“Tuan, Tuan Besar sedang menuju ke sini.”Roland seketika tersadar oleh perkataan Daniel yang mengejutkan. Dia menoleh, mendapati Daniel baru saja menurunkan handphone dari sisi kirinya sementara matanya sudah menatap cemas.“Kau sudah katakan padanya jika aku tidak ingin diganggu?” Roland melayangkan tatapan tajam sembari berdiri tegak.“Saya sudah memberitahu beliau, Tuan.”Lidah Roland mendecak kesal, sementara di dalam hati dia telah menggerutu marah. Dia sangat tahu ayahnya tidak akan tinggal diam jika keinginannya tidak terpenuhi. Roland tidak heran Jullian akan menyusulnya dan mungkin saja nanti akan memaksa.Hanya saja, dia yang sudah lelah tidak bisa diberi waktu menenangkan diri. Emosinya terus dipermainkan oleh orang-orang yang egois. Selain itu, keberadaan gadis kecil yang menatapnya naif bisa menimbulkan permasalahan baru.“Kau tunggu si tua itu di depan lift, katakan padanya aku sedang menerima telepon penting. Aku akan menyembunyikan anak ini di ruang kerjaku,” titah Ro
Read more