Semua Bab Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah: Bab 61 - Bab 70

87 Bab

61. Kecelakaan

Ryu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi ketika menuju apartemennya, lebih tepatnya apartemen yang ia beli untuk Aluna. Setelah berbicara sebentar via telepon dengan security, kekhawatiran laki-laki itu kian bertambah. Hingga tiga puluh menit kemudian, kendaraan roda empat itu langsung masuk ke dalam basement apartemen. Dengan sedikit berlari, ia menuju meja resepsionis. “Selamat malam!” ucapnya setelah menemukan Langit yang duduk di temani oleh pihak manajemen apartemen. "Malam, Pak Ryu.” Langit yang berulang kali menguap, merasakan kantuk yang tidak dapat ditahan. Namun, begitu mendengar suara yang tidak asing baginya mata itu langsung terbuka lebar. “Papi …!” Bocah laki-laki itu menghampiri Ryu lalu memeluk kaki sang Papi. “Mami dibawa sama orang yang pakai baju hitam, Pi.” Ryu berlutut, membingkai wajah Langit yang basah. Bisa dipastikan bocah kecil itu habis menangis. “Iya, tapi kamu tidak apa-apa kan?” Ryu juga perlu memastikan keadaan Langit. Ia hanya tidak mau terla
Baca selengkapnya

62. Diculik

"Gimana kondisinya, Mas?" Tepukan pelan di bahunya, membuat Bara menolehkan kepalanya dari ruangan serba kaca yang ada di depannya. Ruangan yang tidak boleh dimasuki tanpa ada jam besuknya. Mendapati wajah wanita yang dicintainya dan berjanji dalam hati tidak akan pernah menyakiti istri yang pernah dia sia-siakan seperti dulu kala. "Dokter bilang apa?"Hembusan napas pelan dan gelengan kepala Bara menjawab pertanyaan Nia.Tidak bertanya lagi, wanita itu mendekat berdiri tepat di depan sang suami. Secara otomatis, Bara memeluk pinggang sang istri, menempatkan wajah tampannya di perut Nia. Tidak lama kemudian, isakan pelan terdengar. Dan yang dilakukan Nia adalah memberikan tepukan pelan dengan gerakan statis di punggung lebar sang suami untuk menenangkannya.Lima menit kemudian, Bara mengurai pelukan."Sayang ... aku lihat sendiri dengan mata kepalaku ..." Laki-laki itu menjeda ucapannya, tiba-tiba tenggorokannya tercekat mengingat bagaimana kecelakaan yang begitu cepat terjadi.Nia s
Baca selengkapnya

63. Kondisi Ryu

"Ya Allah, lindungi hamba dari orang-orang jahat itu," gunam Aluna.Wanita itu berlari menjauh dari rumah tempatnya disekap tadi dengan napas terengah-engah. Sesekali ia menoleh ke belakang untuk melihat apakah ada yang mengejarnya hingga ia melihat ada taxi, Aluna cepat-cepat merentangkan satu tangannya untuk menghentikannya. "Stop, Pak!" serunya.Taxi berhenti, Aluna langsung masuk dan mendudukan bokongnya. Wanita itu memberikan alamat apartemennya lebih dulu sebelum sang driver bertanya.Baru setelah taxi melaju dengan kecepatan sedang, Aluna bisa bernapas lega. Tapi hatinya masih belum bisa tenang, maka sekali lagi ia menoleh ke belakang. Tidak ada kendaraan yang mencurigakan, Mami Langit itu benar-benar yakin bahwa tidak ada yang mengikutinya."Macet kenapa, Pak?" tanya Aluna ketika tiba-tiba saja taxi jalannya melambat."Kurang tahu, Bu," jawab sang driver kemudian.Aluna terkesiap saat ingatannya tertuju kepada Langit. Ia tidak tahu apa yang terjadi dengan putranya itu setelah
Baca selengkapnya

64. Sumber Masalah

Setelah mendengarkan penjelasan sang dokter Renata bersama Bara kembali ke ruangan ICU. Kedua dokter itu hanya berdiam diri sambil tak lepas menatap ke arah brankar Ryu yang terlihat dari ruangan kaca itu. Sementara Nia mengantar Langit yang ingin membeli minuman di cafe rumah sakit. Sedikitnya, Langit sudah mulai luluh dengan istri Bara tersebut."Lalu sekarang kamu sekap dimana Ibunya Langit." tanya Bara setelah jeda panjang. Apapun alasan Renata, Bara tidak menyukai tindakan wanita itu. Apalagi melihat Langit yang masih membutuhkan Ibunya. "Dengar ak-""Dia sudah kabur!" sela Renata, tidak merasa bersalah telah berbuat kejahatan seperti itu. "Dan jangan tanya lagi kemana kabarnya karena aku tidak tahu dan tidak mau peduli."Hampir saja Bara ingin mengumpat mendengarkan kalimat Renata yang menyebalkan jika tidak melihat kedatangan Langit bersama Nia. Sang istri di tangan kirinya sedang membawa kantong kresek. Sudah bisa dipastikan semua itu makanan Langit."Oke." Rasanya sudah cukup
Baca selengkapnya

65. Positive

"Sejauh ini kondisi dokter Ryu sangat tidak baik. 80 persen kondisinya kemungkinan tidak bisa seperti sebelumnya."Aluna terus saja terngiang-ngiang ucapan dokter Wahyu. Dokter yang sedang menangani Ryu. Karena permintaan Renata, pada akhirnya Bara tidak jadi mengatakan apa yang ingin pria itu sampaikan. Merasa perlu tahu apa yang terjadi pada sang suami, Aluna pun mencari tahu sendiri dan bertanya pada perawat untuk bisa bertemu dengan dokter yang menangani sang suami.Dokter Wahyu yang Aluna temui, tidak dengan mudah memberikan informasi rekam media Ryu. Selain dokter Wahyu tidak mengenal siapa Aluna, laki-laki itu juga harus menjaga kerahasiaan semua data pasiennya. Aluna tidak bisa berbuat banyak ketika dokter Wahyu meminta maaf tidak bisa membantu memberikan penjelasan apapun tentang Ryu.“Iya, saya paham dokter,” ucap Aluna seraya menganggukan kepalanya paham.Sebenarnya ia bisa saja mengatakan pada dokter itu kalau dirinya adalah istri kedua Ryu, tetapi Aluna tidak mau melakuka
Baca selengkapnya

66. Tidak Mengijinkan

Suasana rumah sakit pagi ini sangat ramai. Semua poli, hampir ada pasien yang sedang menunggu antrian. Tetapi dari luar ruangan ICU itu seorang wanita tengah termenung seorang diri. Tatapan sendunya selalu menatap ke dalam ruangan kaca dengan berbagai macam alat kesehatan.“Pulanglah, Ren. Nanti kalau ada apa-apa sama Ryu, aku kabari segera,” ucap Bara yang datang beberapa menit yang lalu tetapi langkahnya terhenti ketika melihat wanita itu. Dari pakaian yang dikenakan, Bara tahu kalau Renata belum pulang pastinya wanita itu hanya berdiam diri sambil memandangi brankar Ryu dari balik ruangan ICU. “Kamu juga harus jaga kesehatan agar kalau Ryu bangun kamu bisa melihatnya.”Bara mengambil duduk di sebelah Renata sebelum ikut memandang ke arah Ryu yang masih betah berbaring di atas brankar. “Aku cuman gak mau jalang itu ada di sini apalagi dia menjadi orang pertama yang melihat suamiku bangun.”Bara sampai menggerakkan kepalanya dengan gerakan slow motion hanya untuk melihat wajah Ren
Baca selengkapnya

67. Menjauh

“Maaf, bisa bicara dengan keluarganya dokter Ryu?” dokter Wahyu menghampiri Renata dengan perasaan gundah.Bersamaan dengan itu, Bara juga datang dengan langkah tergesa. Laki-laki itu bahkan langsung berdiri di samping dokter Wahyu yang merupakan seniornya.“Apa yang sudah terjadi dengan Ryu, dok?” tanya Bara tanpa memanggil dengan sebutan dokter pada Ryu. “Apa ada yang serius?”Pandangan dokter Wahyu yang spontan tertuju pada Aluna yang berdiri di belakang Bara. Dokter berkacamata itu masih sangat jelas mengenali wanita yang menemuinya dan bertanya tentang kondisi Ryu saat itu.Sebenarnya ia juga bertanya-tanya apa hubungannya Ryu dengan wanita ini. Tetapi karena saat ini ia sedang bertugas, sementara rasa penasarannya disimpan dulu. Hanya beberapa detik kemudian, manik tegasnya menatap Renata. “Ada yang ingin saya sampaikan pada istri dokter Ryu.”Harusnya dari sini Aluna sadar, bahwa posisinya menjadi yang kedua memang tidak pernah dianggap. Namun, rasa ingin tahunya terhadap kondi
Baca selengkapnya

68. Bisa, Mas

“Mas, aku … aku … hamil!”Mulut Bian terbuka tetapi tanpa sepatah kata pun terucap. Entahlah, ia sendiri juga binggung. Semestinya hal itu adalah kabar menggembirakan buat sebagian orang apalagi untuk pasangan yang sedang menantikan memiliki momongan. Namun, buat Aluna apakah juga termasuk seperti itu, Bian yakin jawabannya pasti tidak.“Mas,” lirih Aluna seolah menyadarkan Bian yang sedang melamun.Bian menatap Aluna yang seketika itu wajahnya berubah sendu dengan mata yang berkaca-kaca. Sebelah tangan pria dengan lancangnya menyentuh permukaan kulit perut Aluna lalu berucap dengan lancarnya. “Sehat-sehat di perut Mami ya, Nak! Jangan khawatir, ada Ayah di sini yang menantikan kelahiranmu ke dunia ini.”Sepersekian detik, Aluna tercengang dengan perlakuan laki-laki itu. Sebelumnya Bian tidak pernah terang-terangan menunjukkan sikapnya seperti saat ini.Melihat pelototan tajam manik Aluna, Bian segera menjauhkan tangannya dari perut wanita itu. “Maaf, kelepasan, Lun!” kekeh Bian tanpa
Baca selengkapnya

69. Takdir

Renata menatap pilu pada seseorang yang tengah terbaring di ranjang rumah sakit. Sudah hampir satu bulan ia datang tetapi masih belum bisa melihat wajah seseorang itu menatapnya. Ya, Ryu masih belum sadar. Kendatipun ia tidak akan bosan untuk datang.Perlahan langkah Renata berjalan menuju kursi kosong yang terletak di samping ranjang, tepat di sebelah sisi kanan lengan Ryu. Wanita itu hanya berdiam diri dan memandang wajah sang suami yang masih terlihat tampan meski ada perban yang membalut sebagian tubuh laki-laki itu.Setelah puas memandang, tangan Renata perlahan bergerak untuk menggapai tangan Ryu. Dengan sedikit gemetaran, pada akhirnya wanita itu mengenggamnya lembut. Ada rasa sesak di dadanya melihat kondisi Ryu yang belum ada kemajuan pasca kecelakaan. Tanpa terasa airmatanya mulai luruh membasahi pipinya, melihat selang infus dan semua alat bantu yang menempel di tubuh Ryu.Jauh dari dalam lubuk hatinya, ia ingin meminta maaf pada laki-laki itu. Mungkin saja kalau ia tidak n
Baca selengkapnya

70. Yang Terjadi

Renata melarikan kakinya dengan tergesa menuju pintu parkir sebelah timur. Suasana tempat parkir di rumah sakit tersebut memang sudah agak ramai hingga tidak banyak tempat kosong yang ada, beruntung Renata memiliki tempat parkir khusus. Hari ini memang Renata sedikit terlambat datang karena harus mengambil rapot Mauren ke sekolahan.Setengah jam yang lalu, dokter Wahyu menghubunginya dan meminta Renata untuk segera datang. Tidak ada penjelasan apapun karena akan dijelaskan saat dirinya tiba di rumah sakit. Dalam situasi seperti ini pastilah pikiran Renata dipenuhi dengan kekhawatiran, kecemasan dan semua hal yang buruk-buruk.Sampai di ruangan dokter Wahyu, Renata mengetuknya pelan. Tidak ada jawaban Renata memberanikan diri untuk membukanya perlahan. Kosong, tidak ada dokter Wahyu di sana. Harusnya Renata langsung menuju ruang ICU, dokter Wahyu pasti ada di sana karena beliau dokter yang bertanggungjawab.Renata melanjutkan langkahnya hingga sampai di depan ruang ICU. Membuka pelan d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status