Semua Bab Disangka Montir, Ternyata Suamiku Tajir Melintir: Bab 41 - Bab 50

53 Bab

41. Titipan menantu.

“Apa ini?” Liana menerima bingkisan dengan heran, tidak biasa Dika membawa sesuatu sebagai oleh-oleh setelah dia bermain-main di luar. Senyum tipis anaknya, terasa memiliki makna hangat sehingga ia tak sungkan memegang erat bingkisan tersebut. “Dari menantumu,” jawab Dika. Liana membelalak, usai itu menunduk dan mengangkat tangannya yang memegang sesuatu dari menantu. Ia hampir menangis, haru atau sedih menyatu menjadi tetesan air mata. “Da-dari menantuku?” ulangnya memastikan pendengaran. “Dia wanita yang sangat baik, aku yakin dia tidak akan terhasut kebencian Bang Darel terhadap Ibu. Tipe yang berusaha tidak memiliki musuh.”Segera menyeka air matanya, Liana lekas duduk ke sofa untuk melihat apa yang ada di dalam bingkisan tersebut. “Apa dia membuat kue ini sendiri?” Liana mendongak, saat itu Dika memilih ikut duduk di sofa, tak luput dari perhatian Liana yang penasaran. “Iya, dia pandai memasak dan sangat rajin. Renja Elta, menantu Ibu yang cantik.”Prang!“Renja Elta?!” Seora
Baca selengkapnya

42. Tamu tak diundang.

Dia menyingkirkan pelan tangan yang melingkar berat di pinggangnya. Menurunkan kaki ke lantai, secara diam-diam melangkah sunyi menggapai handuk menutupi tubuh telanjang. Renja membuka laci berhati-hati, melirik ke belakang sebelum ia meraih bekas tempat jel aloe vera dengan gugup. Tidak mungkin bisa lega sebelum ia bisa menelan pil yang tersembunyi di dalamnya. Ini waktunya minum obat pencegah kehamilan, menyangka meminum tanpa sepengetahuan Darel bagian dari menghindari ketersinggungan. ‘Semoga tetap aman.’ Ia ingat banyak sekali sperma yang masuk ke dalam rahimnya tadi malam. Renja sempat khawatir. Selagi ia menenggak air, mata pria yang tadi tertutup kini mengintip bersama seringai kemenangan. Entah kenapa ini terlihat lucu, kegirangan yang menggelitiki hatinya. Ia menunggu momen ini hingga rela berpura-pura tidur semalaman untuk mengetahui kapan waktu Renja meminum pil sialan itu. Sontak kembali terpejam kala Renja menoleh panik. Wanita itu menatapnya, mungkin ia merasakan se
Baca selengkapnya

43. Kemiringan.

"Mana kunci pintunya?" Celingak-celinguk melihat sekitar, mana tahu kunci tersebut jatuh ke lantai, biasanya tidak terlepas dari knop pintu. Setelitu apa pun Renja ia tidak dapat melihatnya. Sebab itu ia mengetuk pintu ruangan kerja Darel, pria itu keluar tidak butuh waktu lama, alisnya terangkat tanda bertanya. "Darel ada lihat kunci pintu?""Ada bersamaku.""Mana? Sini, aku mau keluar." "Mau ke mana?"Mata Renja berkedut, suara Darel memiliki tekanan seakan menyiratkan kekuasaan hakiki. Begitu sombong berwajah datar, menatap rendah pada istrinya yang pendek. Dia menunggu, memperhatikan bibir terbuka istrinya menelan kata-kata tertunda. Satu langkah mundur ke belakang, Renja mendongak mempertahankan keberaniannya setelah dibuat sedikit ciut oleh tekanan kecil dari Darel. "Ha-hanya membersihkan halaman." "Hanya sekitar halaman, ok. Jangan ke mana-mana tanpa memberi tahu aku." Meraih sebelah tangan Renja, Darel meletakkan kunci di telapak tangannya. Dia kembali masuk ruangan, men
Baca selengkapnya

44. Tahun baru.

Rintik-rintik air menghantam atap menciptakan suasana dingin mengundang kantuk pada siapa saja yang sendiri serta luang. Menggenggam selimut tebal di dada, Renja tidak berani menurunkan kaki untuk melihat malam terakhir tahun ini. Rambutnya tergerai halus di atas bantal, mata tak kunjung tidur kendati berkedip sayu.Menit kemudian suara kembang api menembak dan bermekaran di angkasa gelap gulita ditangkap oleh indra pendengarannya. Meski gerimis orang desa di luar gerbang merayakan malam ini dengan gembira. Apa cuman Renja yang tidak pernah tahu rasanya kemeriahan malam tahun baru? Selalu saja menjadi pendengar di atas tempat tidur seorang diri. Bibirnya menukik tipis teringat Darel, pria itu pasti sibuk bekerja bercucuran keringat dingin. Mungkin malam tahun baru Renja masih lebih baik dari pria itu, merasakan kehangatan dalam selimut dari pada diserang dingin di luar sana. ‘Aku harap dia tidak kedinginan. Semoga tahun ini menjadi bagian moment indah dalam hidup kita,” gumam Renja
Baca selengkapnya

45. Kebohongan lebih banyak.

Dia kecewa namun ia enggan menyuarakan. Menatap jaket di tangannya, kelembapan membuat ia tak nyaman. Jika tidak segera dicuci akan mengeluarkan bau apek. Yang benar saja Yona mengembalikan barang dari orang yang ditaksir seperti ini? Paling tidak dicuci, jelas mereka ditemani rintik hujan tadi malam. Hanya satu jaket saja, Renja mencucinya melalui keran wastafel. Seiring tangannya bergerak, rambut panjang menjuntai ke bawah hampir merendam ujungnya sebelum Renja mengangkat kepalanya. Bagaimana ini? Tangannya sudah dipenuhi oleh sabun. Baru akan mencuci tangan, rambutnya digenggam ke belakang oleh sosok yang mulai terasa kehadirannya. “Biar aku saja yang ikat,” tutur Darel, ia menggunakan pita putih entah bekas apa tersangkut di paku dinding. Kini leher Renja bersih dari untaian tipis surai hitam, namun bercak-bercak di lehernya tidak tersamarkan. “Apa tadi malam aku sangat kasar?” Ah, dia merasa tidak wajar dengan kismark bertebaran di mana-mana, itu tidak bagus menurut dokter.
Baca selengkapnya

46. Cinta tanpa memiliki.

Sudah dua hari semenjak ia ditinggalkan sendiri dengan peraturan membentuk rantai mengekang leher membatasi pergerakkan Renja. Hari-hari ia melamun duduk di teras yang bersuasana hening. Ia ingin menjadi seperti orang yang bisa mendapatkan kesenangan dari HP, tapi mata Renja tidak bisa bertahan lama menatap layar—matanya perih. Benda pipih tersebut tergeletak di atas meja dalam keadaan padam, bekas Renja mencoba menghubungi Darel namun tidak mendapatkan respon. Ia penasaran, apa membeli alat-alat bengkel memang memakan waktu berhari-hari? Bahkan tidak dapat dihubungi. Ting. Belum lepas pandangan Renja dari HP, layarnya menyala menunjukkan sebuah notifikasi chat. Gerakannya cepat menyambar ponsel, tapi yang tertera ialah nama Kinda. [Suamimu ada di mana?] Kinda memperhatikan pria di depannya dalam gedung mall menuju lantai atas, ia merendahkan topi agar Darel tidak menyadari Kinda mengikutinya. Sesekali ia mengangkat ponsel, menunggu Renja sedang mengetik. Syukurlah Renja membaca
Baca selengkapnya

47. Maaf.

Renja duduk di depan meja hias, rambutnya dibungkus handuk karena ia baru saja selesai mandi sebab pesan terakhir Kinda memberitahu bahwa Darel pulang hari ini. Meski sudah sore, Renja menggunakan riasan, berusaha menyembunyikan jejak wajah sembab. Dia juga sudah selesai memasak, sebentar lagi Darel pasti akan sampai. Jantungnya menggebu-gebu, menimpal pewarna pipi membantunya terlihat lebih segar. Air mata yang ingin jatuh, ia tahan mati-matian, berulang kali menimbulkan pikiran positif untuk menghibur diri sendiri. [Kali ini kau harus tegas, Renja.] ~Kinda.Pesan Kinda terngiang-ngiang, pria itu terus mengirim pesan mendorongnya untuk lebih berani. [Bersikap adillah pada diri sendiri. Kau terlalu banyak mengalah.] ~Kinda.Tangan Renja langsung jatuh ke atas meja, kuas make-up ikut berceceran akibat senggolan tangan Renja. Wanita itu mendongak ke atas, air matanya tidak terbendung lagi. Tarik napas dalam-dalam, hembuskan, lakukan berulang kali meski tidak merasa lebih baik.‘Harus
Baca selengkapnya

48. Terjebak.

Darel membiarkan Renja tertidur setelah perdebatan mereka menguras air mata wanita itu. Ia berhati-hati melepaskan dekapan, kedua kakinya menyentuh lantai dingin. Sekali lagi ia melirik Renja lantas mendesah berat. Tujuan Darel ialah ponsel Renja yang tergeletak di nakas sisi lain dari Darel. 'Siapa saja yang bertukar dengan Renja?' Riwayat terbaru seperti dugaan Darel, siapa lagi kalau bukan Kinda. Pria itulah yang mengirimkan foto-fotonya bersama Sina. Pantas saja Darel merasa diawasi sepanjang melangkah, namun bodohnya ia memilih tidak peduli. Nyatanya terpampang jelas di bekas chat tersebut, Kinda yang mempengaruhi Renja untuk menuntut penjelasan dari Darel. 'Sialan kau, Kinda, awas saja jika kita bertemu lagi.' Yona? Ia tak percaya Renja menyimpan nomor wanita itu, siapa yang menduga mereka pernah bertukar pesan. Penasaran apa yang dibahas mereka, akan menyenangkan melihat Renja mengancam Yona atau mengejeknya dibalik topeng ramahnya jika dibandingkan bertemu secara langsung.
Baca selengkapnya

49. Dilarang masuk.

“Nomor yang Anda tuju tidak dapat dihubungi....”Kinda hampir menghempas ponselnya sebab lagi-lagi suara itu yang keluar saat ia menelepon Renja. Memijat pangkal hidung, ia benar-benar frustrasi memikirkan apa yang sedang terjadi di sana. Sudah berapa hari semenjak ia memergoki Darel menghabiskan waktu dengan wanita lain? Lebih dari seminggu. Sejak itulah kontaknya dengan Renja terputus, tidak peduli jika Kinda mencoba menipu dengan cara mengganti nomor, Renja tetap tidak dapat dihubungi. Artinya, HP Renja dalam keadaan mati, ya, kemungkinan besar. “Biarkan aku masuk!” Kinda membentak penjaga yang menghalangi dia di depan gerbang kayu. Mau berapa kali ia bolak-balik hanya untuk mencari kesempatan masuk. Kakinya sudah kram berdiri terlalu lama, capek juga menghadapi satpam yang tetap pada pendirian. Mereka tidak mempan disogok, Kinda telan mencoba banyak cara. “Maaf, kami diperintahkan untuk melarang Anda.”Menggusar rambut kasar, bolehkah ia mengajak duel para satpam tersebut? Tida
Baca selengkapnya

50. Tidak bisa tidur karenanya.

Darel menurunkan sebelah kaki menahan motor yang berhenti di depan gerbang. Ia penasaran kenapa gerbang yang seharusnya tertutup itu terbuka lebar tanpa seorangpun satpam berjaga di depan. Ia melirik ke post, melihat beberapa kaki terbujur berantakan seolah mereka mati di sana. Maka ia mendekati mereka. Mengernyit, posisi mereka saling tumpang tindih, berantakan tak peduli tumpahan kopi di mana-mana sebab posisi demikian. “Hei, bangun!” Mereka tidak mendengar, Darel geram dibuatnya. Meski malam memang waktunya tidur, tapi itu bukan waktu mereka yang telah menelan uangnya. Setidaknya ada pergantian waktu sebagai peringan perkerjaan, karena mereka berjumlah empat orang. Ada satu kardus air mineral gelas di sisi teras dalam, dia mengambil satu lantas menumpahkan air di wajah mereka. “Tuan Darel!” Mereka sontak terduduk, tertekan oleh tatapan tidak senang dari sang majikan. “Ka-kami tertidur?” Mereka saling pandang tidak mengerti, hal seperti ini sebelumnya tidak pernah terjadi sebab
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status