Semua Bab Kusingkap Topeng Busuk Suamiku: Bab 31 - Bab 33
33 Bab
Bab 31 Sepenggal Kisah Masa Lalu
Bab 31"Andai Lala juga anaknya Tante Hasna," imbuh Lala membuat Pak Dwingga tiba-tiba tersedak. Uhuk! "Nih, minum dulu, Pa!" Lala cepat-cepat menyodorkan gelas yang sudah terisi air putih. Pak Dwingga meraih gelas itu, lalu meneguknya sampai habis. "Udah enakan, Ngga?" tanya Bapak perhatian. Aku pun sebenarnya ikut khawatir melihat keadaan lelaki itu yang masih mengusap-usap dadanya. "Udah lumayan, Om," jawab Pak Dwingga pada Bapak. "Makan nggak usah buru-buru, kayak nggak pernah makan aja kamu," canda Bapak mencairkan suasana. "Emang Papa nggak pernah makan, Kek, kerja teroooos!" ledek Lala tanpa sungkan. Lelaki itu menatap Lala tajam, tapi rupanya anak itu tidak gentar sama sekali dengan tatapan bapaknya. "O ya, ngomong-ngomong kalian belum bercerita bagaimana bisa datang bersamaan ke rumah ini?" Kakek mengalihkan pembicaraan. "Ini semua gara-gara Papa yang tidak peduli pada anaknya, Kek." Lagi-lagi Lala memojokkan Pak Dwingga. Pak Dwingga menghela napas, mimik menyesal
Baca selengkapnya
Bab 32 Benalu Tak Tahu Malu
Bab 32"Kenapa dia langsung mau? Apa mereka saling mencintai sampai mau dijodohkan?""Bapak tidak tahu, Nduk. Mungkin karena Dwingga merasa berhutang budi pada Bapak, makanya dia menyanggupi permintaan Bapak. Setelah Dwingga dan Zunay menikah, mereka langsung dikarunia buah hati, tapi rupanya kebahagiaan pasangan muda itu harus ditukar dengan nyawa Zunay saat melahirkan bayinya ke dunia. Sejak saat itulah, Bapak dan Dwingga terputus hubungan karena lelaki itu menarik diri dari pergaulan dan menggunakan seluruh waktu yang dimilikinya hanya untuk bekerja, mungkin itu cara dia melampiaskan kesedihannya karena ditinggal Zunay untuk selamanya." Berakhirlah cerita Bapak yang mampu membuat aku mengusap air yang ada di sudut mata. Bikin terharu juga jalan cerita Pak Dwingga dan almarhumah istrinya itu, "Jadi, Lala sudah ditinggal mati ibunya sejak lahir? Dia tidak mengenal sosok ibunya sama sekali? Dan Pak Dwingga juga tidak begitu peduli dengan Lala karena yang diurusnya hanya pekerjaan saj
Baca selengkapnya
Di Tepi Jeram Kehancuran
Bab 33Siang hari, mataku membelalak kaget melihat tubuh renta Bapak nampak kewalahan menarik kasur dari kamar Zeni seorang diri. "Bapak!" pekikku marah, "apa yang sedang Bapak lakukan?""Hasna, bisa tolong bantu Bapak?" tanya Bapak seolah sedang tidak terjadi apa-apa. Aku menarik tubuh Bapak agar melepas kasur Zeni, "Kenapa Bapak lakukan ini?"Zeni menampakkan diri, tersenyum penuh kemenangan, "Lihat 'kan, aku masih bisa membuat Bapak menuruti semua perintahku.""Jangan kurang ajar kamu, Zeni! Kamu pasti ngancam Bapak supaya mau menuruti perintah konyolmu itu 'kan?" kataku marah. "O ya pasti, makanya jangan macam-macam sama aku kalau nggak ingin Bapak kamu kenapa-napa!" sentak Zeni padaku, lalu perintahnya pada Bapak, "buruan bawa kasurnya ke depan! Ntar panasnya keburu ilang lagi. Ingat ya, Pak, Bapak kesusahan seperti ini karena ulah anak Bapak sendiri. Makanya, Pak, suruh anak Bapak itu jangan banyak tingkah dan macam-macam sama aku!"Aku hanya bisa menangis melihat Bapak masi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status