanya pekerja rendahan di sini? Mengapa serumit itu untuk berhenti? Tapi tunggu, Aila bilang dia rekomendasi Anjas langsung? Bukankah Naina yang mendaftarkannya ke sini mengapa jadi Anjas?Inikah yang membuatnya kadang mendapat kemudahan, diizinkan istirahat, diingatkan bila terlihat lelah untuk berpindah tempat.Namun Evi tidak ingin bertemu Anjas lagi, dia ingin segera pergi, kemariEvi menatap kesibukan orang-orang yang sedang menghias restoran. Sejak kemarin hatinya penuh tanya ada apa? tidak ingin lagi bertemu dan bicara dengannya. Kemarin tetangga kos nya menawarkan pekerjaan di kantin kantornya. Mungkin gajinya lebih kecil dari di sini tetapi tidak apa, Evi hanya perl
Read more

Pernyataan Arif

Dengan penuh amarah dia melajukan mobilnya menjauhi kos san Evi. Rahangnya mengeras, tangannya menggenggam setir dengan kencang.Dia sudah merangkai rencana untuk bertemu Evi. Atasan Evi tadi melapor jika Evi mengajukan surat resign. Anjas ingin menanyakan alasannya resign. Selain itu dia juga rindu ingin bertemu. Sepuluh hari tidak melihat Evi terasa sangat menyiksa.Namun semua rencananya patah saat melihat lelaki itu memasuki pagar kos san Evi. Anjas ingat lelaki itu, dia yang menjemput lelaki tua yang mengaku calon suami Evi.Apa niat Evi resign berhubungan dengan kedatangan lelaki itu? Pada akhirnya dia memutuskan mau untuk menikah dengan calon suaminya?Anjas merasakan luka yang tidak berdarah di hatinya, sakit sekali.Dia pernah patah hati karena penolakan orang tua Reina dan tindakan mereka memisahkan Reina darinya. Anjas tidak ingin patah hati lagi. Cukup sudah sekali jangan sampai terulang lagi, tetapi mengapa begini?Anjas mengurangi kecepatan mobilnya saat sebuah mobil mend
Read more

Keputusan

“Ante.”Suara itu membuat Evi tertegun, ada yang terasa membuncah di dadanya. Evi menoleh, mencari arah suaranya. Jantungnya terasa berdetak kencang, kerinduan dan berbagai rasa bercampur membuatnya tidak menentu.“Ante.”Suara itu datang lagi diikuti sesosok anak kecil dengan rambut dikucir dua yang menabrakkan diri pada dirinya. Evi rasanya masih tidak percaya, dia pikir tidak akan pernah lagi bertemu. Dia pikir Anjas tidak akan pernah mengizinkan mereka untuk bertemu lagi.Evi mensejajarkan tingginya dengan tubuh kecil itu, membalas pelukannya lebih erat.“Dia selalu menanyakanmu dan mengajak bertemu denganmu.”Evi mendongak, menemukan Anjas yang berdiri menjulang di hadapannya. Tangannya santai dimasukkan ke saku.“Papa jahat Ante, nggak mau ngajak ketemu Ante,” Adu Chesa sambil melepaskan pelukan. Evi bangkit. Sedikit kecewa mengetahui Anjas menemuinya demi Chesa. Dirinya ternyata terlalu berharap.Suara bisik-bisik di sekitarnya menyadarkan Evi jika mereka sedang berada di dapur
Read more

Mencegahnya Pergi

“Papa tahu kamu membenci Papa, tidak dapat memaafkan Papa, karena kamu menyukai Evi. Kamu tidak mungkin bersatu dengan Evi karena Papa. Papa sungguh menyesal Rif. Papa salah tetapi tolong Papa untuk sekali ini Rif. Demi keutuhan keluarga kita, demi adik-adikmu,” pinta Bima memelas. Dia harus bisa membujuk Arif agar memaafkannya. Ini satu kunci menggoyahkan keputusan Vida untuk berpisah.Arif bergeming dengan wajah datar.“Papa tidak tahu akan gimana jika sampai pisah, apa kata nenek dan kakekmu nanti? Apa juga kata keluarga besar kita Rif? Jika Papa Mama sampai berpisah?” lanjutnya, Arif tersenyum sinis.“Mengapa Papa tidak berpikir ke sana saat akan melakukan Pa. mengapa sekarang Papa seolah membebankan kesalahan padaku dan Mama?”“Arif, Papa tidak …”“Demi adik-adik? Demi keluarga besar kita? Papa pikir Papa tidak mengalihkan tanggung jawab pada kami Pa? Aku dan Mama dipaksa memaklumi pengkhianatan Papa demi itu,” beber Arif memotong kalimat ayahnya. Bima kehilangan kataMatanya men
Read more

Pertemuan Tak Terduga

Anjas menghela napas, merasa salah tingkah dengan pernyataan itu. Belum sempat dia menjawab, pesanan mereka datang. Anjas meminta Evi untuk menikmati dulu. Evi sebenarnya ingin cepat pergi tetapi pembicaraan mereka sama sekali belum mulai.“Maaf, Vi. Saat itu saya tidak tahu persoalan yang sebenarnya saya tidak mungkin gegabah,” jelas Anjas tentang mengapa dia tidak membela Evi.“Kita baru mengenal, Vi. Saya belum tahu banyak tentang kamu,” lanjutnya.“Kalau begitu biarkan saya pergi, Pak. Jangan cegah lagi, saya perlu memperbaiki hidup saya.”“Apa di sini kamu tidak bisa lebih baik?”Evi menggeleng.“Di sini Pak Bima telah tahu keberadaan saya, dia bisa datang sewaktu-waktu. Hubungan saya dengan Naina juga telah tidak baik, belum lagi Rehan dan istrinya. Saya ingin tenang Pak. Saya ingin pergi,” papar Evi. Dia sengaja tidak menyebutkan ingin melupakan lelaki di hadapannya menjadi alasan utama. Tidak ingin Anjas tahu.“Saya akan melindungi kamu kalau itu yang kamu khawatirkan Vi. Saya
Read more

Perubahan Rencana

Arinda tertegun mendengar pernyataan Evi. Janda anak satu yang sudah berusia 4 tahun. Dia seperti masih muda sekali, wajahnya tidak menunjukkan itu. Evi meremas tangannya dengan resah, dadanya berdebar kencang menunggu keputusan.Pertemuan ini sungguh tidak terduga, andai tahu dirinya sudah memaksimalkan diri. Namun percaya diri sekali dirinya akan di terima. Walaupun ragu sebenarnya Evi sangat mengharap di terima.“Kamu mencintai Anjas?” Bukannya menjawab, Arinda justru balik bertanya. Lidah Evi terasa kelu seketika. Pertanyaan itu terasa sulit untuk dijawab. Walaupun hatinya mengakui mencintai Anjas tetapi mengucapkannya Evi ragu. Evie takut perasaan Anjas padanya tidak lagi sama.Anjas menatap Evi menunggu jawaban, hatinya pun berdebar kencang, was-was Evi menjawab tidak sesuai harapan.“Nak, … kamu mencintai, Anjas?” Setelah lama tidak ada jawaban, Arinda mengulang pertanyaannya kembali.“Bu ….” Evi menghentikan kalimatnya, hatinya resah. Arinda masih bergeming menunggu.“Sa … say
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status