Gumpalan tanah telah ia sapu, setidaknya tidak lagi tampak seperti serangan babi lagi. Renja mengusap peluh menggunakan pergelangan lengan yang sekiranya cukup bersih, langit pun telah berwarna redup, hawa-hawa menyeramkan mulai tercium meski dunia seakan berhenti berputar. Tidak ada angin, suhu dingin meningkat, pohon-pohon berhenti, daun dan rumput diam menjelma seperti batu. Satu-satunya yang bergerak hanya Renja, dia berjalan cepat, bisa disebut separuh berlari, masuk dan mengunci pintu secara panik dengan napas yang tersengal. “Apa yang mengejarmu?” Ia lega melihat Darel duduk bersandar di dinding kayu, dia diam tapi Renja yakin pria itu menertawakan sisi pengecutnya. Jari-jari Darel mengetuk meja, memberi irama tidak beraturan serupa menanti jawaban yang seharusnya ia dapatkan. “Seperti yang kau lihat, aku ketakutan.” Sudut bibir Renja terangkat ringan. “Mau makan apa? Aku akan masak setelah membersihkan diri.” Tetap menjadi istri rajin, mengabaikan kelelahan tidak berguna y
Read more