All Chapters of Disangka Montir, Ternyata Suamiku Tajir Melintir: Chapter 21 - Chapter 30

53 Chapters

21. Tempat kenangan berlalu.

Jamuan Renja luar biasa, dia memastikan meja terisi oleh buah, cemilan, dan minuman. Kedua orang tuanya menerima kebaikan Renja secara sungkan sebab khawatir Renja terlalu memaksakan keadaan untuk membuktikan bahwa dia tidak begitu miskin. Putri pertama mereka adalah menantu idaman, cantik dan Rajin, semakin cantik dan terawat setelah menikah. Penampilan Renja menjelaskan harga diri Darel, pria yang mampu merawat Renja jauh lebih layak. “Mau tambah tehnya lagi?” Dia bertutur kata lembut, elegan dalam setiap gerakan. Rasanya tengah melihat seorang putri bangsawan dari abat 18. Apa yang dibuat Darel pada putri mereka? Amar dan Fika saling menatap bingung, memilih bungkam menikmati jamuan Keya. “Kami akan pulang, bapakmu ada kerjaan jam dua nanti.” Fika meletakkan gelas yang selesai ia teguk, membenahi diri sebelum berdiri.“Cepat sekali, aku pikir Mamak dan Bapak akan menginap.” “Tidak, kami cuman mau lihat bagaimana bentuk rumahmu. Syukurlah enggak bolong-bolong.” Renja tersenyum
Read more

22. Bajingan yang sama.

Dia disambut hormat oleh beberapa orang yang ditugaskan untuk mengantarkan tamu penting dalam undangan. Pakaian rapi mengubah aura berantakan dari montir ke pria berjas bijaksana. “Silahkan lewat sini Pak Darel.” Begitulah dia dipanggil dengan sungkan meski usia masih terbilang muda. Rapat pemegang saham, itulah alasan utama kedatangan Darel ke kota. Mata karyawan yang kebetulan lewat tersirat rasa kekaguman atau mungkin beberapanya adalah ketertarikan terpendam, Darel tetap berjalan lurus percaya diri. Sampai di ruangan tujuan, beberapa pria telah duduk rapi saling berjabat tangan dan berbincang-bincang sebelum semua pemegang saham tiba. Darel akan menjadi yang termuda di antara mereka, biasanya mendengar tawaran perjodohan dari mulut bapak-bapak itu untuk putri mereka. “Apa kabar, Pak Darel?” Pria yang cukup mendapat penghormatan dari Darel menyapanya terlebih dahulu. Pardi namanya, dia berbaik hati beranjak untuk menarik kursi disebelahnya mempersilahkan duduk. “Terima kasih,
Read more

23. Sengaja terlambat.

Lagi-lagi terlambat, Darel sengaja dan ingin tahu bagaimana cara wanita itu akan menanggapinya nanti. Jika dia masih memaafkan tanpa merajuk, Darel akan merayakan kemenangan seorang diri. Malam telah kelam, warna gelap teramat pekat ketika memasuki area hutan sunyi menggunakan motor. Darel berhenti di depan rumahnya, menunggu beberapa saat; apakah wanita itu akan berlari keluar dari selimutnya? Selayaknya istri baik yang ia katakan. Tapi tidak, tiada tanda-tanda pintu akan terbuka sendiri. “Dia pasti tidur pulas,” gumamnya sembari melihat jam tangan. Maraih kunci motor, Darel percaya diri melangkah dan membuka pintu dengan kunci lain yang satu gantungan dengan kunci motor. Lampu di dalam padam, meski Renja penakut dia tidak suka terang. Katanya untuk menghemat biaya listrik. Darel menghidupkan lampu untuk mendapati makanan dingin di atas meja, membayangkan berapa lama Renja duduk menunggunya pulang di situ. Haruskah dia makan? Sayangnya Darel tidak berselera pada makanan dingin. P
Read more

24. Ketangkep bolos.

Darel kembali ke tempat tidur usai mengosongkan piring makannya, memutuskan bermalas-malasan memeluk bantal guling. Suara air dari Renja yang mencuci piring sampai ke telinganya, sebab pintu kamar masih terbuka lebar. Memejamkan mata kemudian, rasa kantuk menyerang lebih pekat, jika diingat selama di kota dia kesulitan tidur. Rumah sendiri memang yang paling nyaman. Melewati kamar, Renja mendesah kasihan melihat Darel terlelap. Ia pikir pria itu telah bekerja teramat keras. Berapa bonus yang didapatkan Darel setelah membeli alat-alat mesin ke luar kota? Pun sejak tadi dia tidak melihat ada benda tersebut di rumah ini. ‘Bisa jadi telah diantar terlebih dahulu ke bengkel.’Mengambil topi di atas lemari kayu, niatnya Renja akan pergi ke luar hari ini. Halaman di depan luas, ia telah berangan-angan menanam banyak bunga di sana. Pasti menyenangkan melihat bunga bermekaran sambil duduk di teras, setidaknya ia memiliki kegiatan merawat bunga dari pada menghabiskan waktu dengan tidur. “Ak
Read more

25. Halaman luas.

“Sebenarnya aku tidak masalah bolak-balik ke toko mengangkat tanamanku.”“Tidap apa-apa, Nona. Cuaca terlalu panas hari ini.”Renja tidak mengerti kenapa pemilik toko berbesar hati padanya, mengantar Renja menggunakan mobil pick up bersama sepeda dan tanamannya di bak muatan. Ada sesuatu yang janggal, mereka yang mendengar tempat ini mendadak hormat. Mungkin Renja akan menceritakan ini hal tersebut pada Darel. “Ah, di sana rumahku.” Renja menunjuk, dia bisa melihat Darel tengah duduk bosan di teras. Tampaknya baru bangun tidur, terlihat dari gelagat lesunya. Mobil berhenti, Darel mengernyit melihat Renja turun. Lebih aneh melihat sepada Renja ada di bak mobil. Apa yang dipikirkan Renja? Membawa sepeda tetapi naik mobil. Rasa penasaran itu terbayar ketika Renja memperlihatkan polybag hitam dengan senyum manisnya berniat pamer. “Aku akan mengisi bunga di halaman.” Renja hanya menurunkan satu polybag, sisa lainnya juga sepeda, diturunkan oleh sang sopir. Itu semua tak luput dari peng
Read more

26. Maksud tanpa kata-kata.

Gumpalan tanah telah ia sapu, setidaknya tidak lagi tampak seperti serangan babi lagi. Renja mengusap peluh menggunakan pergelangan lengan yang sekiranya cukup bersih, langit pun telah berwarna redup, hawa-hawa menyeramkan mulai tercium meski dunia seakan berhenti berputar. Tidak ada angin, suhu dingin meningkat, pohon-pohon berhenti, daun dan rumput diam menjelma seperti batu. Satu-satunya yang bergerak hanya Renja, dia berjalan cepat, bisa disebut separuh berlari, masuk dan mengunci pintu secara panik dengan napas yang tersengal. “Apa yang mengejarmu?” Ia lega melihat Darel duduk bersandar di dinding kayu, dia diam tapi Renja yakin pria itu menertawakan sisi pengecutnya. Jari-jari Darel mengetuk meja, memberi irama tidak beraturan serupa menanti jawaban yang seharusnya ia dapatkan. “Seperti yang kau lihat, aku ketakutan.” Sudut bibir Renja terangkat ringan. “Mau makan apa? Aku akan masak setelah membersihkan diri.” Tetap menjadi istri rajin, mengabaikan kelelahan tidak berguna y
Read more

27. Acara ipar Dorie.

“Kau punya banyak pakaian yang bagus!” Dorie melepaskan tangan dari pintu lemari Renja, menoleh ke belakang pada wanita yang duduk di birai kasur. Tidak percaya tadi Renja mengatakan tidak tahu baju untuk pergi ke pesta pernikahan. Lalu deretan gaun di dalam lemari besar ini apa? Melihat Renja menekuk wajah bingung, Dorie mendesah heran. “Baiklah, aku bantu pilihkan baju untuk kau bawa dan pakai nanti.”“Terima kasih, Dorie.”“Sungguh, Renja, aku sulit percaya kau tidak pandai bergaya.” Dorie berucap sambil memilih-milih pakaian, menjatuhkan pilihannya ke dalam koper kecil tanpa melihat. “Kenapa kau tidak percaya?”“Ya karena setiap hari kulihat kau selalu cantik. Jangan bilang kau memakai asal pakaian!”“Memang asal.” Tangan Dorie berhenti menggeledah, kembali menoleh ke belakang secara spontan dan cepat. Dia menyipitkan mata, menggambarkan bertapa kesalnya dia. “Sungguh! Aku sangat iri. Punya make-up?”Kenapa Dorie sangat serius? Seolah itu adalah masalah besar. “Aku punya bedak p
Read more

28. Datar, namun tidak bosan.

Renja menyembunyikan wajahnya pada bantal, menekan kuat sampai tidak ada sedikitpun suara dari mulutnya keluar. Dering ponsel ia abaikan, tidak mau tahu siapa pun itu yang menelepon. Ia kesulitan menahan emosi tidak menyenangkan, pikiran baik pun tidak dapat menghalau sesak seolah paru-parunya digenggam. Matahari perlahan-lahan terbit, langit mulai terang dan aktifitas kecil mulai terdengar. Tidak terasa, ya, Renja bahkan belum sempat tidur. Masih berharap Darel mendatanginya, itulah yang membuat dia menunggu. Tapi apa? Ia tahu keinginannya terlalu besar, tidak cukupkah dia mengenal suaminya? “Renja, apa kau sudah bangun?”Ketukan pintu bersama suara Dorie menyulut pergerakan kepala Renja menjauh dari bantal. Sejenak ia memperhatikan penampilan melalui cermin yang memantulkan sosoknya yang kacau. Mata sembab, rambut berantakan, hidung memerah serupa badut. Tidak mungkin dia memperlihatkan wajah kacau itu pada Dorie. “Iya, Dorie. Ada apa?” Ia menjawab dari belakang pintu, dari pada
Read more

29. Meremehkan.

Sepanjang jalan Renja hanya menatap jalanan, tidak ada inisiatif bicara, lamunan yang segan diganggu oleh Dorie dan Selon. Dia duduk seorang diri di bengku belakang, sesekali Dorie mengintipnya dari kaca spion. Mata wanita itu tenang, entah apa yang ada di dalam pikirannya sekarang. Renja menghela napas, bergerak menghadap depan, saat itu dia bertemu dengan mata Dorie melalui spion. Dorie terbelalak, langsung mengalihkan wajah ke jendela. Renja sadar lamunannya mengundang rasa khawatir pasangan suami istri itu. Tentu alasannya karena sebelumnya Renja bilang ia sakit. Cemas jika saja Renja ternyata tengah menahan sakit. “Apa kita masih jauh?” Akhirnya dia bicara, tersenyum saat Dorie menghadap ke belakang. “Tidak, sebentar lagi akan sampai. Kau yakin sudah sembuh?”“Iya, jangan khawatir.” Dorie memperhatikan saksama, memang benar wajah Renja sudah tidak pucat lagi. Dia telah beristirahat panjang, siang dan malam tidak keluar dari kamar selain membuka pintu menerima pelayan masuk me
Read more

30. Bukan pemaksa.

Piring telah kosong, mengelap mulut menggunakan tisu, Renja melirik Darel diam-diam. Ketenangan pria itu sangat kontras, tiada tanda-tanda bahwa dia akan rela membantu Renja mendinginkan kepala seperti yang ia singgung tadi. “Aku pikir, kau bisa mencari bengkel lain untuk berkerja.” Darel meliriknya tidak senang, namun wanita itu berani tidak menundukkan kepalanya. Tatapan lantang itu ... ke mana perginya si wanita penakut? Ia tidak menyukai Renja seperti ini, Renja yang berani menuntut bukanlah istri yang ia kenal. “Ada apa denganmu?”“Aku tidak menyukai Yona.”“Terus?”Renja mengatupkan mulut, menahan gesekan gigi agar tidak terlihat. Tatapannya masih lekat pada Darel, saling menatap tajam, Renja mencengkeram ujung roknya kuat-kuat hingga menimbulkan bekas kuku di telapak tangan. “Cari tempat kerja lain.”Sudut bibir Darel terangkat, terkekeh ringan berbentuk ejekan sumbang. Benar-benar, siapa wanita yang ada di depannya ini? Sulit mempercayai mata sinis itu. Dia cemburu, Darel
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status